02

3 1 0
                                    

Abimana memasuki kamar hotel yang ia pesan beberapa jam yang lalu. Laki-laki itu tampak lelah dengan kegiatannya. Hal itu terpancar dari raut wajahnya. Menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas ranjang. Perlahan memejamkan mata sebelum dering ponselnya kembali merenggut lelapnya.

"Hari ini mereka ketemuan lagi di apartemen yang mereka sewa bersama. Bim, maaf ya gue ngabarin lo yang jelek-jelek. Gue cuma kasihan sama lo."

Begitulah isi pesannya. Abimana memijat pangkal hidungnya. seakan lelah fisik saja tidak cukup. Kini ia harus kembali merasakan beban atas perbuatan istrinya. Abimana memang mengetahui soal perselingkuhan Shela dengan Dimas.

Apakah hati Abimana tidak terluka? Tentu saja. Tapi itu dulu, untuk saat ini Abimana tidak lagi membebankan pikirnya pada Shela. Biarlah wanita itu menikmati hidup seperti yang ia mau."Biarkan saja seperti itu." balas Abimana pada sang pengirim pesan.Ia lantas kembali memejamkan matanya berniat pergi tidur untuk melepaskan beban pikiran dan juga lelahnya. Menutup mata dan langsung terlelap dengan damai.

*****

Tok ... Tok ... Tok

Suara ketukan itu mampu membuyarkan konsentrasi Anggita dari setumpuk berkas yang ada di hadapanya. Gadis itu tengah sibuk dengan kertas, angka dan kalkulatornya.Dea berjalan memasuki ruangan bossnya itu, "Bu Anggita, sudah waktunya tutup. Kami juga sudah selesai bersih-bersih." lapor Dea.

Anggita menggulir jam tangan yang ada di tangan kanannya. "Loh? Sudah jam 10 ternyata. Ya sudah kamu sama yang lain pulang duluan saja ya. Saya masih harus mengurus pembukuan." ujar Anggita di hiasi senyuman pada akhir kalimatnya.

Dea yang melihat raut wajah lelah pada sosok yang sudah 2 tahun ini menjadi bossnya itu hanya mampu menatap sendu.

Dengan diliputi rasa takut Dea berjalan mendekat pada Anggita. "Bu. Ibu dari kemarin sudah lembur loh. Hari ini pulang bareng kami ya," pinta Dea pada Anggita.

Anggita tersenyum sendu pada Dea. Gadis asal Solo yang ia temui sewaktu kecopetan saat pertama kali datang ke Jakarta. Gadis kecil yang menangis di halte karena dompetnya di curi oleh pencopet membuat hati Anggita iba. Lantas ia membawa gadis ke cafe untuk di beri makan dan pekerjaan.

Anggita kembali teringat akan pengalaman pertemuannya dengan Dea. "Sudah, saya sebentar lagi pulang Dea. Hanya tinggal menjumlah semua saja. Kamu lekas pulang ke asrama dengan yang lain. Saya tidak mau kalian terlambat besok pagi ya."

Dea tidak dapat membantah ucapan Anggita. Dengan langkah gontai Dea keluar dari ruangan tersebut menemui teman-temannya yang sudah menunggunya di depan cafe.

"Gimana De?" tanya Angga salah satu karyawan Anggita.

"Bu Anggi lembur lagi Rahma," jawabnya parau.

Rahma menghela nafas, lantas ia menepuk pundak Dea. "Ya sudah, kita pulang aja yuk. Biarin Bu Anggita fokus sama kerjaannya biar beliau cepet pulang." Teman-teman Dea tau sedekat apa Dea dengan Anggita.

Bagi Dea Anggita adalah dewa penyelamatnya. Jika tidak ada Anggita mungkin saat ini ia akan menjadi gelandangan. Bagaimana tidak, ia datang ke Jakarta dengan modal nekat karena keadaan ekonomi keluarga yanng tengah kacau. Membawa uang saku yang pas pas siapa sangka ia malah di copet sewaktu menapakan kakinya di ibukota.

Beruntung hari itu mobil Anggita tengah mogok dan membuatnya harus berjalan ke arah halte dan menemukannya yang tengah menangis sendu.

Dea mengangguk menyetujui ucapan Rahma. Mereka bersepuluh berjalan bersama melewati gang kecil menuju asrama yang Anggita sediakan sebagai fasilitas untuk para karyawannya.

Dirty marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang