Di kasur kamar kini taeyong berada, dengan setelan yang sudah di ganti dengan setelan rumahan. Hanya kaus putih tipis dan celana training selutut. Rambut basah serta aroma sabun mandi dan wajah fresh taeyong memberikan kesan bahwa pria Lee itu sudah menyelesaikan acara mandi nya sekitar dua puluh menit yang lalu. Taeyong baru sampai ke rumah tepat pada pukul sebelas malam, waktu yang cukup larut. Tak jarang taeyong menemui anak-anak sekolah yang baru pulang di jam segitu.
Taeyong kini duduk di tepi kasur, kedua tangan nya memegang sebuah handuk, yang mana handuk tersebut di gunakan untuk mengusapi rambut nya yang basah. Menyerap air pada rambut tebal taeyong, menggosokkan nya dengan ritme sedang. Jujur saja, taeyong jarang menggunakan pengering rambut, jika tidak dalam keadaan terdesak. Ia lebih baik mengusap rambutnya dengan handuk lalu menunggunya kering sendiri. Terlalu sering menggunakan pengering rambut juga tidak baik untuk rambut.
Taeyong lebih sering menggunakan pengering rambut itu saat dirinya bekerja di kafe. Ya, bukankah pekerja kafe memang harus terlihat menarik dan wangi? Tentu saja, penampilan adalah keutamaan seseorang dalam bekerja.
Taeyong menatap handphone nya yang ia letakkan di nakas dekat kasur, handphone nya tiba-tiba hidup dengan getaran serta dering, menunjukkan sebuah nomor. Ada yang menelfon nya, malam-malam begini? Siapa?
Taeyong mengerutkan alis nya, nomor nya asing, berarti nomor orang baru? Taeyong selalu menyimpan nomor orang-orang sesuai nama, entah itu pentingkah atau tidak.
"Yeoboseyo?" taeyong menyapa terlebih dahulu. Tangan nya yang satu masih asik mengusap rambut basah nya dengan handuk.
"Halo, Taeyong?"
Taeyong sedikit merasa terkejut, dada nya tersentak ketika sebuah suara menginterupsi pendengaran nya. Bahkan usapan pada rambut nya sempat terhenti untuk beberapa saat kedepan, namun tidak lagi setelah itu. Bibir nya menyunggingkan senyum.
"Benar, ada yang bisa saya bantu, Tuan?"
Tuan? Benar, yang menelfon taeyong itu jaehyun. Jung Jaehyun, majikannya.
Kira-kira, kenapa jaehyun menelfonnya malam-malam begini?
"Heum, tidak ada. Kenapa belum tidur?" jaehyun berbicara dengan nada sedikit lirih, suaranya terdengar sangat jelas. Mungkin karena memang sudah malam, di tambah suasana sunyi, sinyal nya juga bagus. Jadi suaranya terdengar lebih jelas.
"Saya baru selesai mandi, tuan sendiri kenapa belum tidur?" taeyong memencet tombol pengeras suara pada handphone nya, agar suara nya bisa lebih besar. Taeyong kadang suka tidak dengar jika menelfon seperti ini, entah karena telinganya yang bermasalah, atau handphone nya yang sulit menerima suara jelas dari panggilan telefon.
"Aku tidak bisa tidur," jaehyun di seberang sana, berbaring di atas ranjang. Punggungnya bersandar pada kepala kasur, kaki nya terbalut oleh selimut tebal yang taeyong pasangkan sebelum pulang tadi.
Taeyong lantas terkekeh pelan, "Benarkah? Bukankah tadi tuan sudah hampir tidur ketika saya masuk ke kamar anda?" saat taeyong membenarkan selimut yang jaehyun kenakan, taeyong lihat juga pada saat itu mata jaehyun sudah setengah menutup, seperti sudah mau terlelap. Taeyong kira, jaehyun sudah hampir tidur. Ia berniat berpamitan, namun jaehyun yang sudah mau tidur akhirnya taeyong langsung pulang.
"Aku hanya menutup mataku, kau malah meninggalkan ku pulang."
Taeyong kembali tertawa kala mendengar jawaban jaehyun yang memang terdengar biasa saja, namun nada kesal diam-diam terselip di sana. Majikannya marah padanya? Karena di tinggal pulang?
"Baiklah, maafkan saya. Lain kali jika tidak bisa tidur, katakan kepada saya, oke?" taeyong nampak tersenyum setelah berbicara, ya walaupun jaehyun tidak melihat dirinya tersenyum, tapi taeyong tulus.
YOU ARE READING
Title (JAEYONG)
RandomJung Jaehyun, pria dengan paras rupawan nyaris sempurna, fisik nya yang selalu di puja-puja, wajah nya yang mampu menghipnotis ribuan mata, serta kasih nya yang di idam idamkan setiap wanita yang melihat nya, walau dalam sekali tatap. Naas, di umur...
