Acting, Go! 3

Começar do início
                                    

"Kamu bahkan memberikan lebih dari yang dibutuhkan Dwiki. Saya yakin Dwiki akan kelimpungan di proses editing, pusing memilih bagian mana yang harus dimasukin karena semuanya bagus," lanjut Om Matthias.

"Semoga ya, Om."

"Om yakin. Jadi kamu nikmati pesta ini selama satu jam lagi."

Keningku berkerut. "Kenapa cuma satu jam? Kan acaranya sampai pagi."

Di depanku, Om Matthias tersenyum penuh arti. "Kita harus menghadiri perayaan lain."

"Di mana?"

Om Matthias menyelipkan keycard ke tanganku. "Kamu tunggu di kamar saya."

Aku tersenyum lebar saat menatap punggung Om Matthias yang menjauh dariku. Senyum itu semakin lebar saat menatap keycard di tangan.

***

Aku tak peduli pada bathrobe. Aku juga tidak peduli pada rambutku yang kusut dan basah setelah keramas. Setelah mengeringkan tubuh, aku keluar dari kamar mandi.

Kamar Om Matthias masih kosong. Dia bilang akan menyusulku.

Aku mempertimbangkan akan menunggunya di mana. Berbaring telentang di tempat tidur? Atau duduk di kursi dengan kaki terbuka lebar? Bisa juga aku bersandar ke dinding dan menjadi yang pertama dilihatnya saat membuka pintu.

Saat masih berpikir, aku tidak sengaja menatap pantulan bayanganku di cermin. Ketelanjangan yang membuatku begitu polos. Aku menyukai tubuhku, yang membuatku harus berjam-jam di gym agar fit. Apalagi untuk film ini, aku diharuskan berolahraga sehingga tubuhku jadi lebih liat.

Bunyi pintu dibuka menyadarkanku akan kedatangan Om Matthias. Aku beranjak menuju tempat tidur dan menelungkup di sana.

"Malam, Om." Sapaku.

Mata Om Matthias berbinar nakal saat melihatku. Dia melepaskan jas sementara langkahnya mendekatiku. Om Matthias berdiri di hadapanku, dan sedetik kemudian, celananya turun ke lantai.

His legendary cock is in my eyes.

Aku menangkup penisnya yang besar dan keras. Tonjolan urat-uratnya membuat penisnya semakin menggairahkan.

Tanpa membuang waktu, aku menciumi setiap jengkal penisnya. Aku melarikan lidah di sepanjang batang kejantanannya yang keras. Aku begitu menggila, menikmati penisnya yang menguasai mulutku.

Aku berbaring telentang dan membiarkan kepalaku terayun di pinggir ranjang. Penisnya, dan buah zakarnya, memenuhi pandanganku. Sementara tanganku mengusap penisnya, aku mencum buah zakarnya dengan penuh nafsu.

Om Matthias menggeram kasar. Dia menjangkau payudaraku dan meremasnya keras, membuatku semakin bernafsu melahap penisnya.

"Such a naughty girl. Look at your filthy mouth, so full with my cock." Om Matthias melesakkan penisnya ke dalam mulutku, memenuhi mulut hingga kerongkonganku. Jarinya mengusap leherku sementara aku menahan penisnya di dalam mulut.

Aku melepaskannya dan menghirup udara dalam-dalam. Lagi, Om Matthias melakukan hal serupa. Aku kian merangsangnya dengan meremas buah zakarnya yang menggoda.

"Mulutmu yang kotor ini memang perlu dihukum." Om Matthias melepaskan dirinya. Dia menamparkan penisnya yang basah oleh air liurku ke wajahku, sementara aku hanya tertawa penuh kemenangan.

Aku akan membuatnya menyerah di dalam mulutku.

Om Matthias kembali menggeram saat aku memutar tubuh dan menguasai penisnya. Aku memaju mundurkan kepala tanpa sekalipun melepaskan penisnya. Jariku menggoda buah zakarnya, membuatnya kian menggila. Aku bisa merasakan penisnya yang membengkak.

Woman's NeedOnde histórias criam vida. Descubra agora