Taeyong hari ini bangun lebih awal lagi, ia pergi ke pasar untuk membeli beberapa sayuran serta bahan makanan seadanya. Sebenarnya lebih mudah pergi ke supermarket, namun supermarket mana yang sudah buka di jam yang bisa di bilang cukup gila untuk sekedar membuka mata di pagi buta ini?
Di tambah, cuaca nya sedang sangat dingin, seperti nya musim dingin segera tiba. Angin nya mulai tertiup kencang, kemarau hendak melanda. Taeyong bisa merasakan, jika sudah jam 4 sore pasti dingin mulai terasa menusuk ke dalam tulang.
"Permisi, Bibi. Maafkan aku, berapa harga buah persik satu kilo nya?" satu tangan taeyong di gunakan untuk memegang tas belanja miliknya, satu tangan lagi di gunakan untuk memegang buah persik segar yang sudah tertata rapih di keranjang buah-buahan yang di jual. Taeyong menatap wanita setengah baya yang nampak sedang menata buah-buahan lain.
"Oh, anak manis? Kau mau buah persik, sayang?" tanya wanita tersebut dengan senyuman merekah di bibir nya. Bibir wanita itu sangat cantik, begitupun dengan wajah nya. Sangat segar meski jam masih menunjukan pukul setengah lima dan langit masih menggelap menunggu mentari menampakkan diri.
Taeyong mengangguk semangat, ia juga tersenyum lebar untuk menanggapi wanita setengah baya itu.
"Iya, Bibi. Aku mau membeli buah persik." taeyong memilah-milah buah persik di hadapan nya. Tampak segar, merah, dan besar-besar. "Wah, buah persik nya besar-besar, ya?" taeyong berbinar, gelap nya dini hari menyembunyikan binar mata boba milik taeyong.
Wanita itu terkekeh sumbang, menatap taeyong yang asik memilah-milah buah.
"Memasuki musim kemarau, buah persik sudah mulai berbunga. Dan ini, panenan buah terakhir pada akhir musim gugur ini. Sebagai penutup musim gugur, oke? Kau mau berapa, manis?" wanita setengah baya itu mengambil wadah untuk buah persik yang akan taeyong pilih.
"Aku sangat menanti buah persik di musim kemarau, Bibi. Aku mau satu kilo!" ujar nya dengan nada bersemangat. Taeyong sangat menyukai buah persik. Rasa asam dan manis serta rasa khas pada buah pantat itu membuat lidah taeyong seakan terhipnotis.
"Tentu, kembalilah saat musim kemarau. Aku akan memberikan diskon khusus untuk bocah manis seperti mu." wanita penjual buah itu mengambilkan buah persik dan menimbangnya. Memasukan buah yang taeyong pilih ke timbangan.
"Bibi, apa sudah satu kilo?" tanya taeyong, nampak buah yang ia pilih, mengandalkan perkiraan nya. "Uhm... mungkin 3 buah lagi? Pilih buah persik mana saja yang kau mau, dan masukkan ke dalam kantung ini, oke?" ujar bibi penjual buah persik.
Taeyong mengangguk, ia mengambil 3 butir buah persik berukuran sedang. Memasukkan nya ke dalam kantung yang sudah di sediakan.
"Sudah, Bibi. Berapa total semua nya?" taeyong bersiap mengeluarkan dompet, dan hendak mengambil uang dari dalam sana. Menunggu si penjual menyebutkan nominal nya.
Wanita di depan taeyong, tersenyum sembari mengulurkan tangannya yang berisi satu kantung buah persik segar. Menekankanya pada dompet taeyong, si bibi mengangguk yakin.
"Ambil lah, semoga hari mu menyenangkan, Nak." ujar si bibi dengan suara lembut, dan wajah yang begitu tulus.
Taeyong mematung, ia menatap wajah wanita tadi, masih dengan senyuman. Alis nya terangkat, menyuruh taeyong untuk segera mengambil buah persik di tangannya.
"B-bibi, tapi ini-
"Ssttt, tidak apa-apa, ambil saja! Masih banyak buah persik disini." bibi tadi menepuk-nepuk bahu taeyong, taeyong sendiri masih mematung dengan tatapan sendu. Tangan nya bahkan masih memegang dompet; hendak mengeluarkan nominal uang dari dalam sana.
"Terimakasih banyak, Bibi! Terimakasih, sangat..." taeyong membungkukkan tubuh nya 90°, taeyong tidak menyangka akan di beri buah persik secara cuma-cuma. Ia merasa sungkan, apalagi tadi ia memilih yang besar-besar. Karena taeyong fikir, membeli satu kilo jika tidak memilih yang besar, kan itu sangat di sayangkan.
YOU ARE READING
Title (JAEYONG)
RandomJung Jaehyun, pria dengan paras rupawan nyaris sempurna, fisik nya yang selalu di puja-puja, wajah nya yang mampu menghipnotis ribuan mata, serta kasih nya yang di idam idamkan setiap wanita yang melihat nya, walau dalam sekali tatap. Naas, di umur...
