3. Perkara futsal

Start from the beginning
                                    

"Adek.." Nadine mencoba menegur si bungsu.

"Dasar anak tidak tau diri, bukannya intropeksi diri malah semakin menjadi! Dasar anak kurang ajar!" gumam eyang Ratih pelan namun masih bisa terdengar jelas oleh mereka semua.

"Eyang maafin adek ya? Adek ga bermaksud kurang ajar–"

"Alah kamu ga usah belain adek kamu yang kurang ajar itu! Karena kamu dan dia sama aja, sama-sama ga tau diri!" sela eyang Ratih cepat.

"Eyang!" Alaska mulai mengeluarkan suaranya dengan nada bicaranya yang terdengar sedikit meninggi.

"Kamu berani bentak eyang, Alaska?!" eyang Ratih pun ikut meninggi kan nada bicaranya.

"Bukan begitu eyang, tapi Alaska rasa sudah cukup, kita hentikan pembahasannya sampai disini ya eyang? Ga baik berdebat di depan makanan," sahut Alaska yang kembali melembut.

"Mas Aka ada benarnya eyang, mending sekarang kita lanjut makan dulu ya sebelum semuanya terlambat lho," timpal Aletta seraya menunjukan senyumnya.

"Eyang udah ga nafsu makan!"

Sreeeeet!!! Eyang Ratih beranjak dari duduknya lalu berlalu begitu saja melangkahkan tungkainya keluar dari ruang makan membuat Gibran yang melihat pun menghela napas lelah seraya mengurut pangkal hidungnya dan setelah itu suasana di ruang makan pun jadi hening seketika.

"Maafin Rion ya.." cicit Orion pelan.

"Nggak, harusnya Rigel yang minta maaf. Maafin Rigel ya karena Rigel udah ga sopan sama eyang," ucap Rigel.

"Udah udah ga usah di pikirin ya, yang harusnya minta maaf itu ayah karena ayah yang memulai pembahasan ini ga seharusnya ayah bahas hal itu saat kita lagi di meja makan. Maafin ayah ya? Adek sama kakak mau kan maafin ayah?" mendengar penuturan sang ayah sontak si kembar pun menggelengkan kepalanya bersamaan, lucu sekali.

"Ayah ga salah kok, jadi ayah ga perlu minta maaf ya?" sahut Orion.

"Nah 2in lah," timpal Rigel.

"Udah ah jangan maaf maafan mulu lebaran udah lewat, mending sekarang kita lanjut makan. Kasian tuh Zayn udah kaya orang kurang gizi dari tadi planga plongo," lerai Kavin yang kembali membuat suasana mencair menjadi sedikit lebih hangat.

"Sialan! Gue lagi yang kena, padahal gue udah diem dari tadi!" gumam Zayn kesal pada Kavin.

"Udah udah sekarang lanjutin lagi makan nya, makanan adek sama kacil masih banyak tuh," ucap Nadine dan anak-anaknya pun kembali melanjutkan kegiatan sarapan paginya, ah kecuali Orion.

"Kenapa ga di makan lagi hm? Itu makanannya masih banyak dek," tanya Alaska pelan yang terdengar seperti bisikan pada salah satu adik kembarnya, Orion.

"Ga deh mas, makanannya terlalu hambar lagian Rion juga udah kenyang kok, kalau di paksa nanti takutnya Rion malah muntah," jawab Orion dengan wajahnya yang masih terlihat murung.

"Tapi kacil nya baru makan 3 suap lho nak? Ibu minta chef buat masakin makanan yang baru ya? Adek mau makan apa?" sang ibu yang mendengar pun menyahuti.

"Ga usah bu, ini makanannya enak kok tapi Rion nya udah kenyang, ga mau di paksa takut mual," Orion berusaha menunjukan senyum manisnya pada sang ibu agar ibunya tidak khawatir.

"Yaudah kalau gitu kacil minum obat sama vitaminnya ya?"

"Um!" Orion pun mengangguk lucu, lalu tangannya meraih piring kecil yang berisikan beberapa pil obat serta vitamin yang harus ia minum.

Namun bukannya langsung meminum butiran obat tersebut, Orion malah menatapnya dengan sendu.

"Eh obat Rigel mana? Rigel juga harus minum obat 'kan?" ucap Rigel membuat seluruh anggota keluarganya melongo seketika.

•What If Orion & Rigel Live Together•Where stories live. Discover now