Bolehkah Aku Pergi?

57 2 0
                                    

7 bulan setelah aku menikah dengan Anon, akupun mencari pekerjaan untuk membiayai dan menafkahi keluargaku ,dan pada akhirnya pemerintah Amerika Serikat mencari bakal calon astronot secara masal dan rahasia di seluruh dunia untuk menjalankan program luar angkasa , dan akupun terpilih jadi astronot. Latarnya di tahun 1965, dimana tahun ini masih dalam situasi perang dingin.



Akupun meminta restu kepadanya untuk bekerja. Dan dia bersedia untuk membiarkan diriku bekerja apa saja, asalkan bisa menafkahi istri dan juga anaknya.

Dan secara tiba-tiba akupun memperoleh pekerjaan dari pemerintah Amerika Serikat yaitu masuk ke NASA, semacam lembaga antariksa Amerika Serikat. Aku masuk ke NASA sebagai seorang astronot. Aku tak menyangka bisa direkrut oleh NASA, aku yakin aku bisa mendarat di bulan untuk pertama kalinya sama seperti Neil Armstrong.

Pekerjaan baruku adalah menjadi seorang astronot. Aku memilih menjadi seorang astronot karena aku ingin sekali menjadi penerus dari Neil Armstrong yang mendarat di bulan. Maka dari itulah aku terpilih oleh NASA sebagai astronot.

"BTW, aku diterima oleh NASA sebagai astronot. Apa kamu berkenan wahai Anon?"tanyaku.

Anon yang mendengar bahwa aku direkrut oleh NASA pun marah. Dia tak memperkenankan aku untuk ikut NASA oleh bermacam hal.

"Jangan bodoh Arif-kun, kalau kamu tetap ingin ikut NASA kamu akan tewas dalam misi perjalanan ke luar angkasa!" Ujar Anon.

"Maaf sekali, aku terpaksa melakukan ini karena ingin sekali mendarat di bulan untuk pertama kali persis seperti Neil Amstrong" ujarku dengan memaksa.

"Tapi ini demi keselamatanmu, wahai Arif-kun!!" Seru Anon.

Akupun bimbang akan keputusanku, jika aku nekad maka aku akan tewas namun disisi lain aku gembira jika bisa mendarat di bulan.

"Kalau kamu memaksa, lebih baik kita pisah saja!" Seru Anon lagi.

"Oke, jika itu maumu" ujarku.

Aku memarahi Anon dengan begitu kerasnya, hingga akhirnya akupun menamparnya meskipun tak sampai membuatnya terluka.

"Aku sudah muak denganmu, Chihaya-chan. Aku akan melakukan apapun tanpa ada sesal" ujarku.

Aku ingin berpisah dari Chihaya Anon tetapi niat itupun aku urungkan saja. Karena dia terlalu spesial untuk diriku, aku tidak sampai hati ingin berpisah darinya.

"Aku tak jadi pisah wahai Anon. Mending tetap bersama" ujarku dengan memohon.

"Oke, gitu dong Arif-kun. Jadinya harmonis lagi kan" ujarnya.

Aku memohon lagi ke Anon" bolehkah aku menambah istri lagi?"

"Boleh" Anon berkenan.

Tak lama akupun pergi keluar dengan maksud membeli bahan makanan untuk makan malam. Anon pun meminta aku untuk membelikan apa yang dia mau, jika barang yang dia maksud tidak ada maka harus beli barang yang lain.

"Anon-chan, aku keluar untuk beli bahan makanan buat makan malam nanti. Kamu mau belikan apa?" Ujarku.

"Aku mau ramen" ujar Anon.

"Oke"

Tak lama kemudian, akupun sampai di minimarket. Aku masuk dan membeli apa yang dimau oleh Chihaya Anon. Saat aku tengah mengambil ramen yang dimau Anon, tiba tiba aku melihat seorang gadis berambut pink panjang yang merasa kesulitan untuk mengambil bumbu instan karena raknya agak tinggi.

"Sini aku bantu" ujarku.
"Oke silahkan" ujar gadis itu.

"Ngomong-ngomong siapa namamu wahai gadis muda berambut pink?" Tanyaku pada gadis itu.

"Namaku Maruyama Aya. Dan kamu?" Ujar Aya.

"Aku Arif Bhagawanta Risqullah. Salam kenal ya" ujarku.

Tak lama setelah membantu Aya mengambil bumbu instannya, akupun ke kasir. Setelahnya akupun kembali kerumah.

"Aya-chan, kamu mau tidak datang ke rumahku?" Tanyaku.

"Mau kok" tukas Aya.





First Man XBangdream! It's MYGO!!!!Where stories live. Discover now