BAB 2: Perempuan Mandiri (Republish)

9.4K 1.2K 73
                                    

PERHATIAN!
Cerita sudah lengkap di KaryaKarsa @ Junieloo

Happy reading!

"Aku mau pisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mau pisah."

Setelah mengatakan hal itu, Anita segera merebahkan diri dan memejamkan mata. Ia bahkan tidak peduli jika dirinya masih berbalut pakaian kerja yang membuat tidurnya mungkin tidak leluasa. Masa bodoh! Ia memang sengaja memaksa diri untuk terlelap lebih cepat agar Aryo tidak mengeluarkan kata-kata yang mungkin bisa mengubah pikirannya.

Beruntung, rencana tersebut berhasil.

Esoknya, Anita terbangun dengan perasaan yang entah mengapa benar-benar lega. Anita tahu, setelah ini hidupnya belum tentu akan jauh lebih mudah. Bagaimanapun, kehadiran Aryo juga berguna untuk membuat kedua orang tua di kampung halamannya tidak khawatir karena ada yang menjaga Anita di luar pengawasan mereka seolah perempuan itu baru menginjak luasnya Jakarta selama beberapa hari. Kenyataan bahwa dirinya sudah menikah pun terkadang membantunya untuk lepas dari lelaki hidung belang yang kerap tiba-tiba muncul dan mendekatinya.

Tapi setidaknya, untuk sekarang, semua itu terdengar lebih baik dibandingkan hidup lebih lama lagi bersama mertuanya. Anita lelah tidak dihargai.

Saat Aryo masih tenggelam dalam mimpi di sampingnya, Anita bergegas membersihkan diri. Kali ini, dirinya jauh lebih santai dalam bersiap-siap. Perempuan itu bahkan menyempatkan diri untuk berdandan sebelum berangkat karena sudah tidak ada yang perlu ia takutkan.

Sebelumnya, Anita memang selalu berusaha keras berangkat pagi agar tidak perlu menyiapkan sarapan untuk Aryo maupun mertuanya. Katakanlah dirinya kurang ajar, tapi Anita benar-benar lelah jika harus memasak dulu sebelum menghadapi jalanan Jakarta yang tidak bisa diprediksi, serta urusan kantor yang membuatnya seharian harus memutar otak.

Hal tersebutlah yang membuat sang tuan rumah jengkel padanya. Mertuanya merasa Anita bertingkah seenak jidat dan lepas tanggung jawab sebagai istri. Ujung-ujungnya, wanita itu juga yang harus menyiapkan sarapan untuk anaknya sendiri. Padahal, Anita sudah pernah bilang berkali-kali untuk tidak 'memanjakan' Aryo. Laki-laki itu menjadi 'pemalas' karena keadaanlah yang mendukung. Aryo merasa masih memiliki sokongan. Dan itu adalah ibunya sendiri.

Tapi hari ini, Anita tidak perlu takut akan berpapasan dengan mertuanya sebelum berangkat kerja. Karena sebelum wanita itu berani 'mengusirnya', Anita akan lebih dulu keluar dari rumah ini sekaligus mengurus perceraian.

Ya, dulu Aryo bukan sosok yang tidak memiliki arah serta tujuan hidup. Laki-laki itu pernah menjadi makhluk paling mengagumkan dalam hidup Anita. Sejak kuliah, Anita sudah bisa melihat masa depannya yang cerah bersama Aryo.

Nahas, seluruh harapan perlahan runtuh sejak Aryo kena PHK di tahun kedua pernikahan mereka karena perusahaan tempatnya bekerja dulu mengalami pailit. Aryo yang tidak ingin Anita berusaha seorang diri untuk membayar kontrakan mereka pun memilih untuk membawa istrinya ke rumah orang tua yang tidak lain merupakan mama lelaki itu sendiri.

Marriage First, Love LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang