bagian : 16

462 116 20
                                    

***

Aalice POV

Apa yang lebih buruk dari tidak pernah dicintai?

Apa yang lebih sakit dari usaha yang selalu tidak di hargai?

Apa yang lebih mengenaskan dari menyaksikan pembantaian keluarga sendiri?

Siapa yang lebih menderita dari aku? Katakan, siapa yang lebih menderita dari Permaisuri kekaisaran ini.

Merasakan kehambaran seiring berjalannya waktu, tak ada ambisi apapun kecuali membunuh Samuel dengan tanganku sendiri.

Aku. Sangat. Membencinya.

Persetann. Tak ada lagi cinta yang tersisa. Dan romansa kami berdua sudah sangat rusak untuk di pertahankan, tak ada harapan.

****

"Tatapanmu sangat kosong akhir-akhir ini, apa yang terjadi? Apa Rexy memberitahumu kabar buruk?"

Aku menoleh ke sampingku menyaksikan Pria gagah itu memantik cerutunya dan menghisapnya perlahan. Aku tak menanggapi perkataannya, karena rasanya sangat aneh Pria ini tiba-tiba peduli padaku. Aku melangkah menjauh meninggalkannya sendirian.

"Kau mengacuhkan seorang Kaisar, dimana Kau mendapat keberanian itu hm?"
Samuel menyandar pada kayu pembatas balkon, lalu menatapku tak ramah

"Kau juga selalu terbiasa mengacuhkan Permaisuri jika Kau lupa. Kau juga terbiasa meninggalkan Kursi Kekaisaran kosong selama berminggu-minggu dan melimpahkan tanggung jawab pada adikmu hanya demi wanita yang sudah memiliki suami dan Kau juga tidak ada di samping permaisurimu ketika dia melahirkan Putramu! Bahkan bukan Kau yang pertama kali melihat Putramu!" Aku mengeluarkan segala sesak di dadaku

Aku berbalik lalu berjalan lagi kearahnya dengan bersedekap dada "Lalu bagaimana ini? Kemana perginya wanita itu? Kembali kepelukan suami yang dicintainya lalu mencampakkan seorang Pria yang bahkan mendahulukannya daripada Kekaisarannya dan Putranya? Bagaimana rasanya menjadi yang mudah dicampakkan, Samuel?"

Samuel melempar sembarang cerutunya "Kau masih saja mengingat semua itu, di fikiranmu tidak ada hal lain selain Aku ya?" Samuel mengukir senyum sinis

Aku tersenyum bodoh "Mengapa Kau masih bertanya? Bahkan tidak ada hal lain di kepalaku selain Kau! Aku selalu memikirkan segala cara untuk menyingkirkanmu, Lalu Adikmu selalu saja jadi penghalang! Aku tak butuh kekaisaran sampah milikmu ini! Persetan Putraku tidak akan menjadi Kaisar karna begitu sangat menjijikan seumur hidupnya akan menyandang nama belakang keluargamu sialan!"

"Kau sudah melenceng sangat jauh, Aalice. Etiket seorang Permaisuri sudah tak lagi kau hiraukan jangan salahkan aku jika aku menggulingkan singgasanamu!" Samuel menatap tajam padaku

"PERSETAN! GULINGKAN SAJA SINGGASANAKU! JIKALAU PERLU CERAIKAN AKU!! KAU PIKIR AKU BEGITU BANGGA? KAU PIKIR AKU BEGITU SENANG KARNA MENJADI PERMAISURI DI KEKAISARANMU?! KAU SALAH!! KAU SALAH, SIALAN!!!" Aku menjadi lepas kendali

Pintu terbuka secara tiba-tiba dan tampak sosok polos Yara yang dengan ekspresi cemas menatap kami. Aku meliriknya tajam, lalu beralih pada Samuel

"Lihat, Calon Permaisurimu sudah ada disini. Mengapa kita tidak langsung melakukan upacaranya saja?" Aku tersenyum remeh menantang Samuel

Wajah Samuel memerah

"M-Maafkan A-Aku Kaisar dan Permaisuri karna aku begitu lancang, Aku pikir hal buruk telah terjadi" Yara tertunduk takut

"Lalu apalagi yang kau tunggu! Keluarlah dan tutup lagi pintunya!!" Samuel berteriak

Yara yang mendengarnya sangat terkejut lalu segera menutup pintunya. Aku bahkan tidak berkutik sama sekali dengan teriakan keras Samuel, karna lagi-lagi Aku sudah sangat terbiasa dengan itu.

"Kau membuatnya terkejut" Aku berjalan pergi hendak meninggalkannya, tapi dengan tiba-tiba dia berjalan cepat kearahku lalu mencengkram kuat lenganku hingga membuatku berbalik menatap kearahnya

"Apa yang Kau lakukan!!" Aku mencoba melepas cengkramannya sembari menatap iris kelamnya nan tajam

"Kabar apa yang dibawa Rexy hingga membuat Kau begitu sensitif?!"

"Kenapa Kau ingin tau?! Ini tak ada hubungannya dengan kekaisaranmu!!"

"Tentu ini ada hubungannya dengan kekaisaranku! Karna menyangkut Permaisuriku!!"

Aku tak mengerti kenapa Dia sekarang berlagak seperti ini, Apa yang merasukinya?

"Perkataanmu membuatku mual"

"Cepat katakan!"

"Tidak!! Enyahkan tanganmu sialan!!" Aku masih saja mencoba melepaskan cengkramannya. Sementara itu wajahnya semakin memerah, dan dengan tiba-tiba Dia menarikku kencang dan membuka pintu secara kasar menarikku tanpa manusiawi menyeimbangkan langkahnya yang besar. Kala pintu terbuka tampak di sana Yara, Lexa, dan Alesha beserta dayang mereka masing-masing dan beberapa Pengawal penjaga pintu. Semuanya menatap takut kepergianku dan Samuel karna mereka semua tak pernah melihat Samuel semarah itu sebelumnya

Aalice POV End

"Apa yang terjadi? Kenapa Yang mulia bisa semarah itu?" Lexa menutup mulutnya takut

"Aku juga sangat takut dengan raut wajahnya yang sangat tampak marah" Alesha menimpali

Sementara itu Yara masih saja gemetar karna teriakan Samuel yang mengusirnya tadi

"Tapi akhir-akhir ini Permaisuri memang tampak sensitif dan kosong"

"Benar Lexa, semuanya terjadi setelah kunjungan Sepupunya Rexy seminggu yang lalu"

"Alesha kenapa kau bisa tau jika hal itu terjadi setelah kunjungan sepupunya?" Yara yang sedari tadi diam ikut menimpali

"Aku selalu mengamati tiap hal yang dia lakukan itu spontan saja karna dulu Aku selalu sangat penasaran dengan sosoknya yang lembut dan menenangkan bahkan dulu dia tak berani berteriak kepada Yang mulia, kini Ia telah berubah cukup banyak"

"Bagaimana tidak, Kita tau seburuk apa perlakuan Yang mulia padanya. Jika saat itu Aku yang berada di posisinya mungkin Aku sudah meminum racun"

"Lexa jangan katakan hal seperti itu" Yara menutup mulutnya terkejut

"Kau baru hadir beberapa bulan ini. Jika kau tau bagaimana banyaknya rasa sakit yang diberika Yang mulia padanya mungkin Kau akan sependapat denganku. Dia begitu terluka, Aku menyesal dulu pernah berfikiran untuk menjahatinya tapi tak urung juga kulakukan karna selain di depan Yang mulia Ia tampak sangat mengintimidasi. Darah Romanov begitu pekat dalam tubuhnya"

"Romanov? Apakah Permaisuri anak perempuan itu? Yang tersisa hidup setelah peristiwa pembantaian keluarganya?"

"Benar, bahkan dia semalaman tidur di atas genangan darah mayat keluarganya"

Yara menutup mulutnya mendengar jawaban Alesha

"Hidupnya memang sudah sangat sulit dari kecil namun Tuhan tak hentinya memberikannya takdir yang buruk. Siapa yang akan bertahan jika di posisinya?"

"Sungguh malang.. tapi semoga Ia segera mendapatkan kebahagiaan yang Ia inginkan"

"Sulit Yara, hidupnya akan selalu dikendalikan Yang mulia"

"Kenapa Yang mulia begitu jahat padanya?"

"Sampai kini tak ada yang tau kisah kelam antara keluarga Jackey dan Romanov, bahkan simpang siur keluarga Jackey lah dalang dari Pembunuhan Romanov"

"Tapi bukankah keluarga Romanov sudah sangat berjasa dalam menjaga keamanan Kekaisaran ini?"

"Kehidupan pejabat tinggi kekaisaran memang serumit itu Yara"

***

Haii mauu vote sama komennya cintaa <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aalice JackeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang