empat

213 21 5
                                    

Disini lah renjun sekarang, di mobil mewah sang pria cantik yang tadi memeluknya. Entah ini keberuntungan atau kesialan. Keberuntungan karena akhirnya dia dapat naik mobil mewah atau kesialan karena dia dibawa paksa oleh pria cantik ini.

Entahlah renjun berada di mobil ini karena terpaksa, tadi dia sempat berdebat tak ingin dibawa oleh orang-orang kaya ini.

"Ah apa aku boleh tau namamu?", tanya renjun pada pria cantik itu.

Renjun memainkan kuku tangannya sambil menunggu jawaban dari pria cantik tersebut, semenit setelah dia menanyakan pertanyaan tersebut tiba-tiba saja pria cantik disampingnya menangis.

"Eh eh tolong jangan menangis–

"Apa kau tak mengingat ibumu sendiri renjun" Ucap pria cantik tersebut dengan air mata yang masih mengalir di kulit putihnya.

"eh kau tau namaku" Ucap renjun dengan ekspresi wajah yang terlihat bingung.

"Kapan seorang ibu tidak mengingat nama anaknya sendiri, mama kangen kamu sayang", ucapnya disaat dia masih terisak.

"Aku tidak mengerti maksud kamu apa, tapi aku beneran bukan anakmu, aku ini hwang renjun, aku bukan anakmu bu" Ucap renjun membantah ucapan pria tersebut.

"Renjun, pasti kau sudah melupakan kami semua, sudah 20 tahun berlalu" Ucap pria tersebut disela sela isak tangisnya. Tangan pria tersebut terjulur mengelus pipi halus renjun.

Pipi halus tersebut dihelus dengan sangat pelan dan lembut, bukannya menolak afeksi tersebut renjun malah membiarkan tangan pria tersebut mengelus pipi miliknya.

Semakin lama elusan tersebut semakin lambat, bak tersambar petir tiba tiba turun air mata dipipi renjun. Renjun sendiri tidak mengetahui mengapa dirinya menangis, air mata itu turun secara tiba tiba.

"Maaf aku tiba tiba menangis, ah boleh aku tanya sekali tidak? Siapa namamu? " Tanya renjun sambil menghapus air matanya.

"Kau ternyata benar-benar tidak mengingat tentang keluargamu sendiri" Ucap pria tersebut. Mata pria tersebut kini tak lagi menatap renjun melainkan menatap lurus kedepan, tatapannya datar seakan tidak ada kehidupan didalam pikirannya.

"Aku Na winwin, aku ini orang tua mu renjun" Ucapnya dengan menghembuskan nafas berat. Renjun terdiam mendengar nama tersebut seakan terasa tak asing ditelinganya.

"Lalu pria yang terlihat "seram" didepan kita itu siapa?" Tanya renjun penasaran. Renjun sangatlah penasaran dia sangat ingin tau tentang dunia ini, ia merasa tak asing dengan semua orang yang ada disini.

"Dia Na yuta, dia suamiku sekaligus ayahmu" Jawab ten sambil melirik ke arah renjun.

Renjun menganggukan kepalanya berpura-pura mengerti dengan semua ini, dia sebenarnya tak mengerti apa yang telah terjadi, tapi sejujurnya dia tak asing dengan pria yang ada disampingnya ini.

Mobil yang mereka kendarai berhenti, terlihat lah semua rumah megah nuansa kerajaan didepan renjun. Renjun sedikit terkejut dengan bangunan besar yang ada didepannya "wahh sangat mewah ya" Bisik renjun untuk dirinya sendiri.

Renjun diajak masuk oleh orang yang katanya adalah orang tua renjun, ia dibawa ke kamar tidur yang sangat besar. Kamar itu mewah dan terlihat sangat rapi, terlihat banyak mainan dan beberapa foto dipajang didinding dan meja.

Renjun berjalan kearah dimana meja dengan foto orang yang mirip dengannya disana, awalnya dia berpikir hanya mirip tapi saat dilihat dengan jarak dekat dia terkejut sehingga menjatuhkan bingkai foto tersebut.

Bunyi kaca pecah terdengar, winwin dan yuta segera menghampiri sang anak "ren, apakah kau tak apa?" Tanya pria yang seingat renjun bernama yuta.

Bukannya menjawab Renjun malah mengumpulkan pecahan kaca dari bingkai tersebut namun sialnya malah tangannya yang terkena pecahan sehingga berdarah. "shhh perih" Ringis renjun sambil memegang jari telunjuknya yang telah berdarah.

Winwin yang melihat itu lalu berteriak memanggil seorang pelayanan, pelayanan tersebut lalu datang dengan membawa sekotak p3k.

renjun terus menerus memandangi winwin saat sedang membalut lukanya, hati renjun rasanya sangat tenang saat melihat pria cantik tersebut.

THE ARCHILLES || HyuckrenTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon