10 Keadaan yang Ganjil

8 3 0
                                    

10
Keadaan yang Ganjil


Hanya terbesit satu pikiran
Namun semua terasa tak sama
Asing dan membingungkan
Kau kenapa? Apakah namamu tertera di sana?

"Kau yakin akan membuat laporan terkait Pak Roger? Dia atasanmu!" Salma mengingatkan Dinda.

Sementara Dinda masih duduk di sofa dengan keadaan yang tampak berantakan. Rambut yang belum disisir, wajah kusam dengan mata sembap. Hasil dari semalaman tak tidur.

"Kau bahkan tidak tidur dan memikirkannya semalaman, bukan?" Salma duduk di sampingnya setelah menyeduhkan secangkir kopi. Memberikan pada sobat karibnya itu.

Dinda menerimanya dan menyesapnya perlahan. Rasa hangat dan pahit bercampur di pidahnya memberikan sensasi yang menghidupkan kembali. Bak mata yang awalnya ingin menutup terbawa oleh rasa pahit kopj hingga bertahan lagi. Aromanya pun menyeruak di indra penciuman Dinda, khas tapi membangkitkan jiwa dalam diri Dinda.

"Pikirkan lagi," ucap Salma pelan. Ia duduk di samping sahabatnya. Mengingatkan kembali bahwa membuat laporan tak semudah melapor kemudian selesai. Tentu jika laporannya salah Dinda juga akan terkena imbasnya.

"Kau lihat sendiri kan?" Dinda merasa dihalangi. "Bagaimana Pak Roger selalu mengikuti aku? Apa kalau bukan dia ingin mencelakaiku?" Dinda bersikeras.

Namun Salma menggeleng. "Din, tapi itu tidak membawanya pada pembunuhan," Salma mengingatkannya. "Kalau dia mengikutimu," Salma menghentikan kalimatnya sejenak. Dia tampaknya sudah tahu sesuatu tentang Roger. Hanya saja menyembunyikannya.

"Apa?" Dinda menunggu kalimat lanjutan dari temannya itu. Keduanya mematung beberapa saat.

"Apa mungkin dia seorang penguntit," ucap Salma menyampaikan apa yang ada di pikirannya.

"Nah iya kan, dia menjadi penguntitku karena dialah pelakunya. Dia pasti mengincar nyawaku karena itu dia mengikutiku kemana pun aku pergi." Dinda masih bersikeras.

"Sebaiknya kamu melaporkannya sebagai kasus penguntit, bukan pembunuhan. Jika memang terbukti ia juga ada di semua kasus barulah mereka akan memproses sendiri." Salma mengingatkan.

Dinda menunduk ia baru mengerti apa maksud dari temannya itu. Kedua tangan Dinda memegangi gelas kopi yang panas, sengaja untuk menghangatkan kedua tangannya yang dingin semenjak semalam. "Aku tidak melaporkannya untuk kasus pembunuhan, aku melaporkannya karena dia terus menguntitku. Ada buktinya di rekaman kamera pengawas cctv yang ada di parkiran komplek kos-kosan tempatku tinggal, dia selalu datang diam-diam kemari." Dinda menjelaskan. "Dia bahkan berganti-ganti mobil untuk mengelabuhi kecurigaan petugas keamanan. Namun, aku tetap tahu itu dia." Dinda melanjutkan kalimatnya sembari masih saja memandangi gelas kopinya.

"Dia jatuh cinta padamu," akhirnya Salma menyampaikannya. "Dia memiliki perasaan semacam obsesi pada gadis yang ia sukai," lanjut Salma menjelaskan.

Dinda terperanjat mendengar pengakuan Salma. Jatuh cinta? Obsesi?

"Bagaimana kau tahu?" Dinda tidak yakin apa yang dikatakan Salma. Mana mungkin seorang pria berpendidikan tinggi, dengan keluarga yang mapan dan ternama, anggaplah Roger dari keluarga terhormat. Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada karyawan rendahan seperti Dinda.

"Dia mengakuinya sendiri kalau memang jatuh cinta padamu, tapi tahu sendiri kan bagaimana dia? Tidak akan mungkin memilih gadis tanpa pikir panjang," lanjut Salma seolah bisa membaca pikiran Roger.

"Kau menyelidikinya?" tanya Dinda penasaran.

"Ya, awalnya aku kira Roger menyukaiku karena itu aku banyak mencari tahu tentangnya. Ternyata, kamu yang dia sukai. Namun, perasaan suka atau obsesi aku tidak bisa ikut merasakannya jadi aku tidak tahu," Salma menaikkan kedua alisnya.

Korban ke TujuhKde žijí příběhy. Začni objevovat