"Uhmm... Aku juga tak tahu persisnya" Gadis itu menggaruk kulit kepalanya.

Kedua mataku menggidik, tak henti - hentinya otakku menganalisa kemunculan gadis misterius ini. Shania, Shania, Shania, Siapakah dia sebenarnya?

Ohiya! Aku lupa kalau dia adalah orang yang menjadi korbanku di supermarket tadi. Hahaha dasar bodoh. Kenapa kau tak menyireni-nya Bob?

Aku menggigit bibir bawahku "Eh yang tadi lupakan saja. Omong - omong rumahmu dimana?"

"Dーーdi Perumahan Nusa Indah, tak jauh dari sini" Jawab gadis itu gelagapan.

"Baiklah aku akan mengantarkanmu, Shania"

Setelah berbincang dengan Shania beberapa saat, aku membalikkan badan ke depan. Kemudian memutar kunci mobil searah dengan perputaran jarum panjang jam.

*BRUMMM....*

[Shania's POV]

Aku menoleh ke arah jendela. Kusandarkan kepalaku disana seraya melamun dan memperhatikan pepohonan rimbun yang kami lewati. Namun terkadang aku memperhatikan Boby dari belakang tanpa sepengetahuannya. Boby Caesara.. sepertinya nama itu tak asing bagiku. Dia seorang artis bukan?

"Boby..."

"Uhm.." Gumamnya singkat. Kemudian ia menatapku melalui kaca spion dalam yang tergantung di awang - awang mobil.

"Kau artis papan atas itu bukan?" Tanyaku dengan penuh keraguan. Suasana disini agak sedikit awkward karena semua tengah tertidur lelap kecuali aku dan Boby.

"Uhmm.. Kurasa tidak"

"Tapi aku sering melihatmu di tv dan namamu hampir setiap hari kudengar di radio. Sama halnya dengan teman di sebelahmu, namanya Kinal bukan?"

"Shania, aku hanyalah orang biasa. Kurasa seseorang yang sering tampil di televisi dan radio bukanlah artis, melainkan orang biasa yang memiliki sedikit kelebihan"

"Oh baiklah, kalau begitu izinkan aku memanggilmu orang luar biasa"

"Hahaha, kau tak perlu memanggilku seperti itu"

[Author's POV]

Tak lama dari akhir perbincangan, akhirnya mereka tiba. Veranda yang tertidur di sepanjang perjalanan langsung terbangun ketika Boby mematikan mesin mobil.

Segera Shania turun dan menutup pintu mobil. Disusul dengan Ve dibelakangnya, ia berjalan terhuyung - huyung melawan rasa kantuk yang masih meraja lela.

"Terimakasih atas tumpangannya Bob"

"Iya sama - sama, btw maaf ya atas kejadian di supermarket tadi"

"Kejadian?! Kejadian apa?" Batin Shania bingung.

Shania bergeming tanpa menatap Boby.

"Hei jadi aku dimaafin gak nih?"

"Eh.. Uhm.. I-Iya. Kamu gak mau mampir dulu?"

"Maaf Shan, aku gak bisa. Habis ini aku harus ke SmartTV untuk tapping. Lain kali saja ya?"

"Oh baiklah" Shania menarik bibirnya sedikit keatas hingga membentuk sebuah senyuman simpul di kedua belah pipinya.

"Aku pergi dulu ya, byee.." Boby melambaikan tangan kepada Shania.

"Byee!" Shania membalas lambaian tangan Boby ketika mobilnya hendak menderu.

~~

"Ve ayo masuk. Lanjutin tidurnya di dalem aja jangan disini"

Shania pun menarik tangan Ve dan mengajaknya masuk ke dalam istana sederhana miliknya.

Rumah Shania memang tak terlalu besar. Namun, rumah itu terlihat nyaman dan asri. Pepohonan hijau serta berbagai macam tanaman berjejer rapih di halaman depan rumah.

*Tok.. Tok.. Tok..*

"Nenek, Shania pulang!"

*Kreeek..*

Dibukanya pintu itu oleh sang nenek. Wajah gembira itu seketika berubah menjadi layu saat ia menyambut kedatangan Shania dan Veranda. Kali ini nenek terlihat berbeda dari yang sebelumnya, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Tapi apakah itu? Tatapan nenek sangat sulit ditebak.

-To be Continued....-

------------------------------
Gimana nih part2nya? Rada panjang kaan? wkwkwk =)) Ada kritik & saran? Jangan lupa comment + vote, jangan jadi silent reader yaa :(

Karena vomment terutama kritik dan saran dari kalian itu ngebuat author semangat nulis😆

Unavoidable [BobNju JKT48]Where stories live. Discover now