🦋 TRAGEDI DI TANGGA DARURAT

3 0 0
                                    

-25-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-25-

Kaliya langsung menampik tangan Carmilla, yang terus memaksanya untuk mencekiknya. “Aku nggak bersalah, lagian bukti yang kamu punya di handphone kak Edgar, nggak akan membuat aku bisa masuk ke penjara atas kematian Berlyn, karena Berlyn memang jatuh sendiri tanpa adanya dorongan atau paksaan dari aku,” ucapnya.

“Kamu pikir, buktinya cuman di handphone itu aja?! Aku masih punya bukti perbuatan kamu ke Berlyn, di tempat yang nggak satu orang pun tahu kecuali aku,” kata Carmilla, menyeringai senyuman.

“Kalo kamu mau aku bersaksi di pengadilan, aku siap kapan pun. Karena aku nggak bersalah, dan Berlyn meninggal bukan karena dibunuh,” balas Kaliya lantang.

“Kamu yakin?” tanya Carmilla, mengangkat satu alisnya.

Carmilla mencondongkan wajahnya, diam-diam meraih kedua tangan Kaliya di bawah, lantas menggenggamnya kuat. “Meski, aku tahu kalo Berlyn lari terbirit-birit itu karena habis lihat mata kiri kamu yang berdarah?”

Kening Kaliya berkerut, kelopak matanya menyipit menatap bola mata Carmilla yang berlarian. “Maksud kamu?”

“Video dari rekaman CCTV di handphone kak Edgar memang sengaja aku hilangkan suaranya, supaya kak Edgar nggak semakin menyudutkan kamu sebagai pembunuh pacarnya. Tapi, gimana reaksi bapak kepala sekolah kalo tahu video rekaman CCTV yang ada suaranya, ya?”

Perkataan Carmilla, baru disadari oleh Kaliya. Bahwa, video yang tersimpan di handphone milik Edgar itu tidak bersuara, dan bukti tersebut sudah dihilangkan dengan percuma. Kini, hanya penyesalan yang tertinggal dalam benak Kaliya, bahkan ia sudah tidak dapat mengelak tuduhan demi tuduhan yang diberikan oleh Carmilla. Walaupun, tuduhan itu bersifat tidak akurat.

“Tapi, kenapa bisa mata sebelah kiri kamu berdarah? Apa kamu punya kekuatan magic?” tanyanya, seraya menaikkan satu alis.

Kaliya tertawa terbahak-bahak, seolah tidak ketakutan saat Carmilla sudah mencengkeram kuat kedua pergelangan tangannya. Lantas, Kaliya pun mendekatkan bibir ke telinga Carmilla, setelah menghentikan tawanya. “Kalo, iya, berarti kamu dalam bahaya,” bisik Kaliya, menggelikan.

Carmilla langsung melemparkan tubuh Kaliya ke samping, tetapi Kaliya memegang pegangan besi di pinggir anak tangga dengan sigap. Sehingga, Carmilla tidak berhasil menjatuhkan Kaliya dari atas sana. “Kamu jangan main-main sama aku, ya, Kaliya!”

“Mau kamu apa sebenarnya?” tanya Kaliya, membuat Carmilla mengubah niat awalnya.

“Membunuh kamu,” jawab Carmilla, lugas.

Kaliya mengulas senyuman lebar, membiarkan kedua tangannya dicengkeram kuat oleh Carmilla. “Setelah membunuh Lavinda, kamu mau membunuh aku? Terus habis itu targetnya siapa lagi?”

“Diam nggak usah banyak bacot!” seru Carmilla, berusaha mendorong Kaliya dari atas anak tangga itu. Sedangkan, Kaliya mulai memberontak.

Aku nggak akan mati sekarang, sebelum kamu dipenjara, Carmilla, batin Kaliya, dengan sepasang kaki yang ditangguhkan agar tidak kehilangan keseimbangan.

NEAR DEATH [ REVISI ]Where stories live. Discover now