Song and You

Prolog

"One good thing about music. When it hits you, you feel no pain"

🍃🍃🍃

Suara dentingan gitar mengusik fokus Halilintar. Matanya yang sedari tadi menatap serius laptop kini teralih pada seorang pemuda yang sedang menyetel gitar di ujung ruang cafe yang memang disediakan khusus untuk hiburan.

"Ck, padahal aku kesini ingin mencari ketenangan. Malah ada penampilan konyol" gumamnya sembari kembali menatap laptopnya.

Ingin rasanya pergi, namun apa daya. Halilintar malas kalau harus mencari cafe lain. Dan lebih malas lagi kalau harus kembali ke kampus.

"Halo~ Maaf mengganggu sore kalian yang indah ini. Taufan akan membawakan lagu untuk menemani kalian menikmati sore ini. Semoga kalian menyukainya"

Bisik-bisik mulai terdengar di seluruh ruangan cafe itu.

"Well, kalau jelek aku akan langsung angkat kaki dari sini" gumam Halilintar dengan bengisnya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa dia benar-benar terganggu.

"Kuingin kau tau isi hatiku
Kaulah yang terakhir dalam hidupku
Tak ada yang lain hanya kamu
Tak pernah ada, takkan pernah ada"

Jemari panjangnya yang sedang mengetik seketika terhenti. Matanya kembali tertuju pada pemuda yang sedang menyanyi dengan penuh penghayatan.

"Dia, memang hanya dia
Ku selalu memikirkannya
Tak pernah ada habisnya"

Pengunjung cafe mulai menunjukkan berbagai macam reaksi. Kagum, terkejut, terpaku akan suara itu. Mengambil ponsel dan mulai merekam penampilannya.

"Kuingin kau selalu dipikiranku
Kau yang selalu larut dalam darahku
Tak ada yang lain hanya kamu
Tak pernah ada, takkan pernah ada"

Lima menit, satu lagu berlalu. Pemuda itu mengakhiri nyanyiannya. Mengundang tepuk tangan riuh dari seluruh pengunjung.

Pemuda itu tersenyum riang melihat antusias penontonnya.

"Terima kasih semua! Oh ya, mau lanjut lagu apa lagi ini? Apa ada yang mau request?"

Riuh suara pengunjung tidak mengganggu Halilintar dalam memperhatikan gerak-gerik sang penyanyi. Senyum tipis terbit di wajah Halilintar.

"Taufan, ya?"