27. A Weird Family

370 68 8
                                    

Roberto melirik sekitar kafe, sudah lewat lima menit dari janji yang sudah di sepakati. Kadang kala, pria tua itu akan memandangi pintu masuk kafe, hingga sosok tinggi putri pertamanya terlihat. Namun sesaat kemudian, Roberto tercenung, sosok anaknya tidak datang sendirian, melainkan di temani oleh sesosok tinggi pria yang cukup Roberto kenal.

Tampak pria itu menunjuk salah satu meja yang berjarak sedikit jauh dari tempat Roberto duduk. Sydney mengangguk mengerti, dapat dia lihat juga betapa lembutnya wajah Sydney pada saat itu.

Tersadar dari pandangan intensnya, dia segera sadar saat Sydney sudah mendekat menuju arahnya.

Rambut yang terikat rapi namun wajahnya secara terang-terangan menunjukkan ketidak sukaan yang tak dia tutupi. Hati Roberto terenyuh, dendam sebanyak apa yang anaknya itu tanggung?

Wajah yang tampak pencampuran darinya dan sang mantan istri, perpaduan sempurna. Tak jauh berbeda dengan dua anaknya yang lain.

Sydney memilih duduk berhadapan, pupilnya bergerak turun ke arah meja, dia tidak membuka pembicaraan.

"Kamu mau pesan apa, nak?" Suara lembut yang Roberto hasilkan malah membuat Sydney jijik dan mual, heh, lupakah dia seberapa bajingan pria itu? Sudah menghancurkan hidup bunda dan dirinya---kemudian sekarang dia berbicara seperti orang tak bersalah.

Perut Sydney bergejolak, mual, Roberto manusia paling tidak tau diri.

"Nothing, bisa to the point?"

Tidak habis pikir, Roberto memberikan senyuman ramah, senyum yang sama ketika dengan dua anak yang lain. Roberto akan berusaha memberikan hal setimpal pada Sydney, berusaha menebus kesalahan pada masa lampau.

Sayangnya, senyum Roberto malah membuat Sydney semakin muak, dia berharap pertemuan sialan ini akan cepat selesai. Sydney benci orang munafik terutama Roberto.

Setelah menghancurkan hidup bunda dan hidupnya, sekarang dia tersenyum tanpa dosa, sangat menjijikkan.

Menyandarkan punggungnya, wajah Sydney semakin masam. Sudah tau maksud dari Roberto mengajaknya bertemu, tentu saja sang opa sudah lebih dahulu memberikan info.

"Mau makan di tempat lain?" Tawar Roberto. Sydney mengerutkan dahinya, kesal, kapan basa basi dari mulut busuk itu selesai.

Desahan Sydney terdengar, dia memandang Roberto, auranya tampak sangat masam walau tetap tanpa ekspresi. Karena masih belum peka, Roberto malah memberikan saran lain, "Atau kamu ada saran tempat yang bagus, nak?"

Dari kejauhan, Mike memandangi wajah tersenyum Roberto dengan tangan terkepal, gelas kopi yang tersaji sudah mulai dingin. Masih terus mengawasi tanpa menghiraukan sekitarnya.

Sydney masih belum membuka suara lagi, dia tetap diam. Sampai perkataan terakhir Roberto berhasil mengeluarkan suara serta emosi Sydney yang sudah dia tahan.

"Kamu pasti sudah tau dari opa, kan? Mau ya, nak?"

"Mama Mara juga sangat ingin bertemu denganmu, bahkan Aletta dan Andrean tak sabar ingin berkenalan. Di rumah papa, kamu akan mendapatkan apa yang tak pernah kamu dapatkan. Mara akan menyayangi kamu sebagaimana dia menyayangi Aletta dan Andrean."

Tubuh Sydney membeku, menyayangi katanya, sangat menjijikkan. "Cukup sampai sana." Gumam Sydney, suaranya merendah, matanya bergetar, mendapatkan apa yang tak pernah dia dapatkan? Lucu sekali.

Memberikan kasih sayang?

Sial, Sydney ingin tertawa. Lawakan awal bulan.

Siapa yang membuatnya menjadi seperti ini, sekarang ingin memberikan kasih sayang? Di luar nalar. Sydney memiringkan kepalanya, "Bunda, saya ingin bunda. Bisa kalian berikan?"

SydneyWhere stories live. Discover now