The Ending.

51 10 1
                                    

Seperti saat berkenalan dengan begitu saja terjadi, maka hubungan miliknya yang berjalan lima tahun juga begitu saja berakhir.

Semuanya, entah itu cinta atau bahkan kehidupan. Semudah datang dan semudah itu pergi. Pasang surutnya hanyalah proses.

Tapi Sierra merasa ia berjalan pada batas kemampuannya. Setelah ia berhasil menangis tersedu-sedu selama hampir setengah jam di taman tiga minggu lalu, ia juga kembali menangis di waktu-waktu selanjutnya. Bahkan saat berhadapan dengan para calon pengantin yang akan menjadi client, ia juga bisa berkaca-kaca.

Ia tidak pernah menjadi selemah itu bahkan saat berpisah dengan Ibu Panti yang membesarkannya selama tujuh belas tahun untuk yang pertama kalinya.

Sierra adalah salah satu anak yang tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya dan berakhir di Panti Asuhan untuk bisa bertahan hidup. Berbagi kasih Ibu Panti dengan banyak anak lain di sana.

"Bos!" Bentakan yang disengaja oleh salah satu pegawainya. Ia bekerja dengan tiga orang lainnya di sana. Usaha kecil-kecilan yang dimulai dengan hasil menang lomba empat tahun lalu. Lagi-lagi itu adalah lomba yang ia dan mantan calon suaminya lakukan bersama.

Sierra tiba-tiba saja tersenyum lebar lalu menggelengkan kepalanya, "Maaf. Aku tidak fokus lagi."

Bianca mengangguk, ia memaklumi. Siapa yang tidak akan merasa akan gila saat dua orang terdekatnya bersekongkol menyakiti hati dalam kurun waktu lumayan lama.

"It's okay... take your time Boss." Bianca memilih untuk beranjak keluar dari ruangan Bosnya. Mau bagaimanapun juga, permasalahan yang ada tidak akan terpecahkan jika dilakukan oleh orang yang sedang dalam masalah yang sama.

"Bagaimana?" Satu lagi datang saat Bianca berhasil menutup pintu. Ia menggeleng.

Elvira memaklumi juga pada akhirnya, "Bagaimana kalau aku dan kamu pergi berkeliling mencari toko lain dan biarkan Carlos yang berjaga di sini."

Bianca setuju pada usulan tersebut. Akhirnya mereka pergi setelah meminta Carlos untuk berjaga dan jangan menganggu Bos mereka jika memang tidak dalam keadaan yang darurat.

***

Setiap kali ia menangis, Riley ada di dalam kepalanya.

Itu adalah pertemuan pertama mereka yang ia harap akan ada lain kali lagi. Ya, Sierra nyatanya menginginkan pertemuan kedua, ketiga bahkan jika perlu, ia menginginkan untuk dekat dengan Riley. Mendengarkan laki-laki itu bercerita seperti seolah mendapat kesempatan pula untuk dirinya bisa didengarkan.

Tidak benar jika ia sedang mencoba untuk mencari pelarian karena nyatanya Riley jauh dari kriteria laki-laki idaman yang sudah lama ia bayangkan.

Terus melamun sepanjang waktu saat kerjaan tidak mendesak dan ia dalam keadaan santai. Sungguh Sierra adalah orang yang sangat tidak bisa diam sebenarnya.

Kriiing Kriiing

"Good afternoon, Sierra's planner here. May i help you?"

"Can I speaking to your owner, please?"

"Who is there?"

"Riley. Riley Baldwin."

Bola mata Sierra mendadak melebar sempurna. Pemilik mata sipit itu selalu terlihat lucu dalam keadaan kaget.

"Tuan Riley... ini Sierra. Apa kabar?"

Terdapat jeda sesaat, "Aku baik. Kamu... bagaimana?"

Sierra menganggukkan kepalanya serampangan. Ia terlampau senang untuk alasan yang tidak ia mengerti tapi yang jelas, Riley berbicara dengannya sekarang.

12. One Day at a Time | TWOSHOOTWhere stories live. Discover now