Segalanya Dimulai

7 1 0
                                    

Keesokan harinya aku bangun cukup pagi, sekitar jam 6 karena perutku sakit, sepertinya aku terlalu banyak memasukkan sambal saat makan di Yamie Panda kemarin. Sudah ada sebuah pesan dari Dea yang bertanya apa aku sudah bangun. Kami janjian akan misa bersama pagi ini, dan aku mengajaknya ke Gereja Kristus Raja Baciro, tempat aku biasa misa sendirian. Tapi senangnya kali ini aku tidak akan sendirian.

Dalam perjalanan menuju penginapannya, aku mampir ke Alfamart di Jalan Kusumanegara, mengambil uang dan membeli onigiri, satu yang pedas untukku dan mayo untuk Dea yang tidak suka pedas. Aku tidak tahu apa dia doyan tapi toh sebelumnya dia mengatakan bahwa dia pemakan segala kecuali pedas.

Aku memarkir motorku di dekat gerbang masuk, aku memang sengaja tidak memasukkan karena akan sulit, pintu masuknya cuma untuk satu motor saja. Lagipula kami nggak akan lama karena langsung ke gereja. Aku mengirim pesan yang mengatakan bahwa aku sudah di depan. Sambil memunggu Dea selesai beberes dan check out, memakan onigiriku yang bodohnya aku lupa membeli minum.

Dia muncul sambil tersenyum, senyum yang entah kenapa selalu mendamaikan. Aku memberinya onigiri mayo, dia menerimanya dengan gembira. Aku bertanya apa dia ada air minum, ternyata tidak ada, tapi dia kembali masuk ke dalam untuk membeli satu botol minum untuk kami berdua.

Awalnya kami ingin mencoba sarapan dulu sebelum ke gereja tapi sepertinya tidak akan ada cukup waktu untuk itu. Ditambah aku biasanya akan mendapatkan panggilan alam jika sarapan terlalu pagi.

Selesai misa kami pergi untuk makan soto di daerah Sagan dekat Galeria Mall. Sotonya lumayan enak, aku belum pernah makan di situ. Kami bercerita banyak hal sembari makan. Dan tujuan berikutnya kala itu masih belum tentu tapi aku ingat aku sebelumnya pernah pergi makan pizza di JNM Bloc, di sana tempat yang cocok untuk mengobrol dan panasnya Jogja tidak akan mengganggu karena banyak pepohonan rindang di sana.

Dan seperti yang sudah aku duga, di sana nyaman dan sepertinya Dea menikmatinya. Kami duduk di bawah pohon besar, di depan Filosofi Kopi. Aku memesan kopi susu dan Dea memesan matcha. Lalu mulai mengobrol. Percayalah itu obrolan paling menyenangkan yang pernah aku lakukan bersama seorang perempuan. Kali ini tanpa pengaruh alkohol sama sekali, aku bisa dengan jelas melihat dia sebagai sosok yang sungguh luar biasa.

"Aku mau nanya sesuatu." Kataku.

"Apa?"

"Is it a date?"

Dea diam, mematung menatapku. Lalu aku menambahkan, "Kita kenalan di dating app, walau awalnya memang nggak bertujuan untuk itu tapi setelah ketemu dan ternyata kita secocok itu rasanya bullshit kalau bilang ini bukan kencan."

"Kalau aku mungkin sebut ini fase kenal satu sama lain ya. Kalau dating itu udah kek ada komitmen kayak orang pacaran."

"Ya sepertinya kita cuma beda bahasa aja deh, tapi tujuannya tetap sama kan? Romantic way?"

"Hmm, iya sih."

Obrolan itu menjadi sebuah penanda bahwa kami berada dalam sebuah fase yang tidak bisa disebut sebagai pertemanan. Aku rasa hal semacam ini memang harus dibicarakan sedari awal. Memang pada awalnya intensiku ke Dea sama sekali bukan romantic way, tapi entah kenapa setelah bertemu dan mengenal dia lebih dalam, aku menemukan diriku tanpa sadar menyukainya bukan sebagai teman tapi sebagai seorang wanita yang berpotensi menjadi pasanganku kelak.

"Kalau habis ini makan sekalian ketemu sama adikku gimana?" Tanya Dea. Saat itu sudah hampir pukul 6 sore. Kami benar-benar menghabiskan sepanjang siang di JNM Bloc.

"Boleh." Kataku. Aku tidak tahu kalau Dea punya adik. Dan aku harus bersikap bagaimana nanti bertemu adiknya setelah obrolan kami barusan? Aku sempat berpikir bahwa dia mencoba mengenalkan dunianya kepadaku, atau aku saja kah yang ke-GR-an?

Singkat cerita kami makan di McDonald's dan yah, bagi yang sudah mengenalku pasti sudah tahu kalau aku pasti memesan Happy Meal yang kala itu hadiahnya bertema Pokemon. Sampai sekarang hadiahnya masih terpajang di kamarku bersama mainan dan action figureku yang lain.

Dea akan kembali ke Solo malam itu dengan KRL terakhir di jam 9 malam kalau aku tidak salah ingat, karena ketika tulisan ini ku buat KRL sekarang ada yang sampai jam 11 malam dan bukan hanya di weekend saja.

Aku mengantarkannya ke Stasiun Tugu supaya bisa dapat tempat duduk, mau tidur katanya. Tapi saat melewati tempat drop off penumpang dia kebingungan, menepuk-nepuk punggungku dan bertanya "tempat dropnya udah kelewat lho, ini mau kemana?"

Aku ikutan bingung dan balik bertanya, "Lho? Kan aku bilang aku anterin, kamu bilang iya, ya berarti aku ikutan masuk bukan cuma aku drop. Lha gimana?"

Dea berdiam diri sejenak, "Oh, gitu, soalnya biasanya aku cuma didrop aja di sana tadi, bukan yang dianterin sampai ke dalam."

Setelah memarkirkan Bleki aku berjalan bersama Dea menuju pintu masuk KRL yang kalau sudah paham layout Stasiun Tugu itu jauh! Tapi nggak terlalu kerasa capek karena kami sambil mengobrol asik. Bahkan sampai kami duduk di bangku halaman depan pintu masuk.

"When can I see you again?" Tanyaku.

"Sebentar, aku sedang berusaha untuk nggak baper sama kamu, Bara Wisanggeni."

"Maksudnya?"

"Ya apakah kamu tu memang ngetreat semua orang seperti ini atau hanya aku doang."

"Kamu saja. Kan intensinya juga sudah jelas di antara kita berdua. So, when can I see you again Deandra Putri?"

"Minggu yang jelas karena aku kerja dari Senin sampai Sabtu."

"Baiklah, next time gantian aku yang ke Solo ya."

Daaaaaannnnn begitulah awal mula ceritaku tentangnya dimulai. Dari sesuatu yang sederhana dan tidak berlebihan seperti yang aku alami sebelum-sebelumnya. Bagiku cerita ini berbeda dan istimewa, jika dibandingkan dengan kisah lain yang pernah tertulis dalam hidupku sejauh ini. Kalau itu sih hanya Barbie yang tahu ahahahaha dia saksi hidup untuk setiap cerita cintaku. Suatu saat nanti kalau cerita ini bisa menjadi besar dan mana tahu menjadi sebuah film, aku akan melibatkan Barbie untuk memilih sendiri aktris yang akan memainkan peran dia nantinya. Nggak apa, mimpi kan boleh dan gratis. Jadi setelah ini yang bisa aku katakan adalah selamat membaca kisah perjalanan Bara dan Dea dalam memaknai hidup ini ya. Semoga kami bisa menghibur kalian para pembaca sekalian, dengan keabsurdan kami.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ceritaku Tentang KamuWhere stories live. Discover now