"Rara, tolong jangan katakan semua itu aku pasti kembali padamu aku berjanji, " Ucap Adrian bersungguh-sungguh,

Sembari tersenyum layu Rara menjawab  " Aku sudah menebak jawabanmu Adrian aku tau kau akan mengatakan itu, " Balasnya.

"Sekarang berbaliklah, waktumu sudah tiba jangan sia-siakan kesempatanmu untuk semua keberhasilan yang menantimu, " Ungkapnya sambil mendorong tubuh Adrian untuk berbalik.

"Pergilah Adrian, Biarkan aku menantimu di sini, " Ucapnya dengan senyum penuh ketulusan menghiasi wajahnya.

" Melangkahlah dan jangan pernah menengok kebelakang, ingatlah kita belum berakhir di rencana takdir selanjutnya kita akan berjumpa jua, " Rara berkata dengan begitu lembut dan tulus nya.

Adrian yang melihat itu membuat langkah kakinya semakin berat untuk melangkah. Namun mau tidak mau ia harus melakukannya siap tidak siap ia harus siap dengan segala konsekuensi yang dipilihnya.

Hari itu 8 April Tahun 2019 Ia meninggalkan sang kekasih demi meraih mimpinya. Di ujung petang yang sangat indah, di bawah langit jingga yang begitu mempesona.

Dengan penuh keteguhan ia akhirnya pergi entah untuk sementara atau selamanya ia hanya berharap kelak di pertemukan lagi dengan Rara Gadis yang  sangat di cintainya.

###################################

3 tahun berlalu dan Rara masih melakukan kebiasaannya sepeninggal Adrian, setiap tanggal 8 April ia akan  kembali ke pantai itu menunggu berakhirnya senja, menunggu sang kekasih yang tak jua datang.

Selama kepergian Adrian  ia sudah tak pernah sama sekali mendengar kabar dari kekasihnya itu, Adrian perlahan menghilang di telan bumi, tak ada jejaknya sama sekali. Bahkan rumah Adrian kini sudah kosong seluruh keluarganya ikut pindah ke luar negeri.

Rara tak lagi dapat membaca jejaknya, bagai di sapu ombak laut, semua hilang. Tak selembar pun surat ia terima dari sang pria terkasih. Nihil tak ada jawaban.

Namun buka Rara namanya jika ia akan menyerah begitu saja, ia tetap setia menunggu kepulangan sang kekasih.

Ia selalu menulis surah yang akan di masukannya pada botol lalu ia akan hanyutkan, dengan harapan seluruh surat berisi kerinduan itu sampai pada Adrian.

Rambut panjangnya yang terkena angin mengibar dengan indahnya, sesekali ia memperbaiki anak rambut yang menghalangi penglihatannya.

Gadis dengan gaun long dress vintage berwarna peach beserta syal putih rajut menjadi sangat indah di tubuhnya.

Mata coklat indahnya tak jemu memandangi langit jingga yang tak lama lagi akan berganti biru gelap sesekali mengisi harap yang telah hirap termakan waktu.

"Ra kita pulang yuk, udah mau magrib, " Ucap laras sambil mengusap bahu sang adik dengan lembut. Kemudian di angguki oleh Rara.

"Ayo kak, " Balas Rara.

Laras yang mendengar penuturan sang adik pun mengangguk dan tersenyum sembari mendorong kursi roda yang di duduki oleh Rara menjauh dari kawasan pantai.

Laras memperhatikan setiap gerak sang adik terkadang hatinya merasa sangat getir melihat semua penderitaan yang di alami adiknya apalagi setelah mendengar kabar 2 tahun lalu yang membuat dirinya seakan ingin berhenti bernafas.

Flashback On

Laras yang baru saja kembali dari kantor sangat terkejut ketika melihat sang adik yang sudah menelungkup lemas dengan hidung penuh darah di lantai kamar mandi. Dengan cepat ia segera membawa sang adik kerumah sakit sembari menghubungi orang tuanya yang sedang di luar kota.

Di Ujung Penantian (End) Where stories live. Discover now