• One Month (not yet) •

Start from the beginning
                                        

"Jen, aku emang pacar kamu tapi aku masih punya kehidupan lain. Aku masih punya temen-temen aku dan aku masih banyak kegiatan yang harus aku urusin, bukan cuma kamu doang Jen" lanjut Jisoo, ia menumpahkan segala yang mengganjal di hatinya.

"Kamu tuh egois tau nggak Jen" ucapan Jisoo kini membuat air mata Jennie mulai meleleh.

"Jadi semua salah aku?" Lirih Jennie.

"Terus kamu mau putus?" Tanya Jennie, Jisoo menghembuskan nafasnya kasar, kemudian mengangguk pasti.

"Aku enggak" air mata Jennie sudah tak terbendung lagi, ia menangis.

"Ji, aku sayang banget sama kamu. Sayang banget Ji dan aku enggak mau kita putus" Jennie menggapai tangan Jisoo untuk digenggam, Jisoo masih diam saja.

"Sebelum ada kamu hidup aku gelap Ji, dan setelah ada kamu hidup aku berwarna. Dan aku enggak mau hidup aku gelap lagi" Jennie berucap pelan diselingi dengan isakannya.

"Aku minta maaf banget Ji, kalau aku emang salah, tapi aku janji, aku enggak akan bikin kamu kesal lagi. Janji" Jennie meyakinkan Jisoo, tatapan Jisoo mulai melemah.

Esok harinya Jennie mulai menunjukan keseriusan perubahan sikapnya untuk menarik kembali perhatian Jisoo, tapi sayangnya Jisoo selalu punya celah untuk menghindari Jennie.


Jennie membalikan badannya lalu menutupi wajah dengan bantal ternyata ia menangis terisak kembali saat mengingat kejadian sebulan lalu itu.












*** 15. 37 ***



Suasana GOR sore itu tampak lebih ramai, ada dua tim volly yang ikut berlatih yaitu Tim volly putra dari kelas 12 dan Tim volly putri dari kelas 11. Dua tim itu masing-masing tengah berlatih teknik servis, smash, dan blocking.

Suara pukulan dari bola-bola itu terdengar hingga pintu masuk GOR, Jennie yang di temani oleh Irene dan Rosie melangkah masuk kedalam.

Mereka bertiga menaiki tangga dan berniat untuk duduk di tribun yang sudah cukup penuh oleh penonton. Setelah duduk Jennie, Irene dan Rosie mengedarkan pandangannya.

Rosie melambaikan tangannya ceria ke arah pacarnya Lim, begitu pula dengan Irene yang tersenyum pada Seulgi yang tengah beristirahat di pinggir lapangan sedangkan Jennie hanya bisa menatap nanar pada sosok lelaki tinggi berpunggung lebar yang kini tengah membelakanginya, ia sedang berbincang serius dengan pelatihnya.

"Biasanya latihan kayak gini selesai jam berapa sih rene?" Tanya Rosie pada Irene yang pandangan masih pada area lapangan.

"Gak tentu sih, kemungkinan bakal lama soalnya minggu depan kan mau tanding antar sekolah"

"Jen, masih mau nunggu?" Kini Rosie beralih pada Jennie yang diam saja.

"Hhmm.. kalo gak sekarang kapan lagi kan?" Jennie tersenyum simpul, Rosie mengangguk.

Pertandingan kali ini di bagi menjadi dua tim, putra dan putri digabung menjadi satu tim. Jisoo satu tim dengan Lim, Seulgi, Rami, Rora dan Ruka sebagai libero.

Jisoo bersiap di posisi ia akan melakukan servis untuk memulai pertandingan. Jisoo melambungkan bola dengan tangan kiri, melompat dan memukul bola dengan kuat menggunakan tangan kanan.

~ Priiittt ~

Jisoo langsung berhasil mencetak satu point dari servisnya itu. Pertandingan terus berlangsung, tim Jisoo cukup solid, beberapa kali Seulgi dan Lim berhasil mencetak poin dari smash-an mereka, begitu pula dengan Rami dan Rora yang sering membloking serangan lawan. Mereka saling bergantian mencetak poin sehingga tim mereka unggul jauh.

Penonton di tribun ramai memberi semangat pada tim jagoan padahal ini hanya latihan, tapi mereka menggangap sedang berkompetisi sungguhan, mereka begitu bersemangat.

Tiga set terlalui, dengan skor 2-1 yang dimenangkan oleh tim Jisoo. Jennie, Rosie dan Irene bergegas turun ke lapangan.

Tapi, langkah Jennie seketika terhenti, matanya melebar tak kala ia melihat pemandangan seorang gadis tengah mengelap keringat Jisoo menggunakan handuk dan memberikannya minum. Iya, gadis cantik itu adalah Pharita adik kelasnya. Mereka berdua sedang duduk beberapa kali terdengar tawa lepas dari obrolan keduanya.

"Jen..Jen.. Lo gak apa-apa?" senggol Rosie menyadarkan Jennie.

"Gue kayaknya balik aja deh Chi" Jennie membalikan tubuhnya, ia tak bisa menahan lagi air matanya. Irene dan Rosie saling pandang.

"Gak mau nyamperin Jisoo dulu?" Tanya Irene pelan, Jennie menggeleng cepat tanpa bersuara, ia sudah tau faktanya sekarang.

"Yaudah gue temenin ya" tawar Irene, Jennie menggeleng lagi.

"Gausah Rene. Makasih ya, tapi gue pengen sendiri dulu" jawab Jennie seraya terisak, Rosie mengangguk pelan pada Irene.

Jennie segera berjalan cepat keluar dari GOR menuju parkiran mobilnya. Seulgi dan Lim yang menyadari itu kemudian mendekat pada Irene dan Rosie.

"Lho, kok si Jennie pergi?" Ucap Lim dan terdengar oleh Jisoo yang kemudian mengikuti arah pandah Lim.

"Mau kemana tuh dia?" Seulgi malah balik bertanya, Jisoo hanya menatap dalam diam punggung Jennie yang mulai menjauh.

"Kenapa by?" Tanya Pharita menyentuh pundak Jisoo, yang sedikit mengagetkan Jisoo.

"Gak apa-apa sayang" Jisoo tersenyum manis menatap gadis itu seraya mencubit gemas pipinya.





Blam!



Jennie masuk ke dalam mobil dan menutup keras pintu mobilnya, ia menangis histeris. Kemudian ia menyalakan mobil tanpa niat beranjak dari sana, ia masih harus menstabilkan emosinya sebelum mengendari mobil. Sayup-sayup terdengar suara penyiar wanita dari radio mobil yang bervolume kecil, bersama dengan suara tangisan Jennie.



Hello.. 96,16fm radio wahana selamat sore, selamat hari minggu untuk kalian semua.. Siapa yang hari minggunya masih mengenang seseorang, hayoo siapa ngaku.. hehe.. yaudah deh memang sekarang udah waktunya untuk WIB (Waktu Indonesia Bernadya) selamat mendengarkan Satu Bulan dari Bernadya..

Belum ada satu bulan..
Ku yakin masih ada sisa wangiku di bajumu..
Namun, kau tampak baik saja
Bahkan senyumu lebih lepas
Sedang aku disini hampir gila










*** END ***

♡ ONESHOOT ♡ • [ JISOO ] •Where stories live. Discover now