"Jangan khawatir. Gabung di Rantai Hitam memudahkanku untuk mencari informasi siapa pelakunya. Jaringan mereka luas."

"Ya, iyalah. Siapa yang nggak kenal Rantai Hitam? Kita berdua sama-sama taulah sepak terjang kelompok sinting itu."

"Hm. Di sana aman, Ner?"

"Gak aman. Mama kepikiran kamu yang jauh dari rumah, makanya sampai ngedrop gini. Teman-teman yang nggak kamu pamitin ngambek semua. Emang kamu belum baca WA mereka?"

"Waduh, bajingan. Belum, Ner. Nggak sempet buka hape sama sekali aku dari kemarin. Repot banget, sih. Nanti deh aku cek."

"Ya sudah. Sehat-sehat di sana, bro. Fokus. Jangan kebanyakan main perempuan."

"Ini malah udah dapet nenen aku, Ner, hehehe."

"Oh, ancene anakan tapir!" (Oh, dasar anak tapir!)

Hahahahahaha!

Terjadi hening. Hanya suara angin yang menyamarkan percakapan Abner di seberang sana entah dengan siapa.

"Berisik banget, Ner. Lagi di luar?"

"Di rumah sakit. Abis beresin administrasi perawatan mama."

"Mama di mana sekarang? Kasih ke mama hapemu."

"Nanti aja. Mama lagi bedrest ditemenin Dysis. Adekmu yang tepos itu, lho."

"Ya adekmu juga, lah, gubluk."

"Hehehe. Ya wes ya, nanti disambung lagi. Aku mau beli makan."

"Siap, bro."

Tut!

Sambungan telepon dimatikan. Bara menghela nafas panjang. Menengadah ke arah langit. Menyeka sedikit air mata yang terkumpul di sudut mata. Wajahnya sendu membayangkan mama angkatnya sakit karena memikirkan Bara. Oleh sebab itu, Bara akan membuktikan kepada keluarga angkatnya -mama, kakak, dan adik- supaya tidak khawatir kepadanya. Bara akan menjadi pribadi kuat dan dewasa. Bara sudah menyiapkan mental setebal baja guna menghadapi kerasnya Kota Anggur. Bahkan lebih keras dari Kota Apel.

"Bara."

Tanpa balik badan, Bara menoleh. Mendapati sosok cantik menawan dalam balutan midi dress warna hijau toska. Belahan dadanya cukup rendah. Membusung menantang ke depan. Sudah barang tentu the power off bra dan spon pengganjal.

Bara baru sadar jika Dira sudah memoles wajah cantik nan manisnya. Pantas saja lama sekali di kamar mandi. Di samping itu, yang menarik perhatian Bara adalah hidung kelewat mancung Dira sedikit membuat Bara ngeri. Takut kesedot ke dalam blackhole. Bajingan.

Rambut Dira yang sengaja dibagi menjadi dua bagian: yang satu di gerai di depan pundak kanan, dan yang satu digerai di belakang pundak kiri. Semakin menambah daya tarik si wanita dewasa berdarah India.

"A-aku menganggu?" kembali Dira menegur. Ia seperti seorang gadis yang malu-malu di hadapan kekasihnya.

Bara tersadar. Mengerjap sebentar, lalu sepenuhnya balik badan. Memberi senyum hangat menyambut Dira. "Nggak."

Hak Asasi Money 21+ [On Going]Where stories live. Discover now