Satiesfield - 01

4 0 0
                                    

Jumantara burit menjingga arus udara menyapu kulit yang dingin. Senja memunculkan dirinya ditengah langit yang akan berubah menjadi hitam kemalam.

Suar asap dari dua cangkir kopi yang meruah menggebu gebu berharap sesegera mungkin dua wanita dihadapannya menyeruputnya. Suasana canggung di atas balkon terlihat tak juga mencair membuat keduanya terlihat lelah.

Wanita berjaket putih dan rambut coklat legam yang terurai itu menatap lamat wanita sebaya yang berada di hadapannya yang kini membuang tatapannya pada cakrawala sore itu. Nampaknya ia tak terlihat nyaman berada di hadapannya.

Helen Nova, begitulah sosok yang ikonik dengan keramahannya yang dianggap berlebihan oleh sebagian orang. Dan dihadapannya wanita bertubuh lebih tinggi darinya dan surai kuning jahenya adalah Emby, rekan kerjanya yang baru dua hari ia kenal. Helen sengaja mengundang Emby minum kopi bersama di rumahnya sebagai tanda perkenalan mereka agar lebih dekat. Begitulah Helen memperlakukan setiap orang baru yang datang dihidupnya.

Keduanya memiliki karakter yang bersebrangan. Terlihat dari raut wajah Emby yang terlihat tak terlalu menyukai kondisi ini dan Helen yang terlihat menunggu wanita itu menyapanya. Emby bukanlah sosok yang senang bercengkrama dia lebih suka bersikap acuh tak acuh tak seperti halnya Helen yang setiap waktu berbincang dan membuat sebuah pendekatan karna dia menganggap semua orang baik dan dia harus berteman dengannya.

Emby sesekali melirik kopi di atas meja lalu menyeruputnya membasahi tenggorokannya. Dehamannya berusaha mencairkan suasana "kamu udah lama jadi bagiana disana?" Emby memulai percakapan. Terlihat wajah camar itu menaikkan senyumnya bahagia mendengar Emby meluluhkan udara yang dingin.

"Oh aku, baru dua tahun" ujarnya. "Disini tinggal bareng siapa?" Pertanyaan yang terucap itu memberikan ekspresi terkejut dari Helen "eh?kan tadi ada ibu dan adikku dibawah" lenyap ujar Helen membuat Emby canggung dia baru ingat Helen sebelumnya menjelaskan dia hidup bersama ibu dan adik lelakinya sambil menahan malunya dengan seruputan kopi itu meresapi kecanggubgan ini.

"Kamu sendiri tinggal sama siapa?" Tanya balik Helen. "Sendiri" lirihnya. Emby bukan tipikal yang akan menjawab seperinci itu jadi jangan terlalu heran. "Kamu udah pernah kerja juga ya dibagian intenet gitu? Soalnya kemaren aku liat kamu tak tiknya jago gitu jadi iri deh..." guyon kecil Helen seperti hari hari biasanya.

"Oh makasih," Helen mematung melihat sikap acuh tak acuh perempuan satu ini. Apakah hari ini Helen terlihat jahat karna sebab itukah Emby terlihat tidak menyukainya. Ah sifat sensitif itu lagi.

Helen tersenyum lebar lebar sampai tak tersisa rongga untuknya menahan senyum itu tetap diatas "pegel banget" rikuk hatinya menahan senyumnya tetap bertahan agar Emby  menyadarinya. Sedangkan Emby menatapnya bingung melihat tingkah aneh Helen yang berbeda dengan spesies wanita manapun.

Hiruk pikuk kantor dengan para karyawan yang sibuk dengan aktifitasnya. Ditengah hal itu terlihat dua pria sedang berdebat serius karna sesuatu hal "kamu tuh bisa kerja gak sih!?!" Intonasi tingginya menimbulkan seisi kantor bertanya tanya pada situasi ini.

Pria berkemeja biru itu terlihat gugup "s-saya bisa ulang lagi kok pak laporannya" ujarnya tak menatap pria dihadapannya yang dipenuhi amarah. Wajahnya memerah dan tangannya mengepal sembari melihat lembaran di tangannya--laporan yang dikerjakan pria berkemeja biru. Kesalahan yang tak disengaja itu menjadi hal serius jika mereka berada di lingkupan kantor yang memiliki tag Dixon Company. Yang kini dikelola oleh cucu dari pendiri perusahaan yang terkenal memproduksi barang elektronikal yang dikenal dengan barang canggih yang harganya menyentuh harga normal atau bisa diucapkan luxury.

Kesalahan sekecil apapun akan menjadi masalah besar karna perusahaan mereka secara tak langsung adalah perusahaan yang dikelola langsung oleh pemegang aset tersebut yang kini menjadi pengusaha sukses termuda di dunia yang identitasnya bersih dari publik karna bahkan terdengar ditelinga masyarakat betapa masyurnya pria itu namun bungkam dengan seribu kata seoalah dunia tak boleh tahu.

"Saya gak punya pilihan ke kamu. Saya akan keluarkan gaji kamu mulai besok berhenti bekerja ya" putusnya melihat keadaan yang semraut karna nada bicaranya kini semua orang berkumpul di keliling mereka. Pria yang mendapat pencopotannya sebagai karyawan yang telah bekerja untuk perusahaan ini selama lima tahu hanya termenggu dengan tatapan yang penuh emosi dan tanda tanya. Satu yang dia bisa lakukan adalah "baik, saya pamit terimakasih" menerimanya dengan hati yang berat.

Kesalahannya kali ini bukanlah yang pertama tapi jauh di lubuk hatinya diapun tak mengerti bahwa kesalahan laporan sesepele itu akan menuntutnya berhenti dari pekerjaanya.

Kepala manager bername tag 'Fred' itu segera pergi dari sana dan mengintrupsi para karyawan untuk kembali ke kerjaan mereka masing masing. Fred kembali keruangannya dan mengecohkan tangannya pada tombol tombol nomor di telepon kantor untuk memanggil seseorang. Rautnya menunjukkan kegelisahan.

"Sore, tuan saya mau mengabarkan salah satu karyawan kita dibagian administrasi saya memecatnya karna ada hal kesalahan dalam pelaporan pengeluaran bulan ini tuan" sibuknya menjelaskan pada seseorang disebrang sana.

"Baiklah, atur agar semua karyawan bekerja dengan baik tanpa kecacatan apapun"

"Baik, sore tuan"

Setelah panggilan berakhir Fred kembali kemeja kerjanya dan menyelesaikan tugasnya, disela sela tangannya yang sibuk menekan keyboard terlintas dipikirannya tentang betapa acuh dan arogannya mengiyakan tindakan dirinya memecat karyawan tersebut karna Fred murni tidak ingin itu terjadi tapi dia tahu dengan siapa dia bekerja dan dia tahu siapa yang sedang bermain tapi ekspresi itu menjalarkan Fred tentang pemikiran negatifnya pada tuannya yang kejam dan tak memiliki hati.

🎲

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 08, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SatiesfieldWhere stories live. Discover now