Bab 5 lets get start

3 0 0
                                    

Erish Pov.

Aku dan Naen hanya saling tatap dan berdiam diri, tak memiliki topik, hingga Rhakai, adik laki-lakiku muncul di depan pintu kamar Naen dengan muka sumringahnya.

"Kakak pulang?" ucapnya sumringah.

"nggak" ucapku singkat. Sudah jelas-jelas ia bisa melihatku disini, tentu saja aku pulang, dia pakai bertanya segala. 

Senyum Rhakai semakin lebar "kakak aku mau ngomong dulu sebentar, bisa keluar dulu?" pintanya.

Akhirnya ada yang bisa membuatku keluar dari neraka dunia ini, saat aku bangkit, Naen menarik tanganku. Refleks aku langsung menepisnya "apa?!" ucapku agak keras, 

"maaf, maaf gak maksud membentak" ucapku sedikit menyesal.

Naen terdiam wajahnya terlihat kaget, tapi tanpa ku pedulikan ekspresi wajahnya aku segera melengos keluar kamarnya.

Rhakai mengajakku ke kamarnya, sudah lama aku tak kemari kamarnya semakin bagus saja dan tampaknya semua barangnya baru.

"Rhakai, kamar lu baru di renovasi ya?" Tanyaku.

Ia mengangguk ringan dengan ekspresi sok imutnya itu "itu dia kak sogokan dari si bapak"

"Nyogok? Emang bapak lu mau nyaleg?" Guyonku.

Dengan segera ia mengobrak abrik lemari pakaiannya dan menyerahkan kepadaku secarik kertas slip pembayaran uang pangkal universitas.

"Nanyang technological university? Heh, lu keterima disana?  Kok bisa? Emang lu pintar?" Tanyaku sinis.

"Gak tau sih pintar atau nggak nya yang jelas aku diterima disana jurusan arsitektur, kak" ucapnya.

Ia berdiri dan berjalan kearah jendela kamar yang pemandangannya tertutup oleh tenda kala itu. "Gak ada yang mau bayarin aku kuliah disana kak" matanya berkaca-kaca.

Astaga cengeng sekali bocah ini.

Kulihat slip pembayaran yang bernominal 30.000 Dollar Singapura tersebut. Ehm, sepertinya tak jauh berbeda dengan uang pangkal kuliahku dulu di universitas London.

"Masa gak ada yang mau bayarin lu sih? Si bapak aja lagi banyak duit, lihat itu dia nikahin Mpok lu, bikin acara gede, beli mobil baru. Lu kira bapak lu gak punya duit, heh?"

"Padahal dulu waktu gue mau ke London aja si bapak sampai jual tanah. Masa iya cuma ke Singapura bapak lu kagak ada duit" lanjutku.

Rhakai menghela napas "bukan masalah begitu kak, bukan masalah si bapak nggak punya duit, kak, tapi gue- eh aku juga keterima di fakultas kedokteran UI"

Aku berpikir sebentar, lah bukannya biayanya sama sama besar. "Terus, hubungannya?" Tanyaku kebingungan.

"Iya si bapak bilang katanya aku  kuliah di Indonesia aja, nggak usah jauh jauh. Tapi kak, Nanyang technological university ini udah aku perjuangin dari kelas 10 loh, terus kalau udah keterima begini, masa aku tolak" ia menghela napas berat.

"Kesempatan nggak datang dua kali, kak" lanjutnya.

Aku tersenyum"oh maksudnya mau minta bayarin? Maaf ya, Rhakai, bukannya gue nggak punya uang buat bayarin-tapi emang gak punya sih- maksudnya bukannya gue gak mau bantuin lu, tapi menurut gue, lu ikutin kata kata bapak aja deh" jelasku panjang lebar.

"Gue liat liat lu belum bisa hidup sendiri, terus juga lu hidupnya bisa lebih terjamin disini. Banyak loh orang yang pengin masuk FK tapi terhalang biaya. Lah lu, malah dibeliin semuanya iPad paling baru, iPhone lu aja lebih Baru tipe nya ketimbang gue" lanjutku.

"Tapi kak kapan aku belajar mandiri kalau aku terus terusan tinggal disini?" Balasnya.

'Oh iya juga sih' pikirku.

"Gue pikir pikir dulu deh ya.." balasku.

"Jangan lama-lama kak, aku udah gak betah tinggal dirumah ini. Sebentar lagi kamu juga bakal ngerasain yang sama, kita harus segera pindah kak. Secepatnya, kita nggak bisa terus tinggal sama orang orang kolot ini, kak"

"Hah maksudnya?" Ucapku kaget.

Halo guys maaf ya baru update aku dari kemaren sibuk kuliah, tapi aku usahain buat lebih sering berinteraksi dan nulis cerita buat kalian. Maaf kalau ada typo typo bertebaran.
Terimakasih ya.
Bye bye.
Luv from Author



TITIKWhere stories live. Discover now