Hono & Riak Air

39 9 3
                                    

Selamat pagi!

Tamura Hono, di sini! Sama seperti setiap hari, hari ini pun Hono bersyukur bisa melihat langit cerah lagi.

Pagi tadi, di meja makan, Hono dan Papa asyik ngobrol soal pertandingan voli yang akan datang.

Hono mengerti betul kalau Papa sibuk, jadi Hono tidak begitu berharap meski Papa bilang bakal mengusahakannya.

Hono mengerti Papa bekerja keras buat kehidupan kami sekeluarga. Jadi, Hono sangat menghormatinya meski Papa kadang pulang larut malam, bau alkohol dan kelihatan sangat lelah-bahkan perkataan sekecil apapun yang keluar dari mulut Hono atau Mama akan dijawabnya dengan bentakan.

Hono tidak akan melawan, tapi kalau Papa sudah menyakiti Mama, Hono pasti akan segera menghentikannya dan membiarkan Mama tidur di kamar Hono sementara kami berdua berpelukan, menghindar dari dinginnya malam dan suara teriakan Papa yang mengancam di balik pintu, sambil menendang-nendang keras daun pintu kamar Hono.

Papa biasanya akan lelah sendiri, entah tertidur tepat di lantai kamar Hono atau di tempat lain di rumah.

Pagi-pagi, Mama akan membangunkannya dengan wajah yang sembab dan mata bengkak, memeluknya penuh kasih sayang dan tersenyum lembut.

Jika sudah begitu, Papa akan segera saja melunak dan meminta maaf atas kejadian semalam. Menangis-nangis memohon padaku dan Mama untuk tidak meninggalkannya, karena katanya, tanpa kami, Papa bukan apa-apa.

Mama tidak akan banyak bicara, Hono menyaksikan Mama ketakutan dan lelah karena menangis semalaman. Tapi, Mama punya hati yang luas seperti Madame Theresa! Hono sangat mengagumi Mama.

Sepulang kerja, Papa yang dirundung rasa bersalah biasanya akan membelikan Mama dan Hono macam-macam dan mengajaknya menari, membuat Mama tersipu dan Hono akan disuruh segera pergi tidur. Soalnya, Papa pasti akan merayu Mama terus.

Ini akan berlangsung selamanya, sampai Papa kembali mabuk dan pulang larut malam.

Tapi, ketika itu tidak terjadi, Hono bersyukur dan menikmati kehidupan yang tentram, terutama melihat Mama kelihatan bahagia.

Papa segera berangkat dan menawarkan mengantar Hono sampai sekolah, tapi Hono menolak karena harus mampir ke rumah Ten-chan untuk mengembalikan peralatan gambarnya yang Hono pinjam.

Ten-chan tetangga kami dan sudah seperti adik Hono sendiri. Kami suka berangkat bersama sambil bertukar gosip panas sekolah masing-masing.

Papa pun mencium Mama dan mengelus pundaknya, berjanji akan memanjakannya sepulang kerja. Tapi, Mama tidak terlihat senang. Karena, Hono tahu, kami berdua tidak yakin Papa akan pulang tepat waktu setiap hari.

Mungkin hari ini, atau besok, atau lusa atau bahkan berturut-turut. Papa akan mabuk dan bersikap buruk lagi.

Mama selalu meminta maaf pada Hono, tetapi itu bukan salahnya. Mama meminta maaf karena tidak bisa memberikan Hono sosok ayah yang baik.

Dan karena Mama terlalu penakut.

Tapi, Hono tidak merasa tertekan atau menjadi korban.

Hono sangat mencintai Mama, dan Papa.

Makanya, sebelum pergi sekolah, Hono akan selalu memeluk Mama erat dan mengatakan semua akan baik-baik saja, Hono tidak akan meninggalkan Mama.

Tetapi, pagi ini..

Ada yang aneh.

Hono merasakan getaran, dari dalam diri. Entah dari mana, jantung atau yang mana.. tapi Hono merasa seperti ada air yang jatuh di genangan dan membuat riak.

[Sakurazaka46] Summerbell, Dancing In Your PalmWhere stories live. Discover now