Teman

29 0 0
                                    

     "Ryan! Ini ada Rama sama Reyhan. Mau ngobrol sama mereka atau kamu mau tidur aja?" Tanya mama. Suhu badan Ryan sudah mulai menurun, tetapi ia masih cukup lemas. Asmanya juga tak kunjung mereda. Sudah lewat semalam sejak ia mengeluh nangis-
nangis ke mamanya. 

"Sini aja ma, gapapa" jawab Ryan pelan. Ia masih menggunakan masker oksigen.
Mama mengangguk, mempersilahkan kedua temannya duduk di samping kasur Ryan.

"Hai! Lemes banget pak ketu kita nih!" Seru Reyhan sambil duduk dan menarik kursi. Ryan membuka mata sebentar, kepalanya masih pusing. Ia meraba-raba samping kasurnya, mencari tombol untuk meninggikan bagian kepalanya.

"Ada temen itu biar bisa di minta tolongin" ucap Rama tiba-tiba dan mengembalikan posisi tangan Ryan ke kasur. Rama menaikkan bagian sandaran Ryan.

"Segini cukup?" Tanya Rama. Ryan mengangguk, matanya masih terpejam sesaat. Ia memijat kedua pelipisnya, baru membuka mata.

"Tolong kacamata gue" ucap Ryan serak sambil menunjuk nakas di sampingnya. Rama mengambil kacamata Ryan, membantu memakaikannya.

"Drop banget? Kenapa?" Tanya Reyhan heran. Pasalnya tidak seperti biasanya Ryan sakit separah ini.

"Kecapekan, hujan juga kemarin kan" jawab Ryan.

"Gimana sekolah? Lancar ga koordinasi anak-anak?" Tanya Ryan.
"Lo masih sakit gausa mikir kerjaan sekolah ya. Aman udah ada yang urus" jawab Reyhan. Ryan mengangguk, meringis sedikit.

"Lo masih sakit? Eh kita ganggu ga sih? Cabut deh kita, lo istirahat aja" tanya Rama khawatir. Ryan menggeleng.

"Gapapa. Gue gapapa" jawab Ryan pelan.

"Gapapa gapapa tapi lo aja pake selang dimana-mana" balas Reyhan. Memang benar, ia masih menggunakan masker oksigen dan selang NGT menggantung di pipinya. Jangan lupakan selang kateter dan selang infus.

"Udah deh, mending lo dengerin kita cerita. Lo mau tau tentang apa? Kita ceritain deh!" seru Reyhan bersemangat. Ryan tersenyum.

"Apa aja. Kalian cerita aja nanti gue dengerin kok" kedua temannya mengangguk, mulai menceritakan kejadian-kejadian di sekolah.

     Lama waktu berlalu sampai mereka bertiga tidak menyadari bahwa waktu sudah hampir malam.

"Eh, udah malem begini balik lah gue, ntar di cariin!" Reyhan tiba-tiba berdiri setelah mengecek jam. Ryan mengangguk.

"Balik aja, makasih ya udah sempetin jenguk" ucap Ryan. Rama menepuk bahu Ryan.

"Tar besok kita main lagi deh, apa perlu bawa orang sekelas?" Tanya Rama menggoda Ryan. Ryan hanya melotot. Reyhan dan Rama sama-sama tahu kalau Ryan tidak ingin sisi lemahnya diketahui orang lain. Jadi selama ini yang terlihat hanya sisi kepemimpinannya saja.

"Get well soon ya, gue tunggu lo nge handle anak-anak lagi" ucap Reyhan. Mereka berdua pun berpamitan ke mama Ryan.

"Nah, Ryan, sekarang makan ya?" Ucap mamanya. Ryan hanya mengangguk, melepas kembali kacamatanya. Mama menaruh kacamata Ryan di nakas.

"Tuh tadi disemangatin temennya biar cepet sembuh, ayo semangat buat sembuh!" Mamanya tersenyum sambil mengatur jalan masuknya makanan di selang NGT. Ryan mengangguk tipis.

"Makasih ma" tangan Ryan hendak menurunkan masker oksigennya. Mama mencegah.

"Ryan mau cium mama" kata Ryan sambil merengut. Mama tertawa.

"Mama yang cium Ryan" sambil tertawa mama menciumi wajah putra semata wayangnya.

"Coba papa ada disini ma" ucap Ryan pelan.

"Nanti papa kalau sudah dapat jadwal libur pasti sama Ryan terus" mama masih menciumi wajah Ryan. Papa Ryan orang yang sangat sibuk, jarang di rumah tetapi kalau di rumah sangat memanjakan Ryan. Itulah kenapa Ryan sangat merindukan papanya.

He's SickWhere stories live. Discover now