20

39 4 0
                                    

"Kak, kita ngapain ke mall?"

"Beli kado buat Kania lah, nanti pas peresmian kakak gabisa dateng soalnya ada. Soalnya ikut ibu ke persidangan", Harumi mengangguk sambil jalan terlebih dahulu masuk ke dalam mall dan keliling mencari toko yang ia maksud

"Nah sampai deh. Yuk masuk",

"Loh, eh kak gasalah? Riki malu ah", jelas Riki malu, orang Harumi mengajaknya ke toko pakaian dalam wanita gimana ga canggung nantinya

"Terus gimana? Yaudah tungguin diluar aja", Harumi berjalan memasuki toko yang didominasi warna pink pastel itu sambil memilih lingerie untuk Kania, ia bahkan meminta saran pada pegawai toko untuk dicarikan lingerie yang bagus untuk pengantin

"Lebih baik dicoba dulu kak, takutnya tidak cocok ditubuh kakak"

"Loh mbak, bukan saya yang mau nikah, teman saya mbak"

"Oh maaf mbak, kirain mbak sendiri", Harumi melirik sinis pegawai toko ini, pantesan pas ia minta pilihin beberapa lingerie, mbak-mbak pegawai ini menatapnya tak percaya, iyalah orang Harumi masih pakai pakaian sekolah, pulang sekolah langsung kesini. Gimana gamau syok pegawai toko

Karena merasa sudah kelamaan, alhasil Riki terpaksa harus memasang wajah tembok demi menghampiri Harumi yang kelamaan di dalam. Lagian milih dalaman memang selama itu? Riki biasanya cuma minta yang ukuran sekian langsung bayar

"Kak? Ngapain lagi?", Harumi yang sedang berada di bagian bra itu kaget melihat Riki di belakangnya

"Ngapain sih", Riki melihat tangan Harumi yang sudah agak banyak pakaian dalam wanita, mau Riki buang muka pun ia tetap bisa melihatnya sejauh mata memandang

"Kakak beli sebanyak itu?"

"Engga lah, aku sekalian beli buat aku juga dek. Ini lagi milih buat aku sendiri, buat Kania mah udah", pipi Riki memerah

"Cepetan ya kak"

"Ngapain cepet-cepet orang lagi milih juga"

"Ya pokoknya cepetan!", Riki berjalan cepat keluar dari toko pakaian dalam wanita itu. Merasa olahraga jantung di dalam, apalagi setelah mendengar alasan Harumi tadi









🐥

Riki sebetulnya cukup terkejut melihat kakaknya yang sekarang sudah tersenyum lebar diatas pelaminan bersama orang yang Riki baru kenal, katanya sih temen sekelas nya dulu pas masih sekolah. Gatau deh Riki aja udah lupa

Tapi yang jelas, mata Riki memerah melihat dirinya yang duduk bersama sang ibu, menggantikan ayahnya diatas pelaminan. Sepanjang peresmian hubungan kakaknya, Riki selalu memandangi wajah cantik Kakaknya itu dengan sendu, hatinya berbicara

"Ayah, liat kakak yah. Anak yang dulu suka ayah cubit pipi tembemnya sekarang udah punya kehidupan nya sendiri, kakak ninggalin Riki sama ibu demi kehidupan barunya yah"

Acara pernikahan kakaknya ini tidak di laksanakan dengan mewah, bahkan cukup hanya mengundang beberapa kenalan ibu, kakaknya, dan beberapa kenalan dari keluarga mempelai pria

Bahkan saat Kania pamit kepada ibunya untuk keluar dari rumah, Riki menahan tangisannya. Kania menghampiri Riki lalu memperhatikan adik kecilnya ini sambil tersenyum yang ia paksakan. Harumi hadir disana, disaat pelepasan Kania

"Jangan nangis ege, gue juga ikutan nangis ini kan ah, sialan lu", tangisan Riki pecah, dirinya tidak mampu menahan tangisannya bersamaan dengan pelukan sang kakak yang ikut menangis dengan kencang

"Udah", Riki menepuk-nepuk pundak kakaknya cukup kencang

"Lo yang udah"

"Lo juga, udah nikah ga malu apa"

"Siapa suruh lo nangis, kan gue jadi ikutan", ucap Kania. Walaupun mulut mereka berkata demikian, pelukan dari kedua belum juga lepas

