Chapter 4 : Kecanduan

50 5 11
                                    

Sudah beberapa hari ini, aku terus menggunakan Magic App. Ternyata bukan hanya sekadar nama, tetapi benar-benar ajaib. Aku sama sekali tidak menyangka ada aplikasi sekeren ini di dunia nyata. Seluruh keinginan yang aku tulis, pasti terwujud. Saat ini, aku sedang menunggu kedatangan Devano yang akan membawa martabak. Ting! Aku mendapatkan pesan baru dari Devano.

Devano ❤️

Della, aku ada di depan rumahmu nih. 19:30

Kamu keluar sekarang ya? Aku tunggu kamu. 19:30

19:31 Di depan? Oke, deh. Sebentar aku keluar.

Aku beranjak untuk menghampiri lelaki itu.

“Kamu ngapain ke sini?” tanyaku basa-basi karena sebenarnya aku tahu apa maksudnya datang ke sini. Tentu hanya untuk membawakan martabak cokelat kesukaanku.

“Aku bawa martabak cokelat kesukaan kamu.”

Tuh ‘kan benar! Dia datang bawa martabak.

“Martabak cokelat? Wah, makasih Ayang. Ayo, masuk! Kita makan bersama.”

“Hmm… kamu makan sendiri saja ya? Aku mau langsung pulang, Del. Capek banget nih.”

“Yah, yakin nggak mau temenin? Sebentar saja... please.

“Aku capek, Della. Aku pulang ya? Bye, Della.”

“Ya, sudah. Kamu hati-hati di jalan.”

Devano beranjak pergi dan masuk ke mobilnya. Aku segera meraih ponselku, membuka Magic App dan membuat keinginan.

19:37 Aku mau Devano menerima tawaran makan martabak bareng di rumahku.

Baiklah. Magic App, make your boyfriend as you want. Selamat makan martabak! 19:37

Tak lama, Devano keluar dari mobilnya dan segera menghampiriku.

“Kenapa balik lagi? Berubah pikiran?”

“Hmm… iya. Aku temani kamu makan martabak.”

Yes, makasih Ayang. Sebentar aku ambil piring sama garpu dulu ya? Dusnya berminyak banget.”

“Oke, aku tunggu.”

Aku beranjak masuk mengambil piring serta garpu. Aku kembali dengan membawa satu piring dan satu garpu.

“Kok hanya satu?”

“Ya, satu berdua saja. Nggak apa-apa ‘kan?”

It’s okay. Kamu bisa duluan.”

“Suapin dong.”

“Suapin? Manja banget. Bisa makan sendiri ‘kan?”

“Ih, suapin. Aku lagi pengen dimanja.”

“Oke, oke, aku suapin. Manja banget astaga.”

Devano mulai menyuapi aku martabak dengan pasrah. Maafin aku yang manja ini ya, Yang. Kami pun mulai menyantap martabak cokelat berdua sambil memandangi langit malam hari yang begitu indah.

“Permisi, Non. Ini minumnya.”

“Makasih, Bi.”

“Tumben banget Den Devano mau mampir malam-malam gini.”

“Iya, Bi. Kebetulan saya lagi pengen temenin Della makan martabak.”

“Oh, gitu. Ya, sudah silakan dilanjut. Bibi permisi ke dalam lagi, takutnya ganggu.”

“Oke, Bi. Sekali lagi makasih minumnya. Jadi merepotkan.”

“Sama-sama, Den. Nggak repot sama sekali.”

Magic AppWhere stories live. Discover now