chapter 7

1 2 0
                                    


Keselarasan di Antaranya

Tiada balas setara selain nyawa dibayar nyawa....

Hilangnya tawa merupakan petaka....

Balaskan dendam jiwa yang tak berdosa....

Sarum melangkah mundur, suara yang berbisik berasal dari berbagai arah, menembus masuk pendengaran dari kiri juga kanan. Dia tidak bisa menentukan dari siapa suara itu berasal. Asing dan samar.

Ayah ....

Ibu ....

Adik ....

Biarkan tanganmu menarik balas dendam agar jiwa mereka tidak terjebak dalam kelam.

"Si-siapa itu? Ba-balas dendam apa yang kau maksud?" Sarum meninggikan suaranya.

Langit bergemuruh, Sarum mendongak dan menatap awan hitam menggumpal di atas sana. Berputar, membentuk lingkaran, warnanya hitam pekat. Angin bertiup kencang hampir membuat pijakan Sarum goyah. Gadis itu terus menatap ke atas, dia menemukan setitip cahaya di tengah-tengah ruang antara putaran awan hitam yang pekat.

Menggunakan lengannya untuk melindungi mata dari tiupan angin, secepat kilat Sarum merasa jiwanya ditarik ke dalam sebuah dunia yang lain.

Gelap. Semula gelap.

Detik berikutnya lembaran demi lembaran kejadian dari ingatan muncul. Kenangan kecil bersama kedua orang tuanya, kenangan lawas bersama sang adik, kebahagiaan keluarga sederhana yang hangat.

Kemudian detik bergerak dan membawa Sarum pada lembaran ingatan yang berbeda. Bagaimana mereka dikejutkan oleh kedatangan prajurit asing bersenjata, merebut paksa tangan-tangan dan menyeret mereka pada kematian, membuat Sarum terpisah dengan keluarganya, sampai kesaksikan pada membaranya api yang membakar keluarga.

Sarum tidak tahan. Dada gadis itu terasa sesak, dijepit oleh dua bongkahan batu besar. Namun, dia kesulitan melepaskan diri dari lembaran baru yang kini hadir kembali. Kejadian yang dia saksikan beberapa saat lalu. Seorang anak kecil tidak berdosa dibunuh di depan mata.

"Bukan salahmu tidak bisa menolong."

Sarum mencari-cari suara tersebut.

"Bukan kesalahanmu tidak bisa menyelamatkan mereka. Takdir bergerak lambat di sekitarmu."

Kegugupan berkurang, berganti pada keheningan saat menyimak setiap kata yang keluar.

"Namun, bukan berarti kau harus diam setelah ini. Tebuslah, tebuskan rasa sakit mereka melalui tangan berhargamu!"

Sarum menyahut, "Hah? Aku menebus rasa sakit itu?"

Suara asing itu membalas, "Benar. Kau ingin menjadi menjadi berguna bagi keluargamu, kau ingin membantu mereka. Maka lakukanlah."
"Tapi mereka sudah mati terbunuh!"

"Walau terlambat, bukan berarti kau tidak pernah bisa menjadi sosok keluarga yang berguna bagi mereka. Pertolongan yang mereka pinta tidak pernah berhenti memanggilmu datang."

Sarum kaku. Berarti mimpi itu adalah permintaan tolong mereka? tanyanya dalam batin.

"Benar," timpal suara itu, "mereka ingin kau melepaskan penderitaan mereka. Balaskan dendam mereka jika kau masih ingin berguna bagi keluargamu sendiri, bagi jiwa-jiwa yang kau saksikan hilang di tangan-tangan kejam tersebut. Mereka menginginkanmu untuk melepaskan siksaan yang diterima semenjak jeritan itu terdengar hingga api menyala dalam darah."

Karma Watch Your BackDove le storie prendono vita. Scoprilo ora