22 | yang haram selain babi

3.8K 640 62
                                    




22 | yang haram selain babi



Begitu tiba di villa, rombongan dari Penida langsung menyerbu daging yang baru Zane angkat dari alat pemanggang.

Zane menatap mereka semua dengan tajam. Tapi tak ada satu pun yang sadar diri, kalau yang dari tadi keringetan membolak-balik daging saja belum makan seiris pun!

Zane sudah akan membanting capit di tangan, tapi batal setelah melihat Rachel duduk anteng sambil tertawa-tawa di hadapannya. Masa Rachel—yang jelas lebih capek darinya karena dia yang mengerjakan semuanya sementara Zane cuma ngerti membolak-balik daging—aja santuy, masa dia tantrum? Hellooow ... jiwanya sudah umur dua puluh empat, okay? Dia yang paling tua di sini. Jadi kudu behave.

"Bim, nanti gue tidur di tempat lo, ya? Rachel pakai kamar gue." Zane berujar ke Bimo, yang cuma bisa menjawab dengan anggukan kepala karena mulutnya masih penuh makanan.

Lain Bimo, tentu lain Sabrina.

Cewek itu menelan daging di mulut secepat kilat, kemudian menunjuk mukanya sendiri dengan merana. "How about me?" tanyanya dramatis, seperti anak kandung yang baru saja didepak dari rumah oleh bapaknya.

"Ya kita bisa tidur bertiga. Gue di tengah." Zane menjawab dengan tatapan mencemooh.

"Udah gila?" Sabrina melotot.

Ismail berdecak-decak, sok serius. "Jangan gitu, lah. Nggak etis, cuy. Kalau Bimo yang di tengah, nggak apa-apa."

Kontan tuh mulut bejat mendapat gebukan dari ibu kos, alias Iis Jamilah.

"Gue aja nanti yang ngungsi ke atas, sama Rachel. You can get your own room." Iis berbaik hati membiarkan Sabrina menguasai kamar mereka sendirian. Dilihat dari cara dua cewek itu enggan bertatapan, sepertinya telah terjadi tragedi tak mengenakkan di Penida. Tapi bodo amat. Zane tidak penasaran.

"Bagus, tuh." Ismail lagi-lagi bersuara dengan ekspresi serius yang berlebihan. "Rachel di kamar Onta ditemenin Iis. Sabrina sendirian di bawah. Kalau doi nggak terima Onta ngungsi di kamar Bimo, kuatir cowoknya diapa-apain sama si Onta, Onta bisa ikut Sabrina aja di kamar bawah. Siapa tau besok paginya akur."

"Pale lu akur!" Sabrina berkomat-kamit. Sudah hilang selera makan.


~


This!

Zane mendadak terjaga subuh-subuh, dengan jantung bergemuruh.

Ini adalah pagi yang sama, dengan saat pertama kali dia bangun di tahun 2017 gara-gara sakit perut diracuni Sabrina.

Waktu itu, di sebelahnya ada Rachel yang sedang terlelap. Lalu, begitu dia keluar dengan panik dari kamar, dia berpapasan dengan Sabrina dan Bimo yang hendak pergi jogging.

Kali ini dia terbangun di tempat tidur Bimo, tapi Bimonya sudah nggak ada.

"Bim?" Zane memanggil, agak lebay.

Dia kira Bimo betulan sudah menghilang ke pantai berduaan dengan Sabrina. Tapi ternyata belum berangkat. Masih di kamar mandi.

Entah kenapa, mendadak ada rasa tidak rela membiarkan Bimo jogging berdua dengan Sabrina. Padahal cuma jogging doang, jelas nggak bisa macem-macem. Padahal juga, kemarin-kemarin dia sudah mulai selow melihat Sabrina nyelonong masuk ke kamar Bimo malam-malam. Tapi pagi ini rasa gemas dan kesalnya seperti kembali ke hari pertama.

Sebagian besar penyebabnya tentu saja karena dia telah berbesar hati menahan hasratnya di dapur, kemarin lusa.

Kalau dia aja menderita, Sabrina juga harus, dong? Enak aja mau pacaran mulu!

"Lo mau jogging?" Zane bertanya, ketika akhirnya temannya itu keluar dari kamar mandi, dengan muka segar habis dicuci.

"Iya." Bimo mengangguk singkat. Kemudian membuka lemari untuk memilih kaus olahraga paling nyaman. "Emang gue ada bilang-bilang, ya, kemarin?"

"Ada." Zane bohong. Masa bodo. "Gue ikut."

Bimo menarik satu kaus dari atas tumpukan pakaiannya, lalu mengganti kaus kusut yang semalam dia pakai tidur dengan kaus baru tersebut. "Gue bilang Sabrina dulu tapi. Doi kan lagi eneg sama lo."

"Ya elah. Ke pantai doang, kan? Pantai tuh public space, okay?"

"Iya, tapi lo bisa pergi sendiri. Atau ajak cewek lo. Soalnya kalau cewek gue ngambek gara-gara lo mau ikut, gue jelas pilih belain dia."

"Anjrit." Zane ngedumel. "Rachel nggak mau diajak jogging. Capek dia, abis jadi tukang masak semalem. Kalian makannya kayak babi semua, sih."

Nggak menunggu Bimo menyahut lagi, Zane bangkit duluan dan segera mencuci muka. Lalu bergegas mengekor Bimo turun.

Sabrina sudah menunggu di bawah, di sofa ruang tamu. Dengan running vest warna pink yang masih sangat jelas di ingatan Zane.

"Temen lo ikut?" Dengan muka tidak senang, cewek itu bertanya ke Bimo sambil menunjuk-nunjuk Zane.

"Iya, kasian dia, nggak ada temen. Ceweknya nggak mau diajak jogging." Bimo menjawab sekate-kate.

"Ih, kamu tuh jadi orang kenapa baik banget sih, Bim?!" Sabrina berdecak dan bangkit dari tempat duduknya. Lalu bergelayut di lengan Bimo sementara Zane berdiri satu meter di belakang mereka berdua.

Dalam jarak sedekat itu, kemudian Zane Abram yang terhormat dipaksa melihat pacar masa depannya berciuman dengan sahabatnya sendiri.

"Najis, kalian berdua!" Zane berdecih, terpaksa mempercepat langkah untuk duluan membuka pintu. "Gini nih, kalau dengerin ceramah Ustadz Agus dan Ustadzah Iis cuma setengah-setengah! Yang haram itu bukan cuma babi!"



... to be continued

#notdatingyetWhere stories live. Discover now