"Gak kok, boleh banget. Walaupun kakak sibuk, kakak akan temanin Alden."

Dug..... jantung aman Alden? inikan jawaban yang kamu inginkan?

"emang disana udah jam berapa?"

"jam 9."

"kok cepat banget tidurnya."

"belum ngantuk sih sebenarnya, cuman Alden takut."

"emang sendiri di rumah?"

"mmm, nenek sama tante udah pulang. Kupikir Alden berani, ternyata...."

"kamu sih gaya-gayaan sok berani."

"jangan diledekin dong...."

"iya-iya. Kakak temanin deh sampai Alden tertidur."

Kak Keenan terus menemaniku hingga aku benar-benar terlelap, ia serasa ada di dekatku walau kami terpaut jarak hingga beribu mil. Aku gak takut lagi hingga perlahan rasa kantuk itu membuat mataku terlelap.

"Alden, Alden....." suara itu membangunkanku tengah malam. Dia bukan kak Keenan lagi saat kubuka mata, wajahnya nampak ditengah ruang remang-remang itu.

"Abi." Jawabku, sebenarnya aku masih ngantuk, tetapi aku memilih untuk bangun. "Abi udah pulang?" tanyaku menyalakan lampu utama, kulihat jelas wajah itu, wajah lelaki yang telah membuat rindu ini mendera.

"iya sayang, Abi udah pulang." Jawabnya lalu memilih tidur di sampingku. "maaf yah Abi gak bisa jemput kamu." Ucapnya kemudian minta maaf.

"gak pa-pa Bi."

Marah Alden, marah. Gampang banget kamu maafin dia. Setidaknya buat dia merasa bersalah.

"Abi tidur disini?" tanyaku, bukankah seharusnya ia tidur bersama istrinya.

"gak boleh?" tanyanya balik memasukkan badannya ke dalam selimut yang sama yang kugunakan.

"yah boleh sih." Jawabku, boleh banget malah. Aku langsung meluapkan kerinduanku memeluk tubuh Abi. "Aku kangen Abi." Ucapku, aroma tubuh Abi hampir saja membuatku lena, apalagi Abi yang tidak mengenakan baju.

"Abi juga kangen Alden." balasnya mengusap rambutku.

Aku tak berniat melakukan lebih dari ini, aku menyadarkan diriku bahwa siapa aku sekarang. Aku hanyalah seorang anak di mata Abi sekarang. Aku memilih tetap memeluk tubuhnya sambil memejamkan mata berharap bisa melanjutkan tidur aku.

"Alden..." suara Abi terdengar lirih hingga membuat bulu romaku berdiri. "main yuk." Ajaknya.

Ajakan itu seolah telah membelakakkan mataku, apakah aku harus melakukannya bersama Abi lagi padahal aku sudah berjanji untuk tidak lagi? Tetapi Abi seolah tak ingin jawaban tidak. Saat aku mendongak ke atas, ia langsung memegang daguku lalu melabuhkan ciumannya. Bibir Abi terasa lembut menyentuh bibirku apalagi saat ia melumatnya. Ahhh Abi, I miss your lip. Aku tak mungkin bisa tidak membalasnya dan itulah jawaban aku atas ajakannya.

Kubiarkan dia meluapkan semua birahinya sama seperti aku yang telah lama memendam nafsu birahi ini.

Aku naik ke tubuh Abi, duduk diatas perutnya lalu melabuhkan ciumanku di bibirnya. Aku ingin mendominasi malam ini, ku kecup seluruh tubuhnya hingga terdengar desahan dari mulutnya. Kujajal tubuh seksinya dengan lidah binalku dari leher kokohnya, hingga memainkan putingnya yang menegang. Aku menjilatnya, menghisap sambil meremas otot dadanya yang padat dan besar.

Abi kemudian membanting tubuhku dengan mudahnya, kini posisi kami berubah, tubuh besar Abi menindih tubuhku. Ahhh Abi, Alden belum puas membelai tubuh Abi.

Tangan Abi terlalu cekatan, dengan sigap ia melepas semua pakaian yang kugunakan hingga tak tersisa satupun. Ia melabuhkan ciumannya kemudian turun kebawah ke selangkanganku. Ia kulum kontolku yang telah mengeras, oh shit, sudah lama aku tak merasakan sensasi ini. Abi telah membuatku melayang, apalagi tangannya yang bergerilya masuk menyodok lubang analku.

