#3 Ratapan di Danau

97 11 1
                                    

Sebuah sepeda mini warna peach melaju santai diiringi nyanyian lembut angin pegunungan. Melintas jalan lengang yang diapit hamparan hijau kebun teh.  Tas selempang berbahan kanvas motif garis-garis, serta beberapa rol kertas karton terongok dalam keranjang depan sepeda. Tak banyak kendaraan yang berpapasan dengannya.

Gadis remaja berseragam putih abu-abu dilapisi sweater rajut biru sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah. Kedua tungkai terus mengayuh pedal sepeda dengan napas yang terengah. Senyum tipis  terus melekat di bibir ranum itu. Meski lelah, dia selalu menyukai pemandangan sepanjang jalan. Daun-daun Pinus yang memayungi menebar aroma segar untuknya.

Enam tahun berlalu. Winarti tumbuh menjadi gadis belia yang cerdas. Sekarang dia sudah duduk di bangku kelas 12, sebuah sekolah favorit. Meski harus menempuh jarak yang cukup jauh, Winarti meyakinkan ibu bahwa dia bisa. Dia hanya butuh sebuah sepeda untuk menemaninya ke sekolah.

Dari kejauhan Winarti bisa melihat bukit-bukit yang berselimut awan tipis. Rumah penduduk tampak asri saling berjauhan, posisi bangunan terletak di dataran yang lebih tinggi dari jalan. Sebagian penduduk menyediakan kamar kosong di rumahnya untuk bisa disewakan kepada wisatawan.

Cuaca pegunungan yang sejuk berpihak pada Winarti. Matahari bersinar lembut, sehingga tubuhnya tak banyak mengeluarkan keringat. Setiap melewati jalan menanjak Winarti harus mengerahkan usaha lebih keras, menginjak pedal lebih bertenaga, lalu setelahnya sepeda akan meluncur bebas tanpa perlu dikayuh lagi. Saat jalanan benar-benar sepi, gadis manis berambut ekor kuda itu berteriak lepas dengan bahagia. Senang sekali hatinya.

Gerobak jagung bakar Mang Dadang di bawah pohon jati yang rindang sudah terlihat. Winarti ingin singgah sebentar ke sana sebelum pulang. Mumpung masih ada sisa uang jajan. Beberapa orang tampak duduk di bangku panjang. Tak jauh dari situ ada pula pangkalan ojek.

Ciiit! Rem sepeda Winarti berdecit saat berhenti di depan gerobak.

"Jagungnya yang super pedas satu, Mang!" pinta Winarti, mendekati Mang Dadang yang sibuk mengipas-ngipas jagung di atas bakaran.

"Siap, Neng!" Lelaki paruh baya itu tersenyum ramah, mengoleskan lebih banyak bumbu warna merah ke salah satu jagung untuk langganannya.

Winarti menunggui jagungnya sampai matang, lalu duduk di pojok kursi panjang yang tersedia.  Tersisa dirinya dan seorang lelaki muda yang duduk di sudut berbeda. Beberapa orang yang lain langsung pergi setelah jagung pesanannya dikemas untuk dibawa pulang.

Menikmati jagung bakar hangat, manik hitam Winarti berpendar. Tumben, si Lia tidak menunggunya di sini. Lia, gadis seumuran Winarti, sama-sama penghuni Losmen Kembang Kuning. Mereka sekolah di tempat yang berbeda. Sekolah Lia jaraknya lebih dekat. Nilainya tak mampu menembus sekolah favorit seperti Winarti.

Pemuda jangkung yang duduk sendiri itu, seolah memiliki magnet tersendiri. Wajahnya tampan dengan hidung tinggi serta rahang tegas. Sepasang mata hazel dengan bulu-bulu alis yang hitam tebal, menyatu ke pangkal hidung layaknya burung elang yang sedang menukik. Tudung Hoodie hitam yang menutupi  kepalanya memberikan kesan misterius.

Tanpa sadar Winarti terus memperhatikan pemuda itu. Sama dengan Winarti dia pun sedang menikmati sebuah jagung bakar. Namun, tampaknya tidak benar-benar fokus menikmati jagung. Tatapan dingin itu selalu tertuju ke jalan di sana. Sebuah portal jalan menuju Losmen Kembang Kuning.

Berdecak kecewa Winarti. Menyayangkan pria setampan itu ternyata tertarik juga pada Losmen Kembang Kuning. Otak laki-laki ternyata sama saja kotornya. Winarti meniup kesal poninya hingga beterbangan.

Sampai jagung di pegangan tinggal rangka, batang hidung Lia yang ditunggu tidak terlihat. Sepertinya gadis itu sudah pulang lebih dahulu tanpa menunggu Winarti. Tangkai jagung dilempar ke dalam keranjang sampah, lalu dia berdiri dari bangku sembari merogoh kantung jaket.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOSMEN KEMBANG KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang