What a Dirty Mind

86.3K 1.1K 12
                                    

-Rafael-

Pukul 7 malam, aku baru sampai di rumah. Aku masih teringat dengan kejadian siang ini. Aku sendiri pun bingung mengapa tadi bisa se-emosi itu. Aku naik ke atas untuk mengajak Rena makan. Kuketuk pintu kamarnya namun tak kunjung dibuka. Aku pun memutuskan untuk masuk. Kutemui sesosok gadis sedang tertidur pulas di atas ranjangnya. Namun ada yang lebih menarik perhatianku. Rok sekolah gadis itu yang awalnya sudah cukup pendek sekarang terlipat hingga ke atas setengah paha, hampir memperlihatkan pakaian dalamnya. Bagaimanapun aku juga seorang laki-laki yang sudah dewasa. Godaan semacam itu tentu sangat sulit kutolak. Ak berjalan menuju ranjang itu dan kini aku sudah berada di atas Rena. Aku mendaratkan ciuman tepat di bibirnya. Tidak hanya itu. Aku juga memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Lalu aku melihat ke bawah. Tubuh Rena. Aku terdiam dan sebisa mungkin mengembalikan akal sehatku. Aku pun turun dari ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Aku sudah benar-benar gila. Aku hampir melakukannya terhadap adikku sendiri. Lalu kutinggalkan gadis itu, tidak menyadari bahwa gadis itu tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

************************************

-Renata-

Pukul 6 pagi pun aku terbangun setelah mendengar alarm hpku berbunyi. Aku benar-benar tidak percaya apa yang terjadi padaku tadi malam. Kak. Rafa. Menciumku. Wajahku merona merah mengingat ciuman Kak Rafa waktu itu. Itu bukan ciuman biasa. Aku bisa merasakan bahwa ciuman itu penuh hasrat. Setelah terbangun saat itu aku bahkan engga berani keluar dari kamarku. Tanpa bertemu kakak aja pikiranku udah benar-benar kacau, apalagi kalau sampai ketemu. Aku segera mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Setelahnya, aku segera turun dan menuju meja makan. Kak Rafa sudah duduk disana sambil membaca koran. Aku berusaha bersikap normal seperti biasanya meskipun jantungku ini berdebar-debar tak karuan. Aku mengambil 4 tumpuk roti tawar dan mengolesinya dengan selai stroberi. Gara-gara engga makan malam, perutku ini sudah engga bisa ditolerir lagi. Setelah selesai, aku pun segera melahapnya.

"Banyak banget makannya," kata Kak Rafa, mulai membuka pembicaraan.

"Lagi laper banget kak soalnya," jawabku tanpa menatap mata Kak Rafa.

Boro-boro natap, noleh Kak Rafa aja aku ga sanggup.

"Yaudah, yuk berangkat," ajaknya setelah aku menghabiskan rotiku.

************************************

Sudah 5 hari setelah kejadian itu. Aku tidak menceritakannya sama sekali ke orang lain, bahkan teman-teman dekatku. Sudah sebulan aku pindah, kini temanku tidak hanya Jason. Aku bahkan juga berteman baik dengan Karin dan Olivia. Emang sih aku dan Kak Rafa bukan saudara kandung. Tapi tetep aja aku masih engga berani cerita-cerita ke orang lain, siapapun itu. Tapi entah kenapa, saat aku teringat ciuman Kak Rafa, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku tidak menyukainya.

Thankyou banget buat para readers yg udah mw baca cerita aku:) Smoga kalian suka ya

Jangan irit comment n vote ya guys ( T_T )

My Sister is MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang