05 | Roomate's Bestmates

942 108 9
                                    

Ga tau udah berapa lama aku ga mampir sama sekali ke Wattpad. Rasanya kangen bisa update-update bab. Berhubung lagi disibukkan beberapa hal di rl, jadinya ya begini... angin-anginan. Aku cuma pengen nyapa kalian lewat satu bab tambahan di Main Lead (bab 5-6 di KK). Sebenarnya tinggal 2 atau 3 bab lagi tamat di Karyakarsa, cuma belum ada mood buat nerusin finalnya.

Sejujurnya, aku ga ada mood sama sekali buat nulis. Kalau kemarin-kemarin aku sering kurang tidur karena kebanyakan nulis, sekarang tidurku justru berkualitas karena jarang menulis. Alhasil, banyak draft ga tuntas di laptop.

Akhir-akhir ini aku lagi ngumpulin fokus buat namatin Love+Prophecy, tapi malah nemu inspirasi buat bikin cerita baru. Jadi ya terpaksa ngikutin inspirasi itu dulu sambil ngasah kemampuan biar nggak terlalu kaku. Aku pengen cerita banyak tentang progress nulisku, mungkin lewat story IG nanti.

Sementara kalian nikmati bab ini dulu ya... Maaf sebanyak-banyaknya buat kalian yg kecewa karena Love+Prophecy belum diupdate. I will work on it soon. Sehat-sehat ya kalian semua!

Enjoy...

***

"Rex Silas, can I have a word with you?"

Setelah mendengar itu, akhirnya Rex mendongak. Aku yakin Rex menggumamkan sesuatu seperti 'dammit, I'm in trouble' karena aku menyebut nama tengahnya di depan para koleganya.

"Good evening, gentlemen." Senyuman tak hilang dari wajahku ketika berjalan cepat menyeberangi ruangan menuju kamar. Tak peduli betapa murka aku pada para tamu tak diundang ini, Raj dan Jordan tetaplah bosku dalam struktur organisasi perusahaan.

Kurasakan tatapan Noah mengikuti setiap gerak-gerikku. Pengendalian diriku cukup baik sehingga tak sedikit pun aku tergoda untuk melihat ke arahnya, atau menunjukkan ekspresi terkejut karena eksistensinya di rumah ini.

"And Jordan, would you please move his car to the garage?"

Jordan segera bangkit berdiri. "No problem."

Rex menyusulku tak lama kemudian.

Begitu pintu di belakangnya tertutup, aku berbalik dengan tangan berada di pinggang. "Explain!"

"Explain what?" Rex mengedikkan bahu pura-pura polos. "Raj, Jordan, dan aku lagi ngerjain proyek Penta-"

"Bukan mereka. Tamu yang satu lagi," potongku cepat. "Aku bisa maklumin kamu ngundang Raj dan Jordan ke rumah ini kapan pun kalian butuh ruang buat brainstorming walaupun aku nggak ngerti kenapa kalian memilih tempat sakralku buat itu. Tapi, bukan berarti kamu boleh ngundang tamu seenaknya di saat aku lagi nggak di rumah, Rex! It's a privacy violation!" Aku meninggikan suaraku. "It's still my house!"

"Tapi aku yang bayar sewanya," ujarnya pelan tanpa melihatku.

"Terus kamu bisa seenaknya mentang-mentang gitu?" protesku nyaring. "Kamu bahkan nggak jemput aku di bandara, padahal anak-anak di kantor bilang hari ini kamu pulang lebih awal buat jemput temenmu di sana." Sesuatu menyadarkanku. "Temen yang dimaksud itu dia?"

"Iya, aku memang jemput Abimana di bandara. Jordan sama Raj juga ikut. Aku nggak tahu kamu pulang hari ini," sanggahnya.

"Memangnya aku nggak bilang?" Tunggu sebentar! Di antara teman-teman terdekat Rex, memang hanya Abimana yang belum pernah kutemui. Nggak kusangka Abimana yang dimaksud adalah Noah. Kalau bukan karena aku melihat sendiri Noah di ruang tamuku bersama mereka, mungkin aku tak akan percaya apa yang kulihat.

Rex membuka ponselnya, mengetik sesuatu, menggulir sebentar, lalu menunjukkan layar padaku. Histori percakapan kami di group chat keluarga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 20, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MAIN LEADWhere stories live. Discover now