"Udah ah kak, bau lo belom mandi kan seharian", Riki melepaskan pelukannya lalu menoleh ke arah Harumi yang sudah ikutan mewek disamping sang ibu. Ia ingin tertawa, tapi rasa sedih dalam dirinya masih mendominasi

"Bawa nih bang Alev, jangan lupa mandiin sekalian", Kania yang masih mengusap air matanya itu memukul kepala Riki cukup kencang hingga adiknya itu kesakitan

"Haru, gue pamit yak. Udah kelas 12 lu jangan lupa belajar juga", Harumi mengangguk lalu ia memeluk singkat Kania

"Jaga diri ya Kania. Kado dari gue jangan lupa dibuka", Kania mengacungkan jempolnya kepada Harumi

Riki dan Harumi saling melirik tersenyum penuh arti, padahal pas lagi nyusun kado dirumah Harumi, Riki kayak najis banget megang nya

"Kak", Kania berbalik menatap adiknya dari jendela mobil suami barunya

"Jangan lupa motor yang udah kakak janji in loh", ucap Riki menghampiri jendela mobil dan mendekatkan wajahnya ke wajah Kania, ia berkata pelan yang hanya terdengar oleh kakaknya saja

Riki kemudian kembali sambil berlari kecil ke arah teras rumahnya sambil melambaikan tangan kepada mobil kakaknya yang sudah jalan meninggalkan rumah

Harumi membantu ibunda Riki untuk kembali ke kamarnya, "Kak Haru mau pulang sekarang?", Harumi mengecek ponselnya, ibunya pasti belum pulang

"Nanti aja, aku mau temenin ibu dulu", Riki mengangguk pelan dan meninggalkan Harumi di kamar ibunya, ia kembali ke kamarnya untuk istirahat sejenak

"Harumi"

"Iya bu?"

"Menurut kamu, Riki orangnya gimana?"

"Baik kok bu, nurut juga. Harumi suka"

Ibunda Riki mengulum senyumannya, "Kamu suka Riki?"

"Eh,..... Maksud aku aku suka kalo punya adek kayak Riki. Aku juga kan dirumah anak tunggal bu", ibunda Riki mengangguk paham

"Kalau sebagai cowok?"

Harumi melirik ke kanan kirinya, "Belum kepikiran sih bu hehehe", Ibunda Riki kembali mengangguk paham. Ia merasa jika Harumi ada rasa trauma pada pria mungkin setelah perpisahan kedua orangtuanya

"Ibu udah makan? Mau aku beliin makan malem sekalian?", Harumi mencoba mengalihkan obrolan mereka yang membuat pipi nya memanas, ibunda Riki tau itu

"Boleh", Harumi mengangguk lalu keluar dari kamar ibunda Riki dan mengeruk kamar sebelah beberapa kali sambil memanggil namanya, kamar Riki.

"Kenapa kak?", Riki membuka pintunya, menampilkan dirinya yang dibalut kaos putih tipis dan celana pendek

"Cari makan yuk, buat kita bertiga"

"Aku ga laper kak"

"Aku tau kamu belum makan, ibu juga. Ayo kita cari makan buat makan bareng-bareng", Riki mengangguk, ia membiarkan pintu kamarnya dibuka sementara ia memakai celana panjang double

"Yuk", Riki mengajak Harumi untuk berjalan-jalan disekitar rumahnya, perhatian Harumi langsung tertuju pada gerobak nasi goreng saat ia mencium wanginya

"Itu aja lah yang cepet", Harumi memesan 3 bungkus nasi goreng pada pedagang, ia duduk di kursi yang disediakan bersamaan dengan Riki yang duduk disampingnya. Harumi memainkan ponselnya

"Kak Haru"

"Hmmm?"

"Kak"

"Hmm iya?", Jawab Harumi tanpa melepaskan pandangannya ke arah Riki

"Harumi", Harumi kaget mendengar Riki yang memanggil namanya tanpa embel-embel kak

"Daritadi main hp aja. Aku mau ngomong",

Harumi mematikan ponselnya lalu beralih menoleh ke arah Riki, "Iya udah, kenapa dek?"

"Boleh gak kak kedepannya kakak jangan panggil aku adek? Aku mau dilihat sebagai cowok sama kak Haru"










🐥

Fate And Hate - Nishimura RikiWhere stories live. Discover now