C4-Hirosima, Nagasaki, & Proklamasi

3 1 0
                                    


"Kiamat! Kiamat!" teriak orang-orang sambil tergopoh-gopoh menyelamatkan diri. Rintihan penuh tangis menyeruak pedih, bagaimana tidak kota penuh penduduk ramai kini melembur tak keruan. Kehancuran di mana-mana, darah tercampur tanah arang meluas.

Kota Hiroshima dan Nagasaki yang indah kini menjadi kota rusak yang terpaksa tak punya tuan, karena insiden pengeboman bom atom Little Boy yang dijatuhkan sengaja oleh pesawat Amerika, Enola Gay di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 pukul 8:16 pagi dan bom Fat Man di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Kejadian itu berhasil meluluh lantakkan puluhan ribu orang.

Kesedihan benar-benar berkeliaran tak terhitung, ditambah saat itu Jepang juga mengalami kekalahan telak pada perang Asia Timur Raya, karena pusat militer mereka sudah kandas, yang tersisa hanya huru hara keputusasaan semata. Kehancuran itu mampu membuat Jepang berada diambang hilang arah dan menyerah tanpa syarat kepada sekutu enam hari setelahnya.

"Kita menyerah!" ungkap Kaisar Hirohito akhirnya, dan  memilih menyiarkan di radio Jepang tentang kekalahan mereka, mereka beralasan tidak ingin generasi mereka akan terpuruk, hingga berita itu terdengar di penjuru dunia, dan sampailah ke telinga rakyat Indonesia yakni Sutan Syahrir melalui siaran radio luar negeri yang saat itu melakukan gerakan bawah tanah untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia tak ingin bekerja sama oleh Jepang.

"Kudengar Jepang sudah kalah pada perang Asia Timur Raya!" Sutan Syahrir dengan semangatnya melompat girang, bagaimana tidak hari penantian kini sudah di depan mata.

"Kau mendengar berita ini dari mana? Jangan mengarang! Kau tahu, Jepang adalah sosok tangguh yang tak mungkin kalah!" Chairul Saleh tak percaya dengan apa yang ia dengar, perasannya berkecamuk hebat.

Raut kebahagiaan Sutan Syahrir lenyap, tergantikan raut serius sambil mengambil secangkir teh untuk meminumnya.

"Aku bekerja di kantor berita Jepang, tak sengaja kudengar salah seorang Jepang berbincang dan mengatakan negaranya kini sedang terpuruk tak keruan, pasalnya kekalahan Jepang pada perang Asia Timur Raya."

"Bukankah ini berita yang bagus untuk kita melangsungkan proklamasi kemerdekaan Indonesia? Aku tidak ingin, kemerdekaan Indonesia didapatkan, karena rasa kasihan dan hasil beri, ini negara kita, seharusnya kita yang menentukan kebebasan!"

"Tapi, bagaimana caranya?"

"Kurasa ini baru kabar angin," celutuk sang pemuda lainnya.

Sutan Syahrir yang sedang menghirup tehnya itu menoleh pada Chaerul Saleh seraya berkata, "Kabar itu benar adanya, aku mendengarnya sendiri di siaran radio luar negeri tepatnya kemarin, Jepang mengalami kekalahan, karena kota Hiroshima dan Nagasaki di bom dan Jepang menyerah tanpa syarat dan pantas saja, negara kita radio luar negeri dilarang diperdengarkan!"

Mendengar semarak kericuhan kekalahan Jepang tentu saja adalah hal gembira dan kesempatan emas untuk membebaskan diri dari jeratan yang selama ini menyiksa. Setelah berunding lamanya, akhirnya Chaerul Saleh beserta kawan-kawan mewakili peran pemuda menemui golongan tua, yakni Soekarno, Mohamad Hatta dan Radjiman serta mencegat ketiganya di Kamoyaran, Jakarta seusai pulang dari Dalat, Vietnam untuk membahas persiapan kemerdekaan Indonesia oleh Jepang.

Soekarno yang melihat Chaerul Saleh mendekat akhirnya menghentikan langkahnya.

"Ada apa denganmu?" tanya Soekarno, pria itu bingung melihat wajah begitu risau dari Chaerul Saleh.

"Kami ingin Bung secepatnya mengadakan proklamasi kemerdekaan, karena Jepang sudah menyerah dan mengalami kekalahan telak! Dan saya yakin Bung tidak diberitahu Jenderal Terauchi!"

Soekarno yang mendengarnya tertawa sembari berbisik, "Pembicaraan seperti ini tidak seharusnya dibicarakan di sini, kita harus membicarakannya di tempat lain."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Berkelana pada DukaWhere stories live. Discover now