"Mama!" Bocah itu kembali meraung dan menjerit keras dengan kakinya yang terus menendang udara; bergerak sembarang.  Sementara Roseanne sempat ternganga sejenak mendapati perilaku yang jauh dari kata normal bagi anak sebesar itu.

"Tenanglah, nak. Kita pasti akan menemukan mama dan pamanmu," ucap Roseanne selagi bersimpuh; berencana menentramkan hati si jejaka. Pada dasarnya Roseanne memang memiliki sikap keibuan yang telah lama melekat di dirinya. Sehingga ia tidak akan tega meninggalkan anak hilang itu sendirian.

Tidak lama setelah itu, seorang pria bertato dengan kaos putih keluaran Calvin Klein yang dilengkapi jaket jeans mendadak menghampiri Roseanne. "Madame, angkatlah buah hatimu yang sedang tantrum itu," tegasnya setelah mendesah tidak sabaran.

Mendengar cuitan omong kosong, Roseanne lantas mendongak seraya menyernyit kepada pria berhidung mancung yang nampaknya juga memiliki tujuan sama dengannya; yakni menjepret keindahan dari tempat destinasi wisata tersebut. Sebab sang adam turut membawa sebuah kamera profesional, sama sepertinya.

"Itu bukan anakku." Nada jengkel tertera jelas pada setiap kalimat Roseanne semasa ia kembali melanjutkan, "Aku hanya berusaha menenangkan, di saat kalian semua hanya diam dan menatapinya dengan acuh tak acuh."

Kemudian si pria gagah dengan tindikan di bibir itu sontak turut duduk sambil menekuk lututnya di sisi Roseanne. Sementara wanita bertubuh ramping itu sempat mematung sejenak, memandangi rahang tegas si adam yang berada terlalu dekat dengannya. Hingga mencipta lengan keduanya saling menempel dan bergesekan. Berhasil menghantarkan muatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuh Roseanne—membuatnya meremang.

Ditambah pada saat jarak keduanya yang kian menipis, Roseanne agaknya dapat mengendus wewangian dengan berbagai notes fragnance yang mengekspresikan maskulinitas, sensualitas, dan kekuatan. Tak elak menimbulkan sedikit rasa ketertarikan di hatinya akan sang adam.

Sejak dahulu, Roseanne selalu mengidam-idamkan seorang kekasih dengan visual persis seperti pria asing yang baru ditemuinya saat ini; rupawan, gagah layaknya pejantan tangguh, dan wangi. Namun sayang, kebanyakan dari pria semacam itu biasanya terkenal dengan kebrengsekannya. Roseanne pun langsung melayangkan segala lamunannya perihal rencana menggaet seorang pria asing yang tengah berjongkok di sampingnya dengan menggelengkan kepalanya mantap, meski batinnya memberontak kacau.

"Lalu itu anak siapa?" Tanya si pria, disertai netra bambinya membulat—berhasil menyadarkan Roseanne dari khayalannya yang kelewat gila. "Dimana orang tuanya?" Tambahnya.

"Entahlah," desah Roseanne gusar, sebelum menghela napas kasar. "Yang jelas dia sedang terpisah dari keluarganya."

Di sisi lain, terdapat seorang wanita berwajah bulat dengan mata kucing— yang dibaluti busana keluaran Chanel—datang selintas dari arah kerumunan, seakan hendak menjemput seseorang. 

"Jeon sayang..." Wanita mungil tersebut sekonyong-konyong menepuk bahu sang adam yang masih duduk mecangkung di samping Roseanne. "Ayo kita pergi sekarang, aku sudah lapar," lanjutnya sambil menekuk wajahnya.

Roseanne lantas membatu juga terhenyak pelan, seakan sebagian jiwanya pergi meninggalkan dirinya. Ia bahkan tidak mengenali perasaan asing tak mengenakkan yang seketika menyelimuti hatinya. Ternyata dia telah memiliki pasangan. Sial...Kualitas terbaik memang selalu saja cepat sold out-nya, batinnya.

"Oui, baiklah Ruby, Ma Chérie." Pria bernama Jeonathan itu sempat mendesah pelan manakala beranjak bangun dari posisinya. Lalu sejenak melempar tatapan memelas pada Roseanne. "Maaf. Aku harus segera pergi dari sini. Kau harus membantu anak ini menemukan keluarganya ya," lanjutnya yang hanya mendapat anggukan kecil dari lawan bicaranya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VENGEANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang