26 | London - Manchester

Start from the beginning
                                    

Tadinya Zevania bersikeras untuk menyewa gaun sendiri dan menolak tawaranku untuk membelikannya, tetapi ternyata mum sudah menyiapkan gaun untuknya. Lebih tepatnya, ada satu gaun yang seharusnya untuk sepupuku dari Glasgow, tetapi dia berhalangan hadir. Jadi gaun itu diberikan kepada Zevania. Syukurnya gaun itu cukup di tubuhnya.

"Kau tidak lupa membawa gaunnya kan?" Pertanyaanku ini bukan bagian dari permainan tanya-jawab yang kusarankan.

Zevania tersentak, hendak berdiri lalu mengurungkan niatnya. "Tidak," jawabnya dengan ragu. "Maksudku, tidak lupa. Aku sudah melipatnya dengan pakaianku yang lain di koper."

"Yakin?"

"Yakin." Dia mengangguk sungguh-sungguh padaku, sayangnya aku tidak bisa melihat matanya karena dihalangi kacamata kebesarannya itu. "Aku tidak perlu membongkar koperku di sini kan sebagai bukti?"

Aku tertawa lagi. Entah berapa kali aku tertawa karena Zevania. Dia melucu tanpa perlu mencoba. Apa pun yang dilakukannya atau dikatakannya membuatku sontak tergelak, bukan menertawainya, tetapi membuatku bahagia. Aku telah menunggu selama 10 tahun untuk momen ini. Waktuku tersisa 5 hari lagi dan tidak ada yang boleh dibuang secara percuma. Seperti yang Zevania bilang tadi malam, dia kabur ke London dan aku akan ikut lari bersamanya. Aku jamin pelarian Zevania ke London akan layak.

"Jadi mau lari bersama?" Kembali ke pertanyaan awal.

Dia tampak ragu dan menimbang. "Kita lihat nanti."

Jawaban yang kurang memuaskan, tapi tidak masalah. Aku tidak akan memaksanya untuk melakukan hal yang tidak mau dilakukannya. Gadis ini sudah melalui terlalu banyak masalah. Dia tidak boleh merasa terbebani selama di London. Kota ini memiliki kewajiban untuk membuatnya merasa aman dan nyaman. Tidak ada tuntutan.

"Oke. Giliranku," kataku.

Dahi Zevania yang tidak ditutupi kacamata mengerut. "Bukannya seharusnya giliranku? Kau tadi bertanya."

"Tentang lari bersama? Itu ajakan bukan pertanyaan, masih berkaitan dengan pertanyaanmu," aku menjelaskan.

Zevania tampaknya malas berdebat jadi dia mengangkat bahunya. "Oke, giliranmu."

"Seandainya kita tidak bertemu—katakan aku sedang tidak ada di galeri atau kau pergi ke galeri lain dan kita tidak pernah bertemu—apa yang akan kau lakukan di London?" Selama ini Zevania selalu mengikutiku yang mengatur rencana perjalanannya selama di London. Katanya dia memang hanya berniat jalan-jalan dan mengikuti rute proses syuting film yang digarap Zevo. Namun, aku yakin gadis itu memiliki rencana. Setidaknya pasti ada satu atau dua tempat—terlepas dari objek wisata—yang ingin didatanginya.

Kuakui aku berharap dia akan ke Islington. Dulu aku selalu berharap mukjizat itu akan terwujud; tiba-tiba Zevania muncul di depan pintu rumahku. Terlebih kepergian keluarga Alanen sudah pulang ke Finlandia. Annika dan teman-temannya telah menjadi selebritas yang bermarkas di Los Angeles, luar biasa sulit menghubungi mereka. Zevania tahu itu. Pilihannya mungkin Mikayla dan pasti Ryan akan tahu dan dia akan menghubungiku. Namun, kembali ke kemungkinan lain, bagaimana kalau aku tidak ada di galeri? Dalam artian, aku tidak ada di London. Aku bisa saja masih di Rio atau telah terbang ke Manchester.

Membayangkannya saja sudah terasa seperti sebuah mimpi buruk. Penyesalan pasti memenuhi dadaku ketika aku mendengar kabar bahwa Zevania berada di London sementara aku di belahan Bumi yang lain.

"Hmm..." Zevania bergumam. Lengannya dilipat di atas dada.

"Selain tempat wisata," aku menegaskan. Tahu tempat pertama yang akan disebutnya adalah London Eye.

"Kan sudah kubilang aku akan mengikuti proses syuting filmnya. Aku sudah tanya ke Zevo dan beberapa tempatnya lumayan oke. Hemat biaya transportasi juga." Zevania mengangkat jempolnya. Dia tidak serius. Menyadari wajahku yang tanpa ekspresi, dia buru-buru menurunkan tangannya. "Kau mau mendengarku bilang bahwa aku akan ke Islington kan? Ke sekolah kita lalu ke rumahmu, kemudian mengetuk pintu rumahmu dan bilang, 'Hey, Andrew. Aku kembali ke London untukmu.' itu kan yang mau kau dengar?"

Journal: The LessonsWhere stories live. Discover now