Sembilan

438 93 14
                                    

Happy reading cok!
.
.
.

"Adik kecil~" jennie menghelan nafasnya lelah saat mendengar seseorang memanggilnya, dibarengi dengan ketukan pintu yang terdengar tanpa jeda

"Eonni boleh masuk? Eonni merindukanmu"

Jennie tahu betul siapa pelakunya, krystal kakak sulungnya yang memanggilnya dengan nada yang begitu lembut. Meskipun begitu, jennie masih enggan untuk menyahuti. Sedangkan krystal yang merasa tidak ada respon pun dengan lancangnya masuk tanpa menunggu izin dari sang pemilik kamar

Krystal mendekati jennie yang sedang duduk diujung ranjang membelakanginya, jennie tahu krystal sudah masuk namun dia tetap diam, rasanya terlalu malas meladeni untuk kali ini

"Hei, don't cry babe"

"Eonni, bisakah jane memiliki waktu untuk sendiri sekarang?" Krystal paham maksud jennie, adiknya ini mengusirnya dengan cara halus. Krystal hanya tersenyum manis kearah jennie dan mendekap tubuh lesu itu

"Boleh, tapi untuk saat ini biar eonni temani. Luapkan semuanya, jangan ada yang dipendam sendiri arra?! Dan ingat sekarang kamu tidak sendiri, ada eonni yang akan menemani mu disaat senang maupun sedih" mendengar penuturan krystal membuat jennie mengeraskan tangisnya, tangannya meremas pakaian yang dipakai krystal dengan erat.

"Gwenchana, menangislah sepuasmu tapi setelah ini berjanjilah untuk berdamai nee?"

"Aniya, seharusnya jane tidak menangis hanya karena masalah sepele ini, harusnya jane sudah terbiasa mendapatkan ini, tapi kenapa rasanya tetap sakit hiks" krystal terenyuh mendengarnya, mau bagaimanapun dia sedikit banyak tahu tentang hidup jennie, bagaimana tubuh mungil itu terbentuk dengan karakter yang sulit untuk ditebak.

Krystal bahkan bisa menggambarkan bahwa jennie ruby jane, sosok adik barunya ini begitu kuat meski jennie terbentuk dari badai dasyat, jennie tetap menjadi pribadi yang begitu tenang seakan bukan tercipta dari badai, jennie gadis yang begitu tenang seperti air, jennie yang begitu dewasa untuk ukuran seusianya.

"Its okay babe, rasa sakit adalah hal yang wajar muncul saat seseorang merasa terluka. Menangislah sampai kamu puas, jika tangismu sedikit mengobati lukamu. Adik eonni hebat karena sudah sampai sejauh ini, se dewasa ini. Eonni bangga pada jane, so jane harus tetap kuat nee"









.
.
.

Jessica memasuki kamar putrinya dengan wajah penuh penyesalan, bagaimana tidak menyesal dia kembali melukai putrinya dengan menghakiminya tanpa mau mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan setelah mendengar kenyataannya pun jessica tidak bisa menyalahkan jisoo sekalipun, mungkin alasannya karena dia sudah benar benar menyayangi jisoo. Tapi bagaimana dengan jennie?. Bahkan malah minho yang memarahi jisoo habis habisan karena masalah ini.

"Jane, i'm sorry" jennie memilih abai tanpa niat menggubris ibunya yang baru saja mendatanginya, jennie hanya sibuk dengan buku buku tugas di depannya, tidak minat untuk sekedar menoleh

Hal itu membuat jessica merasakan perasaan asing saat melihat putrinya enggan menatapnya.

"Jane, mommy tahu mommy salah. Maafkan mommy sayang" jennie mengembuskan nafasnya kasar, setelahnya meletakkan penanya dengan sedikit keras lalu menoleh kearah sang ibu yang kini tengah memohon padanya

"Seberapa banyak mommy melakukan kesalahan dan meminta maaf, seberapa banyak jane memaafkan tapi nyatanya mommy terus mengulanginya. Bahkan sekarang Jane mengerti kenapa mommy memperlakukan jane seperti ini, itu karena jane hadir bukan karena keinginan kalian bukan? Jane memakluminya mom, tapi entah kenapa lama kelamaan rasanya begitu menyakitkan, jane tahu seharusnya jane sudah terbiasa dengan hal ini, tapi bolehkah jane mengeluh sekali saja?"

What about me?Where stories live. Discover now