01. Calon istri kelima tuan Adrian

543 82 15
                                    

Follow my IG lee.leonidas01

...

Evergreen City | Indonesia

Di kediaman keluarga kelas tiga di Evergreen City. Keluarga Azhari kedatangan calon menantunya. Selena–putri kedua keluarga Azhari yang terkenal dengan kecantikannya dan saat ini ia terlihat muram.

"Kau sangat cantik, Selena. Pilihanku memang tak pernah salah." Tuan Adrian berusia 45 tahun. Dia tersenyum dengan binar matanya yang cabul. Menelisik penampilan Selena yang mengenakan gaun berwarna putih dengan tatapan bergairah, membuat gadis itu merasa tak nyaman.

"Tandatangani sayang, sehingga kau akan resmi menjadi istri kelima aku yang sah. Nanti, aku akan memberimu banyak hadiah yang mahal. Liburan keliling dunia, perhiasan ataupun mobil sport. Segalanya bisa kau miliki." Tuan Adrian tak henti merayu Selena yang masih berusia 20 tahun. Dengan lembut, ia meraih tangan gadis itu dan menyelipkan bolpoint.

Tangan Selena gemetar, menahan rasa jijik saat tuan Adrian sengaja menyentuhnya barusan. Jika Selena menikahinya, kemungkinan besar ia akan menjadi istri yang sangat menderita karena harus berbagi suami dengan perempuan lain. 

Selena tak menginginkan itu. Selena mendamba menjadi perempuan satu-satunya milik suaminya kelak. 

Tidak lagi kuat menahan hatinya yang bergejolak, Selena berlari ke arah dapur dan menyeka air mata yang sangat sulit untuk dihentikan. Ternyata, diam-diam sang ibu tiri menyusul dan mencengkram lengan Selena kasar. 

"Seharusnya kau bahagia, ternyata masih ada pria yang sudi menjadikanmu istrinya." Sang ibu tiri pun tersenyum sinis.

"Walaupun dia itu mata keranjang, bukankah dia tampan meski sedikit terlihat tua? Cocok untukmu yang hanya sekedar anak haram!" Setiap kata yang dilontarkan oleh ibu tiri ini terasa kejam, begitu menyakiti hati Selena. Dia merasakan bagaimana kebencian itu mengalir dalam setiap intonasi suara itu.

Selena tahu dengan pasti, ibu tirinya adalah orang yang sudah merencanakan pernikahan yang tak Selena inginkan ini, agar bisa menyingkirkannya dari keluarga.

Hanya dengan keberadaan Selena saja, ibu tiri menjadi sakit hati dan terus teringat, bahwa suami tercintanya pernah berselingkuh dengan mendiang ibunda Selena.

Tapi, sungguh. Bukankah Selena tidak bisa memilih dimana dan siapa yang melahirkannya?

"Nyonya Eliza, aku tahu nyonya selama ini membenciku." Selena mengerjap dan ia melihat kesedihan dan amarah yang jelas terlihat di wajah ibu tiri yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda itu. 

"Tetapi, setelah Lena pergi. Lena mohon, rawatlah ayah. Ayah masih mengalami stroke dan penyakit jantung ayah terkadang kambuh. Kalau ayah menanyakan Lena, tolong bilang padanya Lena bekerja di luar kota dan hidup bahagia. Nanti Lena sesekali akan menjenguk ayah," pungkas Selena penuh kesedihan, kekecewaan dan keputusasaan. Tidak seorang pun yang dapat diandalkan untuk dimintai pertolongan. Tidak ada sama sekali! 

Nyonya Eliza merasa terganggu dengan semua perkataan Selena yang menyedihkan. Kemudian ia mengangkat dagunya angkuh, sambil berkata dengan acuh tak acuh, "Diamlah, kau sangat berisik. Sekarang, kembali ke ruang tamu dan jangan biarkan calon suamimu menunggumu terlalu lama. Mahar untukmu sudah kuterima, pastikan kau menandatangani kertas itu." 

Dengan langkah gontai, Selena pergi menuju ruang tamu. Namun, ia berdiri tak jauh dari mereka semua yang menatapnya rumit; tuan Adrian yang menyeringai ke arahnya, wajah dingin nyonya Eliza yang membuat Selena sakit hati dan Norah–kakak tiri Selena yang meliriknya sinis. 

Selena membuang napasnya kasar. Disini memang tidak ada tempat bagi Selena yang sekedar anak haram. Keberadaan Selena memang tidak pernah diinginkan. Tapi, hal ini sungguh menyakiti hatinya–ketika sebuah keluarga seharusnya saling melindungi, mereka  justru sekuat tenaga mendorong Selena ke kehancuran. 

Dengan waspada, Selena mendekati pintu keluar. "Aku tidak ingin menikah dengan siapapun. Aku juga tidak mau di poligami!" Tanpa ragu sedikitpun, ia nekat melempar heels nya ke arah calon suami dan tepat sasaran mengenai dahinya.

Semua terperanjat kaget dan berteriak marah pada Selena. Para pengawal tuan Adrian pun berusaha meringkus Selena yang berontak. Namun, Selena meraih lampu meja kecil dan memukulkannya dengan kalap ke arah tiga orang anak buah tuan Adrian.

Selena tahu ia akan kalah. Tetapi, pengurus kebun yang sudah lama bekerja pada keluarga Selena membantunya. Dia menendang dan melawan sekuat tenaga para pengawal sialan itu.

"Cepat pergi, non. Cepat! Jangan khawatirkan saya!" Tukang kebun berteriak, sambil berusaha menghentikan ketiga pria itu dan tak lama kemudian pekerja lainnya turut membantu Selena.

"Cepat lari, non Lena! Kami akan menghentikan mereka!" Teriak pembantu lelaki berusia lebih muda yang dihajar dengan mudah oleh salah satu pengawal itu.

Dengan tergopoh-gopoh, Selena berlari secepatnya keluar rumah sejauh yang ia sanggup. 

Tuan Adrian yang marah besar merasa sangat terhina dan tidak menerima perlakuan ini. Dia memandang nyonya Eliza dengan kemarahan yang menyala di matanya.

"Kau harus bertanggung jawab!" Tuan Adrian membentak nyonya Eliza dengan amarah yang membumbung tinggi "Jika Selena tidak ditemukan dalam tiga hari, kakak tirinya yang akan menggantikan posisinya sebagai istri kelimaku!" 

Tuan Adrian menggertakkan giginya, mengingat Selena yang berani kabur. Harga dirinya tercoreng di hadapan semua orang. Dalam amarahnya yang membara, ia berteriak dan memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Selena dengan segala cara yang dimiliki.

"Temukan dan bawa dia padaku! Kalian boleh memaksa atau menyeretnya, aku tidak peduli!" Adrian berteriak kesal kepada semua pengawalnya dengan penuh kemarahan. 

Mereka menyusuri setiap lorong dan jalan, memeriksa setiap sudut yang mungkin menjadi tempat persembunyian Selena. Mereka bergerak dengan cepat dan betapa seriusnya mereka dalam menemukan keberadaan Selena. Keadaan berubah menjadi kekacauan dan keriuhan. 

Dalam keadaan yang kacau dan terburu-buru, Mereka memeriksa setiap kemungkinan, menyusuri jalan-jalan yang gelap dan berbahaya, berharap dapat menemukan jejak Selena yang telah hilang. 

Di sisi lain, napas Selena tersengal. Jantungnya berdetak dengan kencang. Selena menyadari betapa sulitnya untuk tetap bersembunyi. Dia merasakan tekanan dan ancaman yang mengintai di sekitarnya, tetapi semua ini tidak menggoyahkan tekadnya. 

Dalam kegelapan malam yang semakin dalam, Selena terus berlari dan berusaha keras untuk menghindari pengawal yang mengejarnya. Dalam keadaan yang panik, dia berusaha mencari tempat perlindungan yang aman di antara lorong-lorong yang gelap. Hatinya berdebar-debar, tetapi dia tidak boleh menyerah.

"Demi Tuhan, tolong jangan biarkan mereka menemukanku," mohon Selena dengan napas tersengal-sengal. Dia mencoba menahan ketakutannya dan tetap fokus pada tujuannya untuk melarikan diri. Dia tahu bahwa hidupnya tergantung pada kemampuannya untuk menghindari pengejaran ini.

Selena berusaha untuk tidak panik dan berpikir cepat. Dia harus menemukan tempat persembunyian yang aman, tempat di mana dia bisa menghilang dari pandangan mereka semua. Sementara itu, langkah kaki cepat dan suara bentakan marah dari pengawal semakin mendekat. 

Selena kabur ke area terdekat setelah melewati pom bensin yang ramai. Dia merasa lega ketika menemukan sebuah mobil yang sedang diisi dan tidak terkunci. Tanpa ragu, Selena bersembunyi di kursi penumpang belakang.

Dia merasa napasnya masih tersengal-sengal karena kelelahan dan kecemasan yang melandanya. Selena berusaha keras untuk menenangkan dirinya sendiri, berdoa agar semua pengejarnya tidak menemukannya. 

Namun, ketenangannya terganggu oleh percakapan telepon dari suara dingin seorang pria yang berbicara. Suara itu membawa rasa ancaman yang menyelimuti pikirannya. "Awasi, dapatkan buktinya dan singkirkan," ujar pria itu dengan ketenangan yang luar biasa. Seakan-akan ia sedang memberi perintah dengan tegas kepada seseorang. 

tbc

Terjerat Profesor TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang