Prolog

16 1 0
                                    

Happy Reading

GRAOOO-

Hosh... Hosh... Hosh...”

Tubuh gadis bersurai ungu dengan gradasi merah muda itu penuh dengan luka-luka, baik luka sayatan dan luka lebam. Napasnya tersenggal berkali-kali. Perang yang panjang membuatnya lelah. Dia terduduk di tanah karena kakinya sudah tidak memiliki kekuatan yang tersisa.

“Hentikan...” Suara gadis itu bergetar. Dia menatap sosok hitam di hadapannya dengan tatapan penuh putus asa. Sosok pria dengan mata merah seperti darah. Gadis itu tidak berani menatap matanya dan Ia menatap ke arah lain.

Sratt!

Rantai-rantai besi entah muncul dari mana dan segera mengikat lengan dan kaki gadis itu. Sekarang, dia tidak bisa bergerak sama sekali.

“Aku belum puas.”

Satu sudut bibir pria itu terangkat, membuat senyuman yang menyeramkan.

Sebuah layar menampilkan keadaan di bumi sekarang. Bumi yang sudah rusak. Banyak para Iblis Bayangan yang menghabisi manusia-manusia disana. Perlahan, populasi manusia berkurang. Banyak mayat yang berguguran. Bahkan, tanaman-tanaman disana pun mati. Itu seperti... kiamat.

“Aku ingin melihat bagaimana reaksimu ketika melihat seseorang yang kamu cintai mati.”
Gadis itu menggigit bibirnya.

Lalu, sebuah adegan muncul di layar itu. Dia melihatnya. Dia melihat Iblis itu membunuh seseorang yang Ia kenal. Dia menusuk pria itu dengan pedang pria tersebut. Itu adalah Ardian.

“HENTIKAN!”

Tubuhnya terperanjat. Gadis itu, Violetta terbangun secara tiba-tiba dari tidurnya. Napasnya memburu cepat. Jantungnya berdegup dengan cepat. Dadanya terasa sesak.

Tes...

Tes...

Tes...

Matanya panas, kemudian air matanya keluar begitu saja. Gadis itu menangis. “Untunglah... itu hanya... mimpi...”

Mimpi yang terasa sangat nyata. Itu membuat hatinya terasa sakit. Rasanya... itu benar-benar terjadi di dunia nyata. Tidak, Vio tidak ingin seperti itu. Tidak boleh.

“...Tenanglah, Violetta... Itu benar-benar... hanya mimpi.” Suaranya bergetar. Vio yang ketakutan kemudian memeluk kedua kakinya dan membenamkan wajahnya. Dia terisak pelan disana. Walaupun itu hanyalah mimpi, Vio benar-benar takut itu terjadi. Saking takutnya, tubuhnya hingga bergetar dan dia menangis sendirian.

Ini bukanlah kali pertamanya dia bermimpi seperti ini, karena itu, Vio takut bahwa itu bukanlah mimpi biasa. Vio tidak mau, kehilangan seseorang yang disayanginya lagi.
Saat ini, dia butuh pelukan, butuh teman yang mendengar ceritanya. Namun, tak ada siapapun yang dapat mendengarkan keluh kesahnya. Semuanya... sudah menjadi terlalu sibuk hingga sulit untuk dihubungi.

-TBC-

Violet Dragon - The Legends DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang