"tau gak sih Alden, sayang Abi ke kamu tuh gak pernah berubah. Walaupun kita terpisah jauh sekarang, Abi sudah punya istri, Abi tetap sayang Alden." ucapnya kembali yang membuatku makin terharu. Alden bahagia mendengarnya, tetapi pada akhirnya akan kembali kecewa juga.

"Alden akan tetap menjadi anak Abi."

"iya BiPada akhirnya, Alden hanyalah seorang anak di mata Abi.

Abi kembali fokus menyetir, setelah melaju beberapa kilometer ke depan, akhirnya kami memilih istirahat sejenak. Abi mungkin capek dan sayangnya, aku masih belum semahir itu menyetir mobil. Apalagi di jalan nasional seperti ini. jalan dari kampung menuju ibukota provinsi belum ada jalan tol seperti ibukota sana.

Setengah jam kami beristirahat barulah kami melanjutkan perjalanan kembali. Abi sudah ngopi, seharusnya ia sudah bugar lagi sekarang. Aura menyenangkannya pun sudah kembali, dia sekarang sudah seperti Abi yang ku kenal. Sambil menikmati perjalanan kami, aku memutar lagu dari playlist favoritku. Lagi-lagi Jelly Pop yang entah telah menjadi lagu wajib saat aku dalam perjalanan jauh.

"Alden suka korea yang sekarang?" tanya Abi.

Bi, lagu ini itu hampir aku putar di rumah, kok baru Abi nanyain sekarang? Yah, mau gimana lagi, Abi gak perhatian lagi kan sama Alden.

"mmm..." sahutku memasang muka badmood. Seharusnya aku ceria, mengikuti mood lagu ini. but, Abi lagi-lagi membuatku badmood.

"oh iya Alden, Abi mau tanya sesuatu." ucapnya yang membuatku penasaran.

"apa?"

"kamu sama keluarga ayah kamu baik-baik saja kan?" tanyanya yang langsung membuat rasa penasaranku menjadi hilang.

Aku memutar bola mataku, astaga Abi, udah berapa kali Abi tanya soal ini dan kupikir jawabanku yang dulu-dulu sudah meyakinkan. Tapi mungkin karena Abi khawatir padaku, kemudian kuanggukan kepalaku sebagai jawaban dari pertanyaan Abi. Jawabanku sama aja Abi, aku baik-baik saja dengan mereka, lebih baik dari keluarga baru Abi.

"sama Keenan gimana?" tanyanya lagi yang sekarang membuat rasa penasaranku muncul lagi. Kak Keenan? Abi juga tahu kalo kak Keenan selama ini tinggal di luar negeri. Tiba-tiba menanyakan kakak laki-lakiku itu, sepertinya Abi punya maksud lain.

"kak Keenan? oh baik." Yakinku.

"oh..." angguk Abi kemudian tak bertanya apa-apa lagi membuatku makin mengerutkan kening, apakah sebatas itu keingin tahuan Abi. Sepertinya akan lebih dari itu.

"dia gimana?" tanyanya kembali.

Kan? Aku kemudian berfikir cukup lama, mencoba menemukan kata untuk menjawab Kak Keenan bagaimana dan jawabanku...

"dia baik." Ucapku dengan lugas walau penuh tanda tanya bagi Abi. Tentu saja ia butuh penjelasan, baiknya itu seperti apa, but hanya itu yang bisa kujelaskan tentang kak Keenan, dia baik, baik dalam segala hal walau dia membuatku terus murung belakangan ini.

"Abi cuman berpesan, Alden sekarang sudah besar. Abi yakin, Alden sudah bisa bedain mana yang baik untuk Alden." ucapnya seolah memberi petuah. Tapi kenapa tiba-tiba Abi ngasih wejangan seperti itu? apakah ada sangkut pautnya dengan Kak Keenan?

"Abi gak akan larang dengan siapa Alden berhubungan diluar sana, tapi pesan Abi, pikirkan dulu mateng-mateng, kira-kira ini baik gak kedepannya. Gak ada yang dirugikan gak. Abi gak mau masa depan Alden hancur hanya karena urusan asmara." Lanjutnya.

Sekarang aku bisa menangkap kemana arah petuah Abi ini dan aku tersentuh. Mungkin Abi ada benarnya, aku tidak boleh terjebak dengan hubungan yang sama yang telah membuatku patah hati. Yah lagian, apa yang kuharapkan sih dari hubunganku dengan kak Keenan. aku belum mengenal sepenuhnya kak Keenan seperti apa, ke-pede-an banget jika aku berharap kami berada dalam hubungan spesial.

Aku juga tak tahu, orientasi seksual kak Keenan sebenarnya seperti apa. Dari yang kulihat selama ia pulang kemarin, banyak teman cewek yang mencarinya yang tak sedikit ia ajak jalan. Seharusnya dari sini aku bisa menyimpulkan bahwa kak Keenan lelaki straight dan aku tak bisa memaksa seorang lelaki straight membalas perasaan yang kurasakan.

Wait...wait...apakah barusan aku mengaku bahwa aku ada rasa ke Kak Keenan?

Yah, aku harus mengaku, kedekatan kami telah menimbulkan perasaan itu dengan sendirinya di hatiku. aku nyaman bersamanya, serasa ada yang melindungi aku, ada yang peduli denganku, ada yang menyayangiku. Dilain sisi, beberapa hari belakangan tak ada kontak dengannya, membuatku makin sadar seperti apa posisi dia di hatiku. aku merindukan dia, dan dia telah menyiksaku dengan perasaan ini.

"ingat yah pesan Abi. Abi yakin, Alden orangnya visioner." Ucap Abi kembali saat kami sudah dekat dari bandara.

"iya Bi." anggukku.

Menempuh perjalanan beberapa puluh mil ini, aku telah mendapat banyak petuah dari Abi. Abi seolah memerankan perannya sebagai ayah dan kurasa itu tersampaikan. Sungguh Alden anak durhaka jika mengharapkan sesuatu yang lebih lagi dari ayahnya.

"Alden berangkat yah Bi." Aku pamit setelah Abi membantuku menurunkan barang bawaanku dari bagasi mobil. Ia juga mengambilkan trolley untukku kemudian menempatkan semua barang bawaanku diatas alat dorong itu.

"hati-hati sayang." Ucapnya memberikanku pelukan lalu mengacak-acak rambutku.

"iya Bi. Ahhh Alden akan kangen sama Abi lagi." Ucapku kemudian memeluk Abi lagi. Sumpah, perpisahan itu rasanya berat, apalagi tak banyak momen kedekatan aku bersama Abi selama liburan ini.

"katanya udah dewasa, kok jadi anak manja lagi." Ucap Abi kemudian melepaskan pelukan itu lalu menguatkan aku. "ayo nak, nanti kamu bisa telat." Lanjutnya lalu kami berpisah.

Abi tetap berdiri menyaksikanku hingga tak lagi kulihat sosoknya dari kejauhan, kini aku harus kembali menjadi anak perantauan, tinggal sendiri dan terpisah jauh dari Abi. Yah walau aku masih punya keluarga ayah yang tatkala menyayangiku melebihi Abi. Namun begitu, aku tetap menjadikan Abi cinta pertamaku dalam segala hal.

Pesawatku take off pukul 02 siang, setelah menempuh perjalanan sekitar 90 menit, akhirnya aku tiba di bandara ibukota, bandar udara internasional yang super sibuk. Harusnya aku dijemput oleh tante Farah tetapi aku belum menemukan wanita paruh baya itu. Saat ku cek ponselku, ada pesan yang ditinggalkan olehnya.

Alden nanti dijemput abang yah

Abang? Kak Keenan? Ahh gak mungkin.

Baru tadi pagi, aku melihat storynya yang menunjukkan dia masih berada di luar negeri. Kok bisa dia yang jemput aku?

Lantas selain kak Keenan, siapa yang dipanggil Abang di keluarga ini?

Toby? Gak mungkinlah. Diakan dipanggil adek, lagian Toby belum bisa mengemudi.

Aku jadi bingung, siapa yang harus aku telepon. Siapa sebenarnya yang menjemput aku. Ataukah mungkin orang itu telah menunggu di pintu kedatangan. Mungkin saja iya dan aku hanya berjalan keluar hingga dari kejauhan aku melihat seorang yang nampak tak asing di mataku. Tubuh tingginya membuatku dengan mudahnya mengenali sosoknya bahkan di tengah keramaian itu.

Aku langsung menuju kearahnya walau aku tak tahu apakah ia sudah menemukan keberadaanku atau belum.

Makin dekat langkahku, makin jelas kutangkap sosoknya, makin berdebar jantung ini dibuatnya. Ia terlalu mempesona sore itu. apakah ia sengaja berdandan seperti itu hanya demi menjemputku?

 apakah ia sengaja berdandan seperti itu hanya demi menjemputku?

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Menurut kalian, dia berlebihan gak?

Step BrotherDonde viven las historias. Descúbrelo ahora