Bab 7 Keris Pusaka Kembang Maya

64 6 3
                                    

Part 7

Keris Pusaka Kembang Maya

Di Zaman Kerajaan Hindu

Tujuh hari telah berlalu sejak Damar bertemu dengan Resi Candramaya. Luka di tubuhnya akibat terjatuh dari atas tebing telah sembuh. Kini Damar sedang bersiap menerima petunjuk dari Sang Resi untuk bisa mendapatkan keris pusaka kembang maya. Di atas sebuah batu besar di pinggir kolam air terjun, Damar duduk bersila sembari memejamkan mata. Sang Resi berdiri di hadapannya sembari melipat kedua tangan ke belakang.

"Buka netramu, le. (Buka matamu, le)" Ucap Resi Candramaya.

Perlahan Damar memuka matanya.

"Matke kanthi tenanan. (Perhatikan baik-baik)" Sambungnya.

Resi Candramaya memutar tubuhnya menghadap ke arah air tejun. Dia mengangkat tangan kanannya mengarah ke air terjun itu. Dalam sekejap air kolam di depannya bergolak. Sedangkan dari balik air terjun tiba-tiba muncul setitik cahaya berwarna putih kemerahan. Cahaya itu bergerak pelan lalu seketika melesat ke arah Resi Candramaya. Dalam sekali gerakan tangan kanannya langsung menangkap lesatan cahaya itu. Damar terkesiap melihat adegan menakjubkan di hadapannya. Dilihatnya sebuah keris lengkap dengan warangkanya telah berada dalam genggaman Resi Candramaya.

"Iki kang arane Keris Kembang Maya, le. (Inilah Keris Kembang Maya, le)" Ucap Resi Candramaya.

Damar masih tak mampu berkata-kata. Pusaka yang selama ini dicarinya ada di hadapannya. Artinya langkah untuk menyelamatkan Sundari dari kutukan iblis itu menjadi semakin dekat.

Resi Candramaya perlahan mencabut bilah keris itu dari warangkanya lalu memperlihatkan kepada Damar. Dia memperhatikan dengan seksama bilah keris yang sangat indah itu. Keris luk limo (lekuk lima) dengan badan bilah berwarna hitam dipadu ornamen pamor keputihan, bagian lis-lisan berwarna keemasan dan di bagian sraweyan terdapat hiasan berupa embos bunga berkelopak lima berbentuk membulat di setiap ujung kelopaknya. Damar sungguh terkesima. Baru kali ini dia melihat sebuah keris dengan bentuk dan anatomi yang sangat sempurna.

Resi Candramaya kembali memasukkan keris itu ke dalam warangka lalu menyerahkannya kepada Damar. Tangan Damar bergetar ketika hendak menerimanya. Dia merasakan kekuatan luar biasa menyelimuti benda pusaka milik Resi Candramaya itu. Ketika keris kembang maya telah berada di genggamannya, dia merasakan perih di tangannya seolah ditusuk ribuan jarum tak kasat mata. Hingga tak lama kemudian terjadi semacam ledakan energi dan keris itu pun terlepas dari genggamannya lalu kembali melesat ke arah air terjun dan lenyap di baliknya.

"Bengi iki iso mbok wiwiti lelakumu kanggo nyumbu keris kui, le. (Malam ini bisa kamu mulai lelakumu untuk merayu keris itu, le)" Ucap Resi Candramaya sembari tersenyum.

"Injih, Resi. Nanging kulo kados ngrasaake keris niku nolak kula. (Iya, Resi. Tapi saya tadi merasakan seolah keris itu menolak saya)" Ucap Damar.

Resi Candramaya tersenyum lalu kembali berucap, "Keris iku bisa maca jroning wredayamu. (Keris itu bisa membaca isi hatimu)"

Damar kembali terdiam. Dia merasa tidak ada niat buruk sedikitpun untuk mendapatkan keris pusaka itu. Tapi ketika dia memegangnya, dia seolah merasakan energi penolakan dari benda pusaka itu.

"Kuatno ancasmu, tatag'ake wredayamu, le. Elingo, keris iku iso moco jroning wredayamu. (Kuatkan tujuanmu, kokohkan hatimu, le. Ingatlah, keris itu bisa membaca isi hatimu)" Resi Candramaya kembali memberikan wejangan lalu pergi meninggalkan Damar.

Sepeninggal Resi Candramaya, Damar kembali bermeditasi untuk menenangkan pikirannya. Dalam kondisi transenden di tengah meditasi, Damar mendapatkan penglihatan berupa sebuah kekacauan yang disebabkan oleh sesosok makhluk menyeramkan. Mayat tanpa kepala bergelimpangan di semua tempat. Jerit dan tangis menggema menyayat hati. Makhluk menyeramkan itu memerintah ratusan lelembut berbagai bentuk, mulai dari jenis gandarwo, jejengklek, wewe, buto dhengen, tendas buntik sampai banaspati untuk "memanen" sukma manusia yang dibantainya untuk dijadikan tumbal penambah kekuatan. Sungguh sebuah pemandangan yang mengerikan. Bahkan setiap tanah yang dipijak makhluk menyeramkan itu langsung mengering dan tandus. Pepohonan terbakar menyisakan batang-batang menghitam. Asap hitam pekat membumbung menyelimuti angkasa membuat suasana semakin terasa menyeramkan.

Bulan Hujan Dan Perempuan di Sudut Taman (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang