27. Cerita Tentang Hari Ini

Start from the beginning
                                    

Dan sialnya lagi, ia terpaksa menahan kencing karena teman-temannya tak mau mengantarkannya ke kamar mandi dengan alasan masih ngantuk. Apalagi dengan Renan yang berselimutkan sarung wadimor, laki-laki itu beneran tidak bisa diusik jika sedang tidur.

“Muka lo kayak nggak tidur setahun. Nggak enak dipandang,” ucap Hilman dengan mulut cabenya.

“Nggak ada yang nyuruh lo buat mandang muka gue, sialan.”

Shasha lewat di depan keduanya sembari membawa beberapa camilan. “Sha, lo mending potong rambut jadi pendek, deh.”

Mendengar ucapan yang ditujukan kepadanya membuat perempuan itu berhenti melangkah, “Lah, kenapa? Orang rambut gue bagus gini. Gue nggak rela ya kalau beneran dipotong jadi pendek.”

“Lo kayak jurig, anjir.”

“MANA ADA JURIG SECAKEP GUE?”

Ada banyak hal sebenarnya yang tidak boleh dilakukan, salah satunya mendebat Shasha. Perempuan itu memiliki kesabaran setipis tisu. Ia tak peduli siapa yang membuat kesabarannya habis, semuanya akan ia babat. Termasuk Renan sekalipun. Untungnya sejauh ini Renan masih belum pernah membuat kesabarannya habis.

“ADA!! KEMARIN GUE LIHAT JURIG YANG MIRIP KAYAK LO!”

“Ha? Serius?”

Bukan Shasha yang tertarik, tapi justru Talia yang merapat ke arah Seno. Meskipun laki-laki itu masih bau kecut karena belum sempat mandi, Talia masa bodoh. Ia ingin mendengar cerita yang sepertinya ngeri-ngeri sedap.

“Iya.”

“Jam berapa?”

“Sekitar jam sepuluhan malem kalau nggak salah. Pas waktu kita-kita habis ngopi.”

“Beneran mirip Shasha?”

“Beneran! Rambutnya panjang sepinggang. Bajunya kotor kayak habis kena tanah. Makanya kemarin gue sempet ngajak ngobrol, gue kira emang beneran Shasha. Ternyata bukan.”

Shasha bahkan sudah tak ada di sana tapi masih menjadi topik pembicaraan dua orang tersebut. Jangan tanya Hilman sedang apa, laki-laki itu kembali molor. Benar-benar tak tertarik dengan cerita yang Seno punya.

“Emang lo nggak lihat mukanya kayak gimana?”

“Nggak lihat. Soalnya ngebelakangin gue.”

“Terus lo tahunya gimana kalau dia jurig?”

Seno menyuruh Talia mendekat dan perempuan itu menurutinya. “Habis gue ngajak ngobrol, nggak lama Jev dateng, terus dilanjut sama Shasha yang dateng juga. Gue kaget dong. Perasaan tadi yang gue ajak ngobrol tuh Si Shasha, tapi pas gue noleh lagi, cewek itu udah nggak ada. Jev juga bilang kalau gue ngobrol sendiri…”

“MAMAAAA MAU PULANGGG!!”

Anggota KKN Desa Weringin tentu saja dibuat kaget dengan teriakan dari Talia. Mereka yang awalnya mencar, tiba-tiba sudah berkumpul menjadi satu. Jev yang baru saja selesai mandi, Ajeng yang membawa sapu, Sella dengan boneka pisangnya sampai Renan yang masih setia dengan sarung wadimor pemberian sang kakek.

“Oh, jadi semalem tuh lo ditampakin?” tanya Jev memastikan. “Emang iya, sih. Gue lihatnya lo lagi ngomong sendiri. Bener-bener kek lagi latihan akting.”

“Terus setelah itu lo digangguin lagi, nggak?” tanya Shasha jadi takut sendiri karena kata Seno hantu itu menyerupainya. “Apa gue beneran harus potong rambut aja, ya?”

“Udah enggak, sih. Tapi guenya nggak bisa tidur.”

“Kita pulang aja, yuk,” seru Karin yang ternyata juga sama takutnya. Bagaimana pun Karin juga perempuan yang takut akan hal-hal semacam ini.

Dear, KKNWhere stories live. Discover now