Abi terus mengulum kontolku seperti ia sedang kehausan, liurnya meleleh menjilati kontolku lalu ia mendorong kakiku ke atas, memberinya akses yang mudah ke lubang analku. Tangannya ia masukkan kembali ke dalam, menusuk-nusukkan lubangku dengan dua jarinya lalu menariknya keluar. Sekarang ia bermain dengan lidahnya, menjilati mulut analku yang membuat kenikmatan itu hingga ke ubun-ubunku. Aku meremas rambutnya keras tak bisa lagi menahan sensasi itu.

Puas dengan aksi rimmingnya, Abi menurunkan brief yang ia gunakan, menunjukkan wujud pusakanya yang lama telah kurindukan. Aku langsung menelan ludah, mengangkat bundakku mendekati benda pusaka itu. Abi membawa ke mulutku, kumainkan kontol Abi yang seolah aku telah lama kelaparan.

Slurup-slurup-slurup, liurku terus meleleh menjilati benda panjang yang membuat sakau itu. walau mulutku agak keram, tetapi aku tidak ingin melepaskannya bahkan kudorong kepalaku kedepan hingga kontol Abi seluruhnya masuk ke dalam rongga mulutku hingga mencapai jakunku. Enak banget.

Abi mundur ke belakang, ku buka selangkanganku lalu paha ku angkat keatas. Abi telah siap di posisinya, begitupun aku, dan dengan lembut, ia mendorong kontolnya masuk ke analku. Ahhhh nikmat banget, kupenjamkan mataku merasakan kontol Abi memenuhi ruang di dalam analku.

Emmmphh yeahh.... Emmmppphh ahhhh.... Aku terus mendesah, mengikuti gerakan Abi yang dari pelan sampai genjotannya kencang dan keras.

Yeshhh Abi, Fuck me.

Tak bisa aku tak mengeluarkan desahan itu, aku tak peduli ada orang lain di rumah ini. bagiku ini adalah malam antara aku dan Abi.

Aku selalu suka melihat ekspresi Abi saat menghujamkan kontolnya di anusku, ia sangat seksi nan menggoda. Why Abi, Abi jatuh ke pelukan orang lain?

Ahhh Alden, bisa gak sih kamu meniadakan pikiran itu di pikiranmu. Malam ini adalah malammu dengan Abi. Nikmatilah. Aku mencoba berfikir seperti itu namun sosok wanita itu di benakku selalu menggangguku yang entah mengapa aku tak begitu menikmati keintiman kami malam ini. aku tak lagi agresif seperti tadi, aku berubah menjadi pasangan pasif yang pasrah dengan apa yang pasanganku lakukan terhadap tubuhku.

Abi terjatuh di sampingku sesaat setelah ia menumpahkan cairan kenikmatannya di dalam analku, ia memberiku kecupan lalu membawaku ke pelukannya. Tak lama terdengar suara dengkuran darinya. Aku cukup bahagia, kebiasaan Abi masih belum berubah tetapi aku malah kepikiran, apakah urusan ranjang Abi dengan istrinya tidak seharmonis apa yang ditunjukkan istrinya di sosial media? Dari nafsu Abi yang mengapi-api tadi, sepertinya iya. Ahh tapi bodoh amat, bukan urusan Alden lagi soal itu.

Aku memutuskan untuk tidur kembali, kupejamkan mataku namun langsung terbelalak setelah menyadari sesuatu. Segera kucari ponselku yang entah posisinya ada dimana. Oh Tuhan, mungkinkah panggilanku ke kak Keenan belum berakhir. Aku jadi panik, ponselku juga entah kemana.

"cari apa sayang?" tanya Abi yang terusik setelah kucari-cari ponselku di balik badannya.

"hape." Jawabku masih mencari keberadaan hapeku.

"tuh, di meja." Tunjuk Abi. Entah bagaimana ia tahu keberadaan ponselku. segera kuambil ponselku dan melihat tak ada lagi panggilan suara yang terhubung antara aku dan Kak Keenan.

Ahh syukurlah, aku bisa bernafas lega.

Step BrotherWhere stories live. Discover now