03

4 1 0
                                    

*Banyak mengandung adegan dewasa dan kata-kata kotor. Harap pembaca lebih bijak*

******

Pagi itu matahari keluar dengan terangnya. Mengintip dari balik tirai jendela tertiup angin pagi. Seorang wanita dengan rambut panjang, kulit putih, tengah tertelungkup di atas meja kerjanya dengan mata terpejam.

Siapa lagi kalau bukan Anggita. Gadis itu tertidur di kantornya selepas melakukan perekapan untuk gaji karyawan cafenya. Karena hari ini mereka semua akan menerima gaji.

Merasa ada sesuatu yang menerobos masuk mengenai indra penglihatannya, ia perlahan membuka mata. Menatap bingung sekitarnya lantas melihat pada arloji di tangannya.

"Ternyata sudah pagi ya?" batin Anggita.

Ia terkejut saat melihat sudah ada segelas teh hangat di atas mejanya. Nampaknya karyawannya sudah datang dan siap bekerja.

Ia pun berjala keluar setelah meminum tehnya. Menatap karyawan yang sedang hilir mudik menyiapkan semua keperluan sebelum cafenya benar-benar di buka.

Namun yang membuatnya terkejut adalah sosok sang ibu mertua yang tengah memimpin pekerjaan tersebut. Anggita lantas bergegas menemui sang ibu mertua. "Mama," panggil Anggita.

Wanita parubaya itu lantas memutar badannya, menatap tajam pada Anggita. Menyadari tatapan marah dari ibu mertuanya membuat nyali Anggita menciut.

"Anggita, kamu pasti lelah ya?" Tanya Lisia, ibu kandung dari Dimas. "Kamu semalam tidak pulang Mama nungguin kamu di rumah, untung Mama bawa kunci yang waktu itu kamu kasih," ucap Lisia. Tak lupa wanita itu mengusap surai hitam menantu kesayangannya itu.

"Maafin Anggita ya Ma, Semalam Anggita harus ngerekap data keuangan. Hari ini anak-anak terima gaji," jawab Anggita.

Lisia tersenyum menatap menantunya yang masih betah menunduk menatap lantai seakan ada tumpukan uang disana.

"Kamu ngga mau peluk Mama kah?" tanya Lisia sembari tersenyum.

Anggita mendongak menatap sosok ibu di depannya, "Anggi masih bau Ma, soalnya Anggi baru bangun," cicit Anggita. Anggi adalah panggilan sayang dari ibu suaminya tersebut.

"Ya sudah. Sana kamu mandi, Mama tadi bawain baju ganti buat kamu. Mama taruh di ruang kerja kamu. Jangan lupa tehnya di minum ya," ujar Lisia. Anggita lantas mengangguk dan bergegas meninggalkan mertuanya.

"Mas Dimas, apa kamu ngga mau menyudahi perselingkuhan mu dengannya? Aku sakit Mas tiap lihat perlakuan Mama ke aku." monolog Anggita.

Gadis itu mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Membiarkan tubuhnya menggigil bersama dengan berbagai pikirannya. Ia biarkan pikirannya kembali menerawang jauh pada masa lalu. Kenangan manis setengah tahun lalu dimana ia tengah berbahagia dengan ulang tahun yang ke 3 cafe pertamanya.

*flashback on*

Hari itu adalah hari paling ia tunggu yaitu anniversary cafe yang ia bangun dengan penuh jerih air mata. Waktu itu Dimas tengah mendapatkan cuti tahunan dari pihak rumah sakit. Maka dari itu ia memilih untuk kembali ke Indonesia dan menemui istri tercintanya.

Semua berjalan lancar hari itu. Tamu undangan tampak senang dengan perayaan yang di lakukan. Karyawan tampak bahagia walau Anggita yakin mereka merasa lelah dengan kondisi cafe yang sangat ramai.

Disana ia berdiri, disudut ruangan dengan Dimas yang setia memeluk pinggang rampingnya. Laki-laki itu bahkan sering sekali menyerbu pipi Anggita dengan ribuan kecuan tanpa peduli mereka menjadi sorotan semua orang.

Anggita mencubit pinggang Dimas, "Mas malu ih. Lihat tuh, kita di lihatin banyak orang Mas," protes Anggita.

Namun bukan Dimas namanya kalau mengikuti perintah istri kecilnya itu. Dimas malah semakin genjar menciumi wajah Anggita.

Dirty marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang