Selingan Spesial Bab 10

1.2K 161 6
                                    

Bab spesial narasi lain khusus plesbek nie

----------------

Beberapa hari tinggal di New York, Solar gak nyaman banget. Jadi selama tinggal di kota tanpa tidur itu, Solar bener-bener gak bisa tidur sesuai dengan julukan dari kota itu. Alasan pertama gak bisa tidur adalah perbedaan waktu antara Amerika dan Indonesia, dan alasan yang kedua adalah, Solar gak biasa tidur tanpa Thorn.

Tapi untungnya, malam ini ayahnya berjanji akan menelpon kembarannya yang berada di Indonesia.

"Ayah! Ayah! Ayah janji hari ini bakal nelpon Anya kan?! Ayah cepetan!" Solar berseru sambil menarik-narik lengan kemeja ayahnya itu.

"Yaampun dek, ayah baru pulang loh?" Ayahnya ini memprotes, tapi Solar gak peduli, dia udah kangen berat sama kembarannya.

Walaupun protes, ayahnya ini pun membawa Solar duduk di sofa di ruang keluarga dan mengeluarkan ponselnya, Solar menatap berbinar pada ponsel ayahnya. Kemudian, panggilan tersambung.

"Ayah, Assalamu'alaikum..."

Oh! Itu suara kakak sulungnya, Halilintar.

"Waalaikumsalam, kok kamu yang jawab kak? Bunda mana?" Ayahnya bertanya ketika ia melihat wajah putra sulungnya di layar ponsel.

"Bunda lagi ke pasar sama Arsa, ponsel bunda Raja yang pegang, kenapa Yah? Rasanya baru kemarin ayah nelpon." Halilintar bertanya dengan penasaran. Btw, jika di New York malam, maka di Indonesia masih cerah alias pagi.

Ayahnya tertawa, "Biasalah, adikmu ini rewel banget minta telpon."

Solar langsung cemberut, "Enggak! Mana ada! Ayah bohong!"

"Itu kalo bukan rewel namanya apa, Indra hm?"

"Kangen sama Anya ya? Maaf Indra, Anya gak bisa jawab telpon kamu dulu, Anya lagi sakit, Bunda gak izinin siapapun masuk ke kamar, takut ketularan katanya."

Kata-kata dari Halilintar membuat Solar membeku kaget.

"Loh? Udah ke dokter gak kak?" Ayahnya bertanya dengan khawatir.

Diseberang sana Halilintar mengangguk, "Udah kok, sekarang lagi istirahat. Kamu main sama aku aja ya, Ndra? Gak papa kan?"

Walaupun tampangnya agak nyeremin dan tingkahnya judes gitu, Halilintar ini tipe-tipe abang sayang adek. Jangan macam-macam lo pada.

Solar dengan lesu mengangguk, ayahnya tersenyum lembut dan membiarkan putra bungsunya itu mengambil alih ponselnya. Ia mengusak pelan surai Solar.

"Ayah ngecek kakak-kakakmu dulu ya, sama kak Raja dulu gak papa kan?" Tanya sang ayah.

"Iya gak papa, Yah. Makasih ya, Ayah."

Ayahnya itu menatap layar ponsel dimana wajah putra sulungnya terpampang jelas, "Kak, ayah titip adikmu dulu ya." Pesan sang ayah dan sebagai jawaban Halilintar mengangguk mengerti.

Setelah ayahnya pergi, Solar menyandarkan ponselnya pada sebuah vas dan membiarkan ponsel itu berdiri, menampakkan dirinya yang saat ini sedang duduk bersila diatas sofa. Solar masih agak cemberut.

"Jangan cemberut mulu, Indra. Kamu gak mau main sama aku kah?"

"Ih mana ada! Kak Je jangan suudzon!"

Hooh, suudzon mulu lo Lin.

"Yaudah jangan cemberut makanya. Ngomong-ngomong, tahun depan kan kamu udah sekolah, ayah ada ngasih tau bakal sekolah dimana gak? Udah lancar bahasa Inggris nya? Coba mana speaking nya."

Sejujurnya Solar agak sensi kalo udah bahas-bahas bahasa kek gini, Solar belum pande abisnya.

"Kata ayah sih kita semua bakal homeschooling, tapi kak Nana gamau, jadinya bulan depan kak Nana udah sekolah. Cuma aku sama Rara aja yang homeschooling, terus bahasa Inggris ku masih jelek, kak Je jangan ngejek!" Balas Solar dengan agak defensif ketika ia melihat senyum menyebalkan dari Halilintar.

"Maaf maaf. Aku yakin kamu pasti bisa lancar kok bahasa Inggris nya, otakmu kan lebih gede daripada punya Arsa yang sekecil kacang ijo. "

Kalimatnya simple sih, terkesan menghina juga jika Taufan mendengarnya. Tapi bagi Solar, Halilintar lagi muji dia sekarang. Baper? Baper lah anjrot! Siapa yang gak baper di puji abang sendiri yang udah kayak es kutub berjalan?!

"Y-Ya iyalah! Aku kan pintar!" Saking senengnya di puji Solar sampe gugup, tremor gimana gitu.

"Iya iya Indra emang pintar, adik-adikku semuanya hebat."

Duh makin-makin dah tu si Solar bapernya, liat tuh wajahnya udah merah karena malu. Mami aing mau kakak modelan Halilintar satu :(

"Indra."

Pas Halilintar manggil, perasaannya mengatakan bahwa Halilintar ingin menyampaikan sesuatu yang serius. Jadi, Solar hanya diam dan menanggapi dengan gumaman.

"Aku minta tolong banget, kamu jagain Nana ya? Aku tahu harusnya Nana yang jagain kamu dan Rara, tapi-..."

"Kak Nana orangnya gak enakan, gampang dimanfaatkan, aku tau kak. Sebagai imbalannya kamu juga harus jagain Anya buat aku, kak Sa sama kak Oni juga."

Keduanya menunjukkan jari kelingking masing-masing, walaupun tidak tertaut, sebuah janji telah terbentuk.

Sebuah janji sederhana, janji antara seorang kakak dan adiknya, begitupula sebaliknya, sebuah janji kecil yang akan mereka ingkari dimasa depan.























---------------

"Bangsat...! Anya, lo gak boleh mati brengsek!"

---------------

"Ra... Nana bakal pulang ke kita kan..?"

---------------























Ea big spoiler sebenernya ni HAHAHAHAHA
Di cerita sebelah mana ada spoiler kek gini UwU

Selingan ATLASWhere stories live. Discover now