Aku Muak dan Aku lelah

Depuis le début
                                    

"Dih lo berubah jadi pendiam nggak Milan banget deh" Alka masih terus mencoba untuk membangun komunikasi tanpa ia sadari yang sedang berdiri di hadapannya sekarang mencoba untuk meredam amarahnya sekuat tenaga yang ia bisa dan kapan saja amarah itu bisa meledak dengan sendirinya.

"Alka bisa nggak minggir dari harapan gue?" Milan mencoba bertanya secara baik-baik berharap kalau orang yang menghalangi jalannya bisa menyingkir dan dia tidak perlu mengeluarkan tenaga ataupun berdebat.

"Milan lo kenapa sih? lo sakit? lo ada masalah?'' Alka kembali menudingnya dengan dengan berbagai pertanyaan.

"Bukan urusan lo!" setelah mengatakan itu Milan berjalan melewati Alka.

"Weh Bro lo pagi-pagi udah melancarkan aksi aja nih, mana tadi berhenti di tengah lapangan lagi couple drakor gitu bikin orang jomblo sakit mata aja tahu nggak" ucap Dilsa blak-blakan.

"Apaan sih dia aja marah sama gue tanpa sebab" Alka terlihat bete.

"Lah marah kenapa?" Dilsa bertanya.

"Nggak tahu gue"

"Maklumin aja namanya juga cewek ada masa pasang surut moodnya" Dilsa memberi pengertian.

"Emang air laut? Sampai ada pasang surutnya segala"

"Yaelah itu kan perumpamaan Bego, perumpamaan bukan beneran ngerti dikit Napa"

💫💫💫💫

Milan hanya terduduk dengan seribu perasaan kacau di atas kursinya dengan bertumpu pada kedua lipatan lengannya di atas meja yang posisi itu terlihat seperti dia tidur dengan posisi duduk.

Tuhan apakah bahuku terlalu kuat sehingga kau memberikan aku ujian yang rasanya aku tidak lagi bisa melewati hari tanpa adanya mentari yang menemani setiap langkah yang kujalani.

Risa yang baru datang langsung meletakkan tasnya di atas kursi sebelah Milan hari itu mereka akan mengerjakan tugas kelompok sehingga kursi dan meja mereka sudah disusun secara berkelompok dan tepatnya Risa dan Milan 1 kelompok ditambah dengan Lea dan rea juga.

"Milan jangan tidur sebentar lagi kelas akan dimulai" Risa memperingatkan.

"Bangunin ya kalau udah bel pinta Milan.

"Oke tapi jangan tidur beneran nanti susah banguninnya" ulang Risa.

Membangungkan kepalanya "iya iya nih aku bangun sekarang"

"Milan kamu habis nangis mata kamu sedikit bengkak loh" Risa yang sudah dari tadi memperhatikan sahabatnya tidak mendapati jawaban atas pertanyaannya itu.

"Jangan bilang kamu nangis lagi" desak Risa dengan sejuta kekhawatiran nya kepada sang sahabat.

"Mana ada tadi malam aku cuma nggak bisa tidur makanya nih mata bengkak" Alibi Milan yang jelas-jelas berbohong kepada sahabatnya.

"Insomnia lagi?"

"Sudah sering aku bilang sama kamu insomnia itu harus dilawan kalau tidak kapan berhentinya jika kamu tidak sayang sama diri kamu sendiri setidaknya ingat orang yang sayang sama kamu" tutur Risa panjang lebar.

"Janji Harus bisa melawan insom pokoknya" mengacungkan jari kelingking nya.

"Janji" mengacungkan jari kelingking nya. Milan menautkan jari kelingking mereka berdua "iya iya janji bestie"

"Maaf Risa aku belum bisa menceritakan sebenarnya" Milan membatin.

Milan beruntung punya sahabat seperti Risa di dalam hidupnya, walaupun terkadang mereka juga berselisih dan bertengkar karena hal kecil dan baikan lagi seperti semula.

Suasana kelas terlihat normal seperti kelas pada umumnya karena ini adalah kerja kelompok yang mengaruskan setiap kelompok harus menyelesaikan tugas masing-masing karena nanti akan di tukar untuk di beri penilaian dan di koreksi oleh kelompok lain, Milan dan tim nya dengan cermat mengerjakan tugas kelompok mereka tanpa ia sadari sepasang mata selalu curi pandang ke arahnya.

Hari ini bisa dibilang cukup tenang bagi milan karena tidak ada pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan Alka Karena Milan yang selalu berusaha semaksimal mungkin menghindari berdekatan dengan Alka sedangkan Alka yang juga menghabiskan waktunya bersama kedua sahabatnya bermain game di ponsel masing masing. Milan berharap semoga hal ini setiap hari terjadi. Mentalnya tidak sekuat itu untuk menerima bertubi tubi luka dalam waktu yang bersamaan.

Bel pulang sekolah berdering nyaring menandakan usainya hiruk pikuk kehidupan di dalam kelas. Milan dengan lesu mengambil tasnya yang terletak di kursi, dengan malas ia berjalan keluar kelas, Badannya terlihat lelah tapi percayalah hatinya jauh lebih lelah.

Milan berjalan dengan lesu di lapangan sekolah SMA Garuda tanpa disadari dari tadi ada sepasang mata yang terus mengawasi pergerakannya dari balik helm full face nya. "Dia kenapa?" Kalimat itu reflek keluar dari mulutnya.

Setelah Milan tidak terjangkau dari pandanganya barulah Alka menghidupkan mesin motornya dan meleset meninggalkan parkiran, di otaknya masih terngiang-ngiang kalimat Milan tempo hari lalu membuatnya semakin penasaran sama kehidupan gadis itu.

"Apakah yang gue lihat selama ini hanya pura-pura? Dia hanya bersandirawa bahagia? kalau beneran luka kenapa harus di paksa tertawa" Dengan tak sadarnya dia juga menjadi bagian dari luka tak terbuka di hidup gadis itu.

"Gue tidak pernah mencintai seseorang sebelumnya seperti gue mencintai Lo Milan"

Gimana menurut para readers di chapter ini?

Semoga suka ya 😊 🤗

Jangan lupa
Vote
Komen ya

See u di chapter selanjutnya 😇

Love story Alka Où les histoires vivent. Découvrez maintenant