(5.) Zeya Ngidam?!

Start from the beginning
                                    

Agaskar lalu meletakkan susu tersebut ke atas meja, dan mendekati Zeya ke tengah-tengah sofa yang sedang duduk. "Kenapa nangis? Gue ada salah, bilang aja gue harus gimana biar lo tenang, Zey."

Mendengar itu, Zeya spontan menggeleng dan menepis kedua tangan Agaskar dari pundaknya, perempuan itu beralih menggenggam tangan suaminya erat.

"Lo sayang nggak sih, Kak, sama gue?"

Satu detik, dua detik, tiga detik, Agaskar terkekeh mendengarnya. "Udah ribuan kali lo nanyain hal yang sama, Zeya. Harusnya gue yang nanya lo sayang nggak sama gue?"

"Sayang, kok. Sayang banget," jawab Zeya menatap nanar Agaskar.

"Kalau sayang, minum susunya sekarang. Gue bentar lagi mau rapat ke kampus, kebetulan hari ini juga rapat terakhir," celetuk Agaskar.

Setelah Agaskar menyodorkan segelas susu itu kesekian kali pada Zeya, barulah Zeya mau mengambil dan menyeruputnya perlahan-lahan.

"Makasih ya, Kak, selama ini udah perhatian dan selalu menuhin keinginan gue."

Ucapan Zeya itu lantas membuat hati Agaskar menghangat, terlebih telapak tangan Zeya memegangi punggung tangannya. Sangat jarang istrinya itu bersikap seperti ini, biasanya selalu Agaskar yang memulainya.

 Sangat jarang istrinya itu bersikap seperti ini, biasanya selalu Agaskar yang memulainya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"U're welcome, babe," balas Agaskar mengecup punggung tangan Zeya singkat. "Emang udah seharusnya kewajiban gue sebagai seorang suami ke lo gitu, kan? Apalagi kita bakal punya anak, pasti peran gue nambah bakal jadi seorang ayah."

Zeya tersenyum kecil. "Gue cuman terharu, punya mertua sebaik Mamoy dan Papoy. Sedangkan lo punya mertua dari gue yang bener-bener hancur dan nggak jelas, Kak."

"Babe...." Agaskar membaguskan posisi duduknya dengan merangkul Zeya. "Lo nggak usah mikirin itu, gue terima bagaimana pun kondisi keluarga lo, sayang."

"Tapi bokap gue napi, Kak, sedangkan bokap lo polisi. Gimana gue nggak malu?"

Agaskar terdiam dalam beberapa detik. "Itu juga nggak selamanya, kan? Ada waktunya Ayah Heru bebas dari penjara dan ada waktunya juga Papoy Hugo pensiun, nggak ada yang abadi, Zeya."

Disaat yang bersamaan, ketika segelas susu itu langsung dihabiskan oleh Zeya, ia langsung memeluk erat Agaskar. Tak peduli seberapa banyak orang bolak-balik yang membantu membereskan barang melihatnya.

"Kak Agaskar, makasih untuk semuanya, mungkin kalau nggak ada lo di hidup gue, gue bakal hancur, Kak..." Tangis Zeya pecah seketika.

"Semenjak Ayah masuk penjara, Bunda depresi, gue cuman anak perempuan yang kehilangan arah tanpa lo hadir di hidup gue."

"Gue nggak punya tempat mengadu, Kak, cuman lo satu-satunya tempat gue pulang. Gue sendirian, gue nggak punya siapa-siapa, gue takut...."

"Ssssstttt! Ada gue disini, ada gue, Zeya." Agaskar mempererat pelukannya ketika Zeya semakin terisak, ini memang bukan pertama kali Agaskar menenangkan Zeya yang sedang overthinking.

AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]Where stories live. Discover now