05.Ayah dan Anak.

304 29 9
                                    

"Melindungi dan mengayomi,
itu adalah tugas seorang Ayah."
~Adrew2023
.
.
.
.

---Dear Sapta---

Sapta terdiam seraya memandangi sarung tinju yang masih ia kenakan. Malam ini, entah sebuah keberuntungan atau belas kasih dari lawan. Sapta mampu mengalahkan sang legenda, meskipun ia juga banyak mengalami luka. Tapi Sapta merasa tidak sehebat itu untuk menandingi kemahiran Joan, walau hal itu yang harusnya ia inginkan.

"Kenapa anda mengalah?" mengetahui sosok yang baru saja membuka pintu adalah Joan, Sapta langsung mengajukan sebuah pertanyaan."Kita lawan,kan? Dalam ring itu, kita musuh."

Sapta berdiri dan menoleh kebelakang, Joan masih berdiri diambang pintu seraya mengulas senyum hangat.

"Kita memang lawan, tapi saya benar-benar kalah menghadapi kamu. Saya tidak pernah mengalah," ujar Joan memberi jawaban. Walau begitu, Sapta masih terlihat ragu.

"Saya sudah banyak mendengar anda yang tidak kenal ampun, tapi tadi? Kenapa anda malah terlihat pasrah saat saya memberi serangan?"

"Kenapa kamu khawatir tentang itu?" Joan sedikit terkekeh, seharusnya Sapta merayakan kemenangan bukan malah mempertanyakan sebuah hal yang telah usai."Intinya kamu menang dan membawa uang."

Sapta menghela nafas,Joan sangat sulit untuk ditebak. Meskipun Sapta tidak pernah meragukan kemampuannya sendiri, akan tetapi mengalahkan Joan dengan begitu mudah seperti tadi. Rasanya sedikit tidak masuk akal.

"Jangan lupa obati luka kamu, nanti ibu kamu khawatir melihat anaknya babak belur begini." Joan kembali mengulas senyum dengan menepuk pundak Sapta. Setelah itu, Joan pergi, meninggalkan Sapta yang masih dirundung dengan banyaknya kalimat tanya dalam pikirannya.


---Dear Sapta---

Pagi hari kembali menyapa, Raden pikir pulang kekost untuk bersih-bersih adalah hal paling baik menurutnya. Namun saat dia tiba dihalaman, laki-laki itu terdiam bisu.

"Papa?"

Cahyo, ayah kandung Raden berdiri diambang pintu masuk dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada. Laki-laki 40 tahun itu melontarkan tatapan tegas penuh intimidasi pada Raden.

"Kenapa papa gak bilang kalau mau jenguk Raden kesini?" Raden menghampiri Cahyo lalu mengajukan pertanyaan.

PLAK!

Bukan sebuah jawaban yang Raden dapat dari pertanyaan, ia malah mendapatkan tamparan keras yang membuat wajahnya tertoleh kesamping.

"Gini ya kelakuan kamu kalau dikasih kebebasan!" Cahyo nampak marah, terlihat dari sorot matanya yang penuh emosi.

"Pa, maksud papa apa?"

"Papa tahu semuanya,Raden!" nafas Cahyo memburu."Mulai hari ini, papa gak akan mengizinkan kamu untuk tinggal sendiri!"

"Kenapa,Pa?"

"Kamu masih tanya kenapa?" Cahyo menghela nafas dalam. Ia mencengkram kedua bahu Raden dan masih menatap tegas putranya."Kamu pikir alasan apa yang buat papa repot-repot dateng kesini,ha?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear SaptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang