TWO

704 98 8
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤ

Gemericik air yang turun memantulkan nada dalam kegelapan, bersatu padu dengan suara obor, membentuk sebuah simfoni lagu yang menemani malamku untuk berpatroli. Aku sedikit kecewa karena tidak menemukan anak yang melanggar jam malam. Selama tiga minggu menjadi prefek, aku belum pernah memberi detensi kepada anak-anak yang melanggar peraturan. Alih-alih memberi detensi, aku lebih sering mengurangi poin asrama mereka. Hal ini kulakukan untuk membantu Slytherin memenangkan Piala Asrama pada akhir tahun.

Malam ini aku memutuskan untuk memberi detensi kepada anak-anak yang melanggar jam malam. Aku berharap aku bisa menemukan mereka sehingga aku bisa memberi mereka detensi. Aku iri sekali kepada Ruby yang sudah pernah memberikan detensi. Ruby saat itu tak sengaja memergoki anak tahun ketujuh Hufflepuff dan Ravenclaw yang berciuman di koridor saat malam hari. Ada-ada saja memang.

Saat aku berbelok di koridor, aku tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang tidak terlihat dan mengakibatkan makanan yang dibawa oleh orang tersebut jatuh berserakan di lantai. Orang yang menabrakku tadi melepas sesuatu seperti jubah yang menutupinya dan ketika orang itu melepas jubahnya, aku mengenali siapa orang yang baru saja bertabrakan denganku.

"Bloody hell! Bisakah kau melihat saat berjalan?" James Potter berkata dengan nada kesal seraya menunduk dan mengambil kembali makanan yang tadi terjatuh. Makanan itu di antaranya ada roti kering, pie susu, kue sus, dan beberapa makanan ringan lainnya.

"Potter?"

James dengan piaya zamrudnya kembali mengangkat kepala setelah berhasil memungut makanan yang tadi terjatuh dan menatapku dengan ekspresi terkejut. "Black?"

"Apa-apaan tadi?"

"Apa-apaan bagaimana?" jawab James balik bertanya.

"Kau menjadi tidak terlihat."

James menggaruk kepala bagian belakangnya dan tersenyum tidak jelas. "Well, ini sebenarnya rahasia. Aku tidak bisa mengatakannya."

Aku memandang jubah milik James yang masih tergeletak di lantai. Aku tidak pernah tahu ada jubah yang bisa membuat orang menjadi tidak terlihat. Aku menatap curiga James. "Dari mana kau dapat jubah seperti itu?"

"Turun-temurun dari keluargaku."

"Jangan bilang selama ini kau mengendap-endap setiap malam dengan jubah ini?"

James kembali menggaruk kepala bagian belakangnya. Dia terlihat sedikit cemas. "Bagaimana mengatakannya ya..."

"Aku anggap itu sebagai jawaban iya, Potter."

"Kau tidak boleh menyita ini," ucap James seraya mengambil jubahnya yang semula tergeletak di lantai.

"Aku bukan Filch," jawabku. Aku sama sekali tidak tertarik pada jubah milik James. Daripada menyita jubahnya, aku lebih tertarik untuk memberinya detensi.

𝐘𝐎𝐔 𝐖𝐄𝐑𝐄𝐍'𝐓 𝐌𝐈𝐍𝐄 𝐓𝐎 𝐋𝐎𝐒𝐄  | James Potter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang