7. Dunia Lain

96 18 2
                                    

"Apa yang akan terjadi … jika saja kau masih hidup?"

【 … 】

Tentu saja anak itu tidak akan bisa menjawabnya. Walau betapa nyata sosoknya sekarang, tetap saja yang asli sudah tiada. Yang di depannya hanya imajinasi yang ia ciptakan untuk penghiburan diri.

Yoo Joonghyuk tersenyum kecut melihat caranya melarikan diri dari masalah. Andaikata Kim Dokja benar-benar hadir di sini, anak itu pasti menertawai tindakan pengecutnya.

【Jika aku masih hidup … kau tidak akan bisa bertahan sejauh ini.】

Matanya terbelalak atas kata-katanya. Reflek Yoo Joonghyuk menatap anak laki-laki yang masih duduk di depannya ini dengan tatapan tak percaya.

"ーKau … ?"

【Apa kau tidak ingat janjimu padaku?】

Yoo Joonghyuk tentu masih mengingatnya dengan sangat jelas. Janji yang ia buat di bawah pohon tempat pertama kali mereka bertemu. Saat itu, Kim Dokja yang masih berusia lima tahun tiba-tiba datang mendekatinya yang duduk sendirian, mengajaknya untuk menjadi protagonis dalam cerita kehidupannya, dan membuat janji bahwa apa pun yang terjadi protagonis harus tetap hidup sampai akhir cerita.

【Aku seorang pembaca. Tugasku adalah menyaksikan bagaimana protagonis tumbuh sepanjang kisah berjalan.】

Anak itu menunjuk ke arah Yoo Joonghyuk dengan senyum penuh makna.

【Kau adalah protagonis dalam cerita ini. Dan ketika protagonis dalam masalah … saat itulah pembaca bergabung dalam cerita; menjadi karakter figuran.】

Jari telunjuknya bergerak memutar ke arah dirinya sendiri.

【Peran karakter figuran adalah memastikan kelancaran pertumbuhan protagonis. Jadi, kematianku akan membangkitkan semangat protagonis untuk terus melangkah maju tanpa menyerah.】

"Kau … " Yoo Joonghyuk menggertakkan giginya, menahan amarah yang meluap di dadanya. " … Apa kau masih berpikir hidupmu sebagai lelucon? Mengorbankan nyawamu untuk menyelamatkan protagonis?! Kau … !"

Sebelum ia bisa mencurahkan semua emosinya, jari anak itu telah menyegel bibir Yoo Joonghyuk, mencegahnya untuk terus berbicara. Senyum menenangkan terpatri di kulitnya yang pucat tak bernyawa, dan sentuhan dingin di bibirnya membuktikan bahwa sosok di depannya benar-benar sudah tiada.

Merasakan sentuhan itu membuat hati Yoo Joonghyuk terasa perih, seolah-olah diremuk dan dihancurkan secara paksa oleh tangan-tangan tak terlihat. Rasanya ia ingin menangis, tapi ia masih ingat harga dirinya.

"Kim Dokja, kau benar-benar brengsek."

【Ya, aku tahu aku ini brengsek.】

Dengan mudahnya anak itu menerima dirinya dipanggil seperti itu.

【Sekarang, Protagonisku, kau punya tujuan yang harus kau capai, 'kan?】

Yoo Joonghyuk menyingkirkan jari di mulutnya dan menjawab, "Aku tahu."

Anak itu tersenyum senang. Tubuhnya perlahan menghilang seperti asap seiring dengan kata-kata terakhirnya yang menguap ke udara.

【Jangan lupa, aku masih menunggu kunjunganmu tahun ini.】

Ketika sosoknya sepenuhnya menghilang, Yoo Joonghyuk menjatuhkan dirinya ke kursi seakan tubuhnya melemah karena kekurangan energi. Ia menopang kepalanya dengan gusar dan mengembuskan napas kasar sebagai pelampiasan kekesalannya.

Mata hitamnya melirik buku mantra dan sihir yang belum terbaca sama sekali, kemudian memandang ke arah buku-buku yang disimpan di rak.

Sebuah rencana telah dibuat di pikirannya.

[BL] .:: lacuna ::. || JongDokWhere stories live. Discover now