I Must be Crazy

86.1K 1.2K 14
                                    

1 minggu ini Bi Siti pulang kampung, katanya ada urusan. Hari ini adalah hari minggu. Aku baru saja pulang dari rumah Oliv. Kuputuskan untuk mandi. Setelah mandi aku baru menyadari sesuatu, aku lupa mengambi handukku di lantai bawah dan berarti satu-satunya orang yang bisa kuminta tolongi hanyalah Kak Rafa. Aku pun keluar dari kamar mandi, masih dalam keadaan basah kuyup dan tidak mengenakan apapun. Aku membuka sedikit pintu kamarku lalu mengeluarkan kepalaku.

"KAK RAFAA, TOLONG AMBILIN HANDUKKU DONG, KETINGGALAN DI BAWAH. ENTAR MASUK AJA KETOK PINTU KAMAR MANDI RENA," teriakku sekeras mungkin.

Aku mendengar jawaban kakak dari kamar sebelah, menyatakan ia sudah mengerti. Aku kembali ke kamar mandi dan menyikat gigiku. Tak lama setelah selesai menyikat gigi, ada seseorang mengetuk pintu kamar mandiku yang pastinya adalah Kak Rafa. Aku membuka sedikit pintu dan mengulurkan tanganku untuk mengambil handuk yang dibawa kakak. Saat itulah tiba-tiba sebuah tangan meraih tanganku dan menarikku keluar dari kamar mandi. Sekarang aku telah diapit oleh Kak Rafa dan tembok di belakangku. Kak Rafa menempelkan kedua tangannya di tembok sehingga aku terkurung di antaranya. Jantungku berdebar-debar parah. Suhu tubuhku meningkat. Bisa kurasakan bahwa pasti wajahku sekarang merah padam.

"Kakak udah gila ya!?!? Rena ini ga pake apa-apa!!" teriakku, masih tidak berani menatap matanya.
"Lihat mataku," kata Kak Rafa datar.
"Apaan sih kak, lepasin Rena!" jawabku sambil berusaha melepaskan diri dari Kak Rafa. Tapi apa daya, tenagaku tidak ada apa-apanya dibanding tenaga Kak Rafa yang seorang cowok.
"Renata Carolina Wijaya, lihat mata kakak! Sudah 5 hari kamu tidak menatap mata kakak sama sekali!" kata kakak yang jaraknya semakin lama semakin dekat denganku.
Aku menahan tubuh kakak yang bidang itu yang jaraknya tinggal 10 cm dari wajahku, masih dengan kepala tertunduk.
"Enggak! Salah siapa kakak nyium a--" suaraku terputus saat salah sat tangan Kak Rafa mencengkeram kedua tanganku dan menahannya di atas kepalaku, menempel tembok. Kini tanganku yang tadinya kugunakan sebagai tameng sudah tidak dapat bergerak lagi.

"Kakak udah bener-bener ga wa--nnnnn," kakak mendaratkan ciuman di bibirku, sama seperti waktu itu.

Kini lidahnya telah menelusuri bagian dalam mulutku dengan penuh nafsu.
"Kaaghh, Rena ng-ngga bisa nn-nafas...," akhirnya Kak Rafa berhenti.

Kuhirup udara dalam-dalam dan menstabilkan pernapasanku. Namun belum selesai melakukannya, Kak Rafa kembali menyerbu bibirku.

"Ngghh berenti kakghh...," kataku penuh desahan.

Kakak tidak menghiraukan perkataanku sama sekali. Setelah puas dengan bibirku Kak Rafa beralih ke leherku. Ia beberapa kali menjilat dan menciumnya. Leherku sangat sensitif. Apa yang dilakukan kakak benar-benar menyiksa. Tak lama setelah itu akhirnya Kak Rafa memundurkan tubuhnya.

"Kamu sudah tau kan kejadian malam itu? Jadi mulai sekarang kakak ga perlu menahan diri lagi. Toh kita juga bukan saudara kandung. Ini masih belum apa-apa lho," katanya sambil menyeringai ke arahku lalu keluar kamar, meninggalkan aku seorang diri.

Otakku masih kacau dan belum bisa memproses apa yang baru saja terjadi. Namun ada satu hal yang harus kuakui, Kak Rafa memang seksi. Aku pasti sudah gila.

Author...
Thank you bgt buat first vote nya! Ak hargain bgtt! Keep voting ya guys. Jgn lupa comment juga x) Emang mungkin para readers biasanya males ngevote or comment. Tp secara ga langsung itu nyemangatin ak banget loh sungguan deh:")

My Sister is MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang