Chapter 07

31 4 0
                                    

Apapun yang ku buat, itu akan selalu berubah menjadi racun. Perbedaannya hanyalah mematikan atau memberikan efek samping yang tidak baik bagi tubuh.

Bahkan satu-satunya yang bisa ku masak hanyalah telur rebus.

Menggorengnya hanya akan berakhir membuat telur malang itu tersia-siakan akibat hangus.

Akibatnya, obat bahkan yang paling mudah sekalipun tidak bisa kuramu lagi.

Mungkin ....

"..... Akito-nii, kita sampai."

Ini adalah karmaku akibat telah bermandikan darah musuhku, tanpa berusaha membasuhnya dengan kebaikan seperti dulu.

»» ------- ►

"Aki-chan ?" (Izuna)

"Kemari ! Duduklah disini." (Madara)

Dengan cepat, Madara-nii pindah dari tempat duduk yang paling jauh dari area dapur, yang seharusnya merupakan tempat duduk kepala rumah tangga, dan pindah ke tempat duduk yang dialokasikan untuk tamu, di sebelah kanan kepala rumah tangga (Yokoza).

Meskipun aku tidak peduli mau dimana pun aku akan duduk di ruang perapian ini, tapi aku tetap merasa tersanjung dan mulai berjalan kearah mereka dengan langkah yang lambat.

Dengan Madara-nii di sebelah kanan, dan Izuna yang ada di sebelah kiri, kegugupan ku sebelumnya kembali lagi.

Keberanian yang telah berhasil ku kumpulkan beberapa waktu lalu telah menguap begitu saja.

Bagaimanapun juga, sebenarnya ini sudah beberapa hari sejak pemakaman Akito, hingga aku akhirnya keluar kamar lagi setelah mengurung diri.

Terlebih lagi, tujuanku saat ini ....

Agak ....

Sedikit ....

Berlebihan untukku yang tidak pernah memberikan respon terhadap mereka.

"Aku....."

Mendengar aku membuka mulut untuk mulai bicara, dua pasang mata langsung terfokus padaku.

Meski ragu.

Meski takut.

Meski begitu banyak kekhawatiran yang bermunculan di benakku, aku tetap mencoba untuk–

"Maaf."

Meminta maaf dan meminta kesempatan untuk berubah.

"Aku terlalu egois dan mengabaikan keinginan kalian...... Semua....." Aku mengatakan kata 'semua' dengan gugup dan nada yang keluar agak bergetar, sangat jelas menunjukkan kegelisahan.

"Aku..... Aku....." Tanganku terkepal erat. Meski ekspresi wajah masih tidak berubah, aku bisa merasakan nafasku semakin berat dan keringat di telapak tangan semakin membuat bayangan akan darah kental Akito di tangan semakin jelas. ".... Apakah.... Sudah terlambat ?"

Lalu ....

Keheningan yang mencekik pun membuatku ingin melarikan diri.

Selalu ....

Selalu begitu, aku hanya mengandalkan kabur dari masalah karena kepengecutan ku.

Meski sudah tua dengan cucu dan cicit di kehidupanku sebelumnya. Pada akhirnya aku tidak pernah tumbuh dalam segi mental.

Aku .... Selalu bergantung pada orang lain, tidak peduli berapa lama aku hidup, seberapa berbakat atau bahkan kuatnya aku.

"Aki–" (Madara)

Ucapan Madara-nii terpotong oleh Izuna yang tiba-tiba berdiri.

Dia berjalan pergi menuju dapur dan hanya menyisakan ku dan Madara-nii yang kesal, menunjukkan betapa tidak puasnya dia dengan tindakan Izuna yang tiba-tiba pergi meninggalkan kami.

Reincarnated in the naruto "Daiichiji Ninkai Taisen" Buku Ke-2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora