Sosok di Balik Jubah

Start from the beginning
                                    

"Tadi lu gak bilang matanya!"

"Saya baru memikirkannya."

Perlu diingat, mendekati mulut Nidhogg sudah pasti akan semakin dekat dengan jangkauan matanya. Sekali terkena serangan matanya. Hap! Pasti aku akan dilahap. Nidhogg menggoyang-goyangkan ekornya, berusaha menyerang kami.

Kami hanya bisa mengulur-ngulur waktu, sampai Griselle, Nyi Ambar, dan Kakek Danu bisa mengalahkan Wanita Ular. Namun, dari tadi masih belum ada kemajuan. Sangat sulit menumbangkan wanita itu.

Aku terbang berputar mengeliling kepala Nidhogg. Kemudian, mendekati Alby yang dari tadi menggocek pergerakan ekornya. "Bi, lu bisa tahan dia sebentar, gak?" tanyaku.

"Memang kamu mau ke mana?" balasnya, sambil memecut ekor Nidhogg agar menyerang padanya.

"Gua mau bantu yang lain dulu."

"Baiklah. Tapi jangan terlalu lama. Saya takut tak bisa menahannya."

"Siap!" Bergegas aku meluncur ke arah Wanita Ular. Kemudian, mengayunkan pedang Scimitar padanya. Tubuhnya hanya tergores sedikit. Dengan demikian, kulitnya tidak sekeras Nidhogg.

Wanita Ular menoleh padaku sembari memerintahkan puluhan anak buahnya untuk menyerang. Puluhan ular hitam itu menyerangku dengan semburan racun. Kakek Danu membuat perisai gaib agar aku tidak terkena racun. Aku mengayunkan pedang Scimitar sembari membaca doa.

WUS!

Cahaya dari pedang berhasil memusnahkan semua anak buah Wanita Ular. Wanita itu tampak marah. Kemudian terbang ke arahku. Nyi Ambar menahannya, lalu dengan menarik wanita itu dengan selendang hingga terseret.

Wanita Ular menatap Nyi Ambar dan mencoba melakukan serangan racun. Di saat itu, aku melancarkan serangan ke belakang kepalanya. DAK! Ada cairan berwarna hitam menyembur dari sayatan besar di belakang kepalanya.

"Argh!" Wanita Ular menjerit kesakitan.

Griselle bergerak dengan cepat, memukul wajah Wanita Ular. Sementara Nyi Ambar menggunakan selendangnya untuk mengikat tubuh wanita itu. Kini pergerakannya sudah terbatas.

"Ayunin lebih kuat, Lang!" perintah Griselle. "Serang bagian kepalanya!"

Wanita Ular berontak, mencoba melepaskan diri dari jeratan. Aku menutup mata sebentar, lalu membaca doa dalam hati. Kemudian mengayunkan pedang Scimitar.

Slash!

Kepala kepala Wanita Ular terbelah menjadi dua.

"Sekarang giliran makhluk itu," ucap Griselle, lalu kami terbang untuk membantu Alby dan Kakek Abdullah.

Pukulan keras Griselle tidak mempan sama sekali pada tubuh Nidhogg. "Hati-hati, El!" ucap Alby.

"Ya!" sahut Griselle, sembari menjaga jarak.

Kami sangat kesulitan sekali untuk menggapai area matanya. Karena Nidhogg tak henti-hentinya menyemburkan racun ke segala arah. Nyi Ambar dan Kakek Abdullah meminta kami untuk mundur.

"Kita harusnya menyerangnya secara bersama-sama. Tapi harus berhati-hati dengan serangan racunnya." Kakek Abdullah sepertinya memiliki rencana.

Nyi Ambar melayang di udara sembari merapal ajian. Gaun merah mengembang. Tak lama, muncul pusaran angin yang sangat besar. "Jangan terlalu dekat!" ucapnya. Aku dan yang lain menyingkir.

Pusaran angin bergerak dengan cepat menghantam tubuh Nidhogg. Aku sangat ragu, pusaran angin itu bisa melukai makhluk itu. Namun ternyata rencana Nyi Ambar bukan untuk melukai Nidhogg, melainkan untuk menghambat pergerakannya.

Kakek Abdullah memukulkan tongkatnya ke lantai. Sehingga tercipta badai pasir yang dahsyat. Aku tak bisa melihat keberadaan Nidhogg, karena badai pasirnya terlalu tebal.

"Lang, Bi. Sekarang ini menjadi tugas kalian." Kakek Abdullah menciptakan suatu pelindung di sekitar tubuhku dan Alby. Pelindung yang bisa menembus ke dalam badai pasir dan pusaran angin.

"Aku mau ikut juga, Nyi," ucap Griselle.

"Di dalam sana sangat berbahaya, El." Nyi Ambar tidak mengizinkan Griselle masuk.

"Nyi harus percaya sama aku."

"Baiklah." Nyi Ambar meminta Kakek Abdullah menciptakan pelindung untuk Griselle.

Kami pun masuk ke area badai pasir. Tak ada yang bisa dilihat. Badai pasirnya terlalu tebal. "Sini ikut gua!" Griselle terbang ke satu arah.

Dari kejauhan terlihat ada sedikit cahaya merah. Sudah pasti itu berasal dari mata Nidhogg. Griselle dengan nekat mendekati cahaya itu. Aku dan Alby terpaksa menyusul, takut terjadi sesuatu padanya.

Sebelum bertatapan muka dengan Nidhogg. Griselle sudah lebih dulu menciptakan kabut hitam yang tebal. Sehingga pergerakan kami tidak ketahuan.

"Kalian di sini aja!" Griselle terbang ke bagian belakang kepala Nidhogg. Tak lama, kabut hitam menghilang. Terlihat ia sudah mengikat leher Nidhogg dengan tali hitam.

Nidhogg berdesis kencang, sambil berusaha memutar kepala. Namun, Griselle terus bergerak secara acak. Membuat Nidhogg semakin marah. "Ayo! Jangan diam aja!" teriaknya.

Alby memperpanjang cambuknya, lalu melilitkan di area mata Nidhogg. Sehingga makhluk itu tidak bisa melihat. Sementara aku fokus pada bagian mulut.

"Sekarang, Lang!" teriak Alby.

Aku meluncur dengan cepat ke arah mulut Nidhogg yang terbuka lebar. Kemudian menusukkan pedang Scimitar di antara kedua taringnya. Pedang itu menembus hingga ke luar.

Nidhogg bergerak tak beraturan. Cairan berwarna hitam menyembur dari mulutnya. Griselle terbang dengan cepat untuk melindungi Alby dari semburan itu. Sementara aku mencoba menciptakan perisai. Sialnya perisaiku tak cukup kuat untuk menahan racun Nidhogg. Kakek Abdullah datang dan menciptakan perisai yang lebih besar.

Saat badai pasir dan pusaran angin menghilang. Aku bisa melihat tubuh Nidhogg yang sudah tergeletak. Tak lama, tubuhnya terbakar dan menjadi abu. Terdengar suara teriakan dari yang menggema, arahnya dari Mr X.

Aku bisa melihat jubahnya terkena racun dari Nidhogg. Senyum ini mengembang, "Sekali tepuk dua tiga pulau terlampaui," ucapku.

"Sekali dayung, Lang!" sahut Alby.

Kami berdiri berdekatan sembari menatap Mr X. "Sekarang saya mulai mengerti kenapa mereka terus melindungi kamu," ucap Mr X dengan suara berat, lalu melepaskan jubahnya yang sudah menghitam. Sosok yang terduga muncul dari balik jubah.

"Lena?" ucap Griselle terkejut.

Aku pun terkejut melihat Magdalena. "Kok bisa? Perasaan tadi suaranya kayak cowok?"

"Magdalena hanya dijadikan inang. Wujud asli Mr X berada di dalam tubuhnya," balas Kakek Abdullah.

BERSAMBUNG

